Kehilangan.
Satu kata penuh makna yang mampu mengubah kehidupan Fino. Bagaimana tidak? Akibat kesalahannya yang terlalu fatal membuat dirinya harus menelan kenyataan pahit bahwa wanita yang amat di cintai telah berpulang ke sisi Tuhan. Satu kenyataan yang sangat sulit ia terima.
Rasanya Fino tidak sanggup hidup usai kehilangan istri tercinta. Lagian percuma saja dia hidup sementara alasan nya tetap hidup telah pergi. Namun kehadiran Faro mampu membuat laki-laki itu mengurung kan niatnya menyusul sang istri.
Ya hanya Faro.
Satu-satunya alasan Fino masih mau bertahan hidup. Jika bukan karena Faro sudah pasti dia akan menyusul sang istri sejak di nyatakan meninggal. Dirinya hanya tidak mau Faro kehilangan sosok orang tua untuk kedua kalinya.
Mengingat Faro,putra tunggal Alex Fernando itu menghembuskan nafas berat sembari menikmati angin malam yang menusuk kulitnya. Memejamkan mata seraya mengeratkan pegangan tangannya pada pembatas balkon.
Tanpa sadar Fino meneteskan air mata ketika mengingat sang istri dan calon buah hati mereka telah pergi. Belum lagi bayang-bayang sang istri tertabrak mobil tepat di depan matanya selalu menghantui nya setiap saat. Seolah mengatakan bahwa itu adalah salahnya.
Faktanya memang begitu bukan?
Fino tersenyum kecut memegang dadanya yang tidak tertutup sehelai benang pun. Merasakan rasa sesak yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Rasa sesak yang tidak sebanding dengan luka yang ia torehkan pada sang istri.
"Maaf" hanya kata itu yang keluar dari mulut Fino setelah semua yang terjadi. Dia cuma bisa menyesali kekhilafan nya waktu itu. Namun sayang waktu tidak bisa di putar.
Dirinya menyesal? Sangat.
Mau bagaimana lagi nasi sudah jadi bubur. Takdir Tuhan sudah berkehendak. Yang bisa Fino lakukan sekarang adalah memperbaiki semua kesalahannya. Walau sangat sulit nantinya. Terutama mendapat maaf dan menghapus kebencian sang putra padanya pikir Fino.
"Kenapa gak pake baju Fin?"
Suara lembut terselip kekhawatiran di dalam nya membuyarkan lamunan Fino. Tanpa menoleh laki-laki itu sudah tahu siapa yang bertanya demikian. Siapa lagi kalo bukan istri pengusaha ternama Alex Fernando.
"Pergi mah. Fino lagi mau sendiri" usir nya
Nadya menghela nafas mendekati sang putra, "Mama khawatir sama kamu. Mama takut kamu bu--"
"Gak akan kalo itu yang mama takutin! Fino yang sekarang udah beda sama yang dulu" potong nya cepat
"Really? can mama hold your words after what you did with Freya?"
Nafas Fino tercekat tak sanggup membalas ucapan mamanya. Kata-kata sang mama barusan seolah menampar dirinya. Dari segi manapun dia sudah banyak melanggar omongan nya sendiri.
Nadya terkekeh pelan melihat kebungkaman Fino. Wanita itu berdiri di samping putranya seraya memandang lurus ke depan. Terjadi keheningan di antara keduanya.
"Apa kesalahan Fino begitu fatal mah?" lirih nya memecah keheningan
"Sangat fatal!"
"Seberapa fatal?"
"Terlalu fatal hingga kamu harus menanggung semuanya. Kehilangan Freya,calon anak kamu, kebencian Faro dan keluarga Wiratama, and last kehilangan kepercayaan mama serta papa. Semuanya Fin!" jawab Nadya tegas tanpa menatap sang putra membuat Fino terdiam
"Sejak awal mama udah bilang kendalikan diri kamu! Jangan bermain api. Sekali kamu mencoba maka kamu akan menghancurkan semuanya. Sama seperti sekarang! Jika sudah terjadi kamu hanya bisa menyesali"
"Fino ngerasa takdir Tuhan gak adil" kata Fino seolah menyalahkan takdir
Nadya menoleh seketika, "ini yang mama gak suka dari kamu. Setiap kamu ada masalah, pasti kamu akan menyalahkan orang lain atau takdir. Padahal sudah jelas masalah itu datang akibat kesalahan kamu Fin!"
Fino mematung mendengarnya. Memang omongan sang mama benar adanya. Selama ini dirinya selalu menyalah orang lain atas masalah nya sendiri. Melampiaskan pada orang lain yang jelas-jelas tidak bersalah.
