Mereka melanjutkan aktivitas renovasi, membagi tugas secara rata dan diselesaikan dengan baik. Setelah semua selesai sesuai rencana, mereka mengistirahatkan badannya seusai bekerja seharian.
"Kerja lembur bagai quda," senandung Lio.
"Emang kuda kerja lembur?" tanya Marcel.
"Mana gue tau, kan gue bukan kuda"
"Gue kira lo kuda, habisnya mirip"
"Buset dah! nih anak minta dihajar nih!!" Lio menggulung lengan kaosnya, dia menghampiri Marcel yang duduk santai sambil fokus dengan ponselnya.
"Mau apa lo?! mau hajar gue? nih," Marcel menyodorkan wajahnya tepat didepan Lio.
Plak
Tamparan mulus itu berhasil mendarat di pipi Marcel, itu adalah ulah Lio. Dia tidak menghajar Marcel, akan tetapi dia menggunakan cara lain untuk memberi pelajaran pada Marcel.
"Aduh sakit woy!!!"
"M-A-M-P-U-S," Lio mengeja katanya, dia menjulurkan lidahnya didepan Marcel.
"Bisa diem gak? kayak bocah bae lo berdua," lerai Alex.
"Heleh ga sadar diri, tadi siang lo sama Gio masuk BK gegara ditimpuk sapu," ejek Lio.
"Nih minuman kalian dah dateng," Terri berteriak dari arah pintu sambil membawa dua bungkus plastik yang berisi minuman pesanan mereka.
Kini mereka tengah duduk di ruang tamu yang sudahs setengah mereka renovasi. Besok hari Minggu, mereka akan kembali datang untuk melanjutkan aksi merenovasi markas kedua mereka.
Drrtt drrttt drrtt
Ponsel Gio berdering, nama Damian tertera disana. Dengan cepat, Gio mengangkat telefon tersebut.
"Halo, yah"
"Kamu tadi mau bilang apa, kenapa chat ayah?"
"Nanti aja yah, dirumah"
"Ya sudah, ayah tutup telfonnya, ini ayah masih banyak kerjaan. Kamu nanti jangan pulang terlalu larut, kasihan bunda kamu"
"Iya yah, engga kok. Bentar lagi aku juga pulang"
"Ya"
Tut
Sambungan telefon diputus sepihak oleh Damian. Gio kembali ke tempat duduknya lalu lanjut mengobrol bersama temannya.
"Kalian tau ga?" ujar Vandro.
"Kek emak-emak kalo mau gibah," ujar Terri.
"Tadi gue liat si Putri bunting"
"Bunting? apaan dah?" tanya Lio bingung.
"Hamidun," balas Vandro.
"Terus? lo tau dari mana?" tanya Gio.
"Gue liat sendiri waktu pulsek tadi, di supermarket. Kan Gio nyuruh gue buat beli pengharum ruangan sama cemilan. Nah gue liat si Putri, mau gue samperin, tapi nanti dikira gue bapaknya"
"Lo tinggal dia?" tanya Devan.
"Iyelah, ngapain juga gue samperin"
"Berani berbuat, berani bertanggung jawab," ujar Gio.
"Heh saipul!! gue kaga lakuin apa-apa ye"
"O aza ye kan" balas Gio.
"HAHAHAHA," tawa mereka pecah.
"Serah, gue mau balik. Tersolimi mulu gue disini"
"KAMU JANGAN SOLIMI!!!" teriak Lio tiba-tiba.
"SOLIMI SOLIMI, SOLEHA!!!" balas Gio.
"Ngelawak juga lo?" tanya Devan.
"Devan, sebenernya lo bisa ngelawak, cuma kurang diasah aje kemampuan lo," ujar Gio
"Hm"
"Ga devano aldebaran, ga devan yang ini, sama aje semua, jawabnya pasti 'hm' kaga ada kata lain apa?" geram Lio.
"Ga," balas Devan singkat.
"DEPRESOT GUE LAMA-LAMA!!!" Gio berdiri dari duduknya.
"Napa dah lo?" tanya Marcel.
"Jatah bulanan gue belum ditransfer bokap," Gio menekuk wajahnya.
"Si bos melarat dong," ujar Vandro
"Ga bakal, gue punya cara biar ditransfer sama bokap," ujar Gio.
"Gimana?" tanya Terri.
"Jadi gini..."
☠️☠️☠️☠️☠️
"TRANSFER JATAH GIO!!!"
"TURUNKAN GAJI GIO!!!!"
"BERIKAN JATAH GIO!!!!"
"BLACKCARD GIO KOSONG!!!"
"BERI ISI BLACKCARD GIO!!!"
Suara riuh itu memenuhi halaman rumah Gio, itu berasa dari anggota Egryros. Mereka demo didepan rumah Gio, ini semua adalah ide dari Gio.
Damian dan Vania keluar dari rumah, mereka terkejut karena banyak anggota Egryros yang berada didepan rumah mereka.
"Astaga, kalian kenapa?" tanya Vania bingung.
"Bunda!! turunkan uang jatah Gio, kasihan nanti dia miskin," ujar Lio.
"Kenapa harus pake demo segala?" ujar Damian.
"Nanti ayah lupa lagi, biasanya transfer pagi, tapi ini sampe siang belum ditransfer," ujar Gio protes.
"KASIH JATAH GIO!!!"
"KASIH JATAH GIO!!!"
"KASIH JATAH GIO!!!"
Teriak mereka kompak sambil mengangkat kertas besar yang mereka bawa bertuliskan KASIH GIO JATAH.
Kalau bukan karena perintah Gio, mereka tidak akan melakukan hal seperti ini. Sebagai kepentingan bersama, mereka mau melakukan hal seperti ini.
"Iya nanti ayah transfer," pasrah Damian.
"Jangan nanti yah, sekarang aja napa sih," ujar Gio.
"Nanti temen kamu iri"
"Ga akan yah, kan ini uangnya juga buat mereka jajan," ujar Terri.
"Iya sekarang dah," Damian mengeluarkan ponselnya dan mentransfer uang ke rekening Gio.
"Nih udah ayah transfer," Damian menunjukkan bukti transferan.
"Nah, makasih ayah," Gio menunjukkan senyum pepsodent nya.
"Eh yah, aku mau ngadain rencana deh," ujar Gio.
"Masuk dulu ayo," ajak Vania. Mereka memasuki rumah besar Gio.
"Gini yah, kan kita beli rumah kosong yang ada di belakang markas, trus mau kita jadiin kandang hewan yang bagian ruangan belakang," jelas Gio.
"Terus yang bagian depan mau kita jadiin markas kedua, nah rencananya kita mau boongin Vaxion kalau markas utama kita udah kita jual. Jadi kita ganti markas gitu, rumahnya juga ga kalah besar kayak markas utama kok," lanjutnya.
"Ya udah kalau emang itu rencana kalian, hewan apa aja yang kalian beli?" tanya Damian.
"Kucing, burung, sama buaya"
"BUAYA?!" ujar Damian dan Vania kompak. Mereka semua mengangguk.
"Astaga, kenapa kalian beli buaya?" tanya Vania.
"Buat temen aku bun, masa aku sendiri yang jadi buaya," ujar Terri.
"Eh kan gue dah tobat, semoga buayanya cepet mati deh," gumam Terri.
"Hadeh, terserah kalian deh. Bunda mau masak buat kalian," Vania berjalan menuju dapur.