"Harusnya setelah nikah kamu belajar dewasa. Belajar bagaimana cara menghadapi masalah. Mengendalikan emosi. Bukan malah berpikir mau mengakhiri hidup ataupun menyalahkan orang lain. Thinking like that won't solve the problem!"
"Lalu Fino harus gimana ma?"
Nadya memutar tubuhnya menghadap sang putra. Menaruh kedua tangan nya di pundak Fino sembari menatap sang putra begitu intens. Sementara Fino membuang muka enggan menatap Nadya.
"Dengerin mama Fin! Belajar intropeksi diri. Ubah semua kebiasaan buruk kamu. Bersikaplah dewasa ketika ada masalah. Buang jauh-jauh pemikiran kamu buat bunuh diri. Bertanggung jawablah dengan semua kekacauan yang kamu perbuat. Perbaiki kesalahan kamu. Mama percaya kamu bisa melakukan itu semua. Jika bukan untuk mama setidaknya untuk diri kamu sendiri,paham?" tutur Nadya panjang lebar menepuk-nepuk bahu sang putra.
Fino mengangguk singkat dengan sigap memeluk Nadya, "bantu Fino mah! Bantu Fino buat berubah"
"Pasti. Mama akan bantu apapun asal kamu bisa berubah jadi lebih baik" ujar Nadya mantap membalas pelukan putranya
Fino mengeratkan pelukan nya di perut mamanya seraya mendongak ke atas. Memandang bintang-bintang di atas langit yang tampak indah ketika malam hari. Seakan ingin melihat sosok sang istri tercinta dari atas sana.
Apa kamu bahagia di atas sana Tha? Kalo iya selamat. Aku ikut bahagia jika kamu bahagia. Maaf untuk semua luka yang pernah aku torehkan. But i promise, you will always be the queen in my heart. Because I love you forever, Freya Athalia batin Fino.
~£~
"Nih baju yang kalian pakai!"
Reena melempar asal baju-baju miliknya berwarna hitam ke atas ranjang. Gadis itu sudah siap dengan celana jeans hitam beratasan kaos hitam polos di lengkapi jaket kulit hitam. Dengan rambut di gelung ke atas.
Didi,Fanya dan Naya segera memilih pakaian masing-masing. Setelah selesai memilih Naya dan Didi segera masuk ke dalam kamar mandi. Sedangkan Fanya masih setia duduk di atas karpet sembari melihat-lihat isi kamar Reena.
"Jadi lo mau ngomong apa Na?"
Reena sibuk mengotak-atik ponselnya membuat Fanya mendengus. Tak lama kemudian dia menunjukkan sesuatu dari ponsel nya kepada Fanya. Sebuah video.
"Ini kan A--kok bisa lo dapet ini?!" pekik Fanya terkejut menutup mulutnya.
Reena memutar bola matanya, "gue gak sengaja liat dia beberapa waktu lalu. Terus gue rekam siapa tau penting"
"Dimana? Kapan? Kenapa lo gak ngasih tau?" tanya Fanya bertubi-tubi
"Lupa Fan"
"Ck masalah penting gini bisa lupa"
"Ya namanya lupa mau gimana lagi"
Fanya berdecak kesal, "bodo amat Na!"
"Sensi mulu lo. Nih dengerin,gue rasa dia masih suka sama Freya makanya dia ingin merebut Freya dari si brengsek Fino. And dia patut kita waspadai sebelum bertindak lebih lanjut"
"Yeah love does blind a person. Tapi setidaknya sadar diri lah. Jelas-jelas Freya udah jadi istri orang" balas Fanya geleng-geleng kepala di balas kekehan oleh Reena
"Mungkin tuh orang udah cinta mati sama Freya. Lagian siapa sih cowok yang gak suka sama Freya. Sahabat kita yang satu itu terlalu perfect buat di dapetin"
"Ck Freya yang sesempurna yang lo bilang aja di kecewain mulu sama si brengsek Fino. Gimana kita yang--"
"Bukan kita nya yang salah Fan. Tapi cowoknya. Mau sesempurna apapun cewek kalo cowok nya gak bisa bersyukur,otomatis cowok itu akan nyari yang lebih. Itu udah hukum alam. So kalo mau nyari cowok tuh cari yang bisa menerima kita apa adanya dan bersyukur memiliki kita" potong Reena cepat
"Bahas apaan sih?"
Reena dan Fanya menoleh. Keduanya mengamati penampilan Naya dan Didi dari atas ke bawah. Naya keluar dengan baju sama seperti Reena. Bedanya Naya menggunakan kaos putih polos. Sementara Didi menggunakan dress hitam di atas selutut di lengkapi jaket kulit hitam.
"Lo kenapa pake dress Di?" tanya Fanya keheranan
Didi cengengesan, "gue lebih nyaman pake dress ketimbang celana. Nanti gue juga gak ikut nyulik pelakunya. Gue bagian nyiksa aja hehe" kekeh nya
Naya dan Reena geleng-geleng kepala mendengar jawaban Didi. Fanya sendiri berdecak kesal memilih masuk ke dalam kamar mandi buat ganti baju.
Naya,Reena dan Didi sudah siap dengan penampilan mereka. Ketiganya berdiri di depan cermin seraya membenarkan letak kacamata hitam masing-masing. Sebuah senyuman miring tercetak di bibir Reena membuat Naya dan Didi langsung paham apa maksudnya.
Selang beberapa menit,Fanya keluar dengan pakaian hitam yang melekat di tubuhnya. Gadis itu ikut bergabung bersama ketiga sahabatnya. Tak lupa mengambil kacamata hitam di atas nakas.
"Ready revenge girls?" ujar Reena penuh penekanan
"We are ready!!" sorak Naya,Fanya dan Didi antusias
Ke empatnya berjalan keluar dari kamar Reena dengan angkuh nya. Mengabaikan tatapan kekaguman para pelayan. Tiba di garasi, mereka saling pandang melihat sebuah mobil Bentley Flying Spur hitam keluaran terbaru.
"Gila keren sih Na! Baru tahu lo punya mobil kayak gini" pekik Naya heboh
Reena mendengus, "biasa aja kenapa sih Nay. Gue yakin lo punya mobil yang jauh lebih bagus dari mobil gue. Secara pacar lo kan kaya tujuh turunan!"
"Udah deh gak ada waktu buat adu bacot! Mending kita langsung masuk ke mobil" lerai Fanya jengah berjalan duluan masuk ke dalam mobil. Duduk di jok depan seraya bersedekap dada.
Tak mau buang waktu,Reena segera menyusul Fanya. Didi dan Naya langsung masuk ke mobil mengambil posisi duduk di belakang. Yang bertugas menyetir mobil adalah Reena.
Gadis itu mulai menjalan kan mobil dengan kecepatan tinggi. Membelah jalanan ibukota serta menyalip beberapa kendaraan.
"Gunakan earpiece kalian buat komunikasi kita! Gue bakal bagi tugas kalian apa aja" titah Reena tegas
Fanya mengangguk paham segera membagi earpiece kepada Naya dan Didi. Ke empatnya sudah selesai menaruh earpiece di telinga masing-masing menunggu perintah dari Reena. Karena Reena yang telah menyusun rencana untuk balas dendam mereka.
"Coba lo liat Fan tab di samping lo! Cek di mana posisi si pelaku berada. Gue udah pasang alat pelacak di mobil nya" perintah Reena memutar setir saat menyalip kendaraan di depannya "oh ya jangan banyak tanya selagi gue ngomong. Kalian cukup dengerin dan lakuin perintah gue!"
"Ok bu ketua" jawab Naya dan Didi berbarengan
"Gue udah dapat lokasinya. Club xxx di jalan mawar no 5" ujar Fanya mengotak-atik tab di tangannya.
Reena menyeringai membelokkan mobilnya menuju lokasi yang di sebutkan Fanya. Dia sudah menduga si pelaku akan berada di sebuah club. Mengingat bagaimana sifat si pelaku yang sebenarnya.
"Naya ambil hp gue di saku! Kalo udah lo retas cctv Club"
Naya segera mengambil hp Reena dan melaksanakan perintah sahabatnya. Tidak di ragukan lagi Naya banyak belajar cara meretas data dengan bantuan Reena. Yang dimana Reena langsung belajar dari sang pacar,Marcel.
"Buat lo Di..." Reena menatap Didi dari kaca dalam mobil "lo nanti yang akan mengalihkan perhatian si pelaku. Di sini cuma lo yang pake dress. Gunakan kesempatan itu dengan baik. Jangan sampai gagal!"
Didi berdecak kesal dengan amat terpaksa menurutinya. Dalam hati sedikit menyesal sudah memilih menggunakan dress daripada celana.
"Terakhir gue sama Fanya yang akan nyulik si pelaku. Didi masuk ke Club mengalihkan perhatian si pelaku. And last Naya tunggu mobil buat jaga-jaga kalo kita berhasil nyulik si pelaku. Jika berhasil kita bisa langsung pergi dengan Naya yang mengendarai mobil" ujar Reena panjang lebar di balas anggukan kepala oleh yang lain.
Hening menyelimuti dalam mobil. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Satu hal yang pasti ke empat nya sudah tidak sabar untuk balas dendam.
"Let's play the game bitch" gumam Reena tersenyum miring.
~€~