Haiiiii gimana kabar kalian?
Jam berapa kamu baca part ini?
Mau bilang apa sama Alvi?
Sama Anara?
Sama Syena?
Sama kak Regan?
-⭐-
"Anara!"
Sebagian pusat mata teralihkan saat Regan berteriak, menepuk-nepuk pelan pipi Anara yang tak sadarkan diri. Wajah Regan panik setengah mati apalagi sebagian anak-anak OSIS langsung berlari ke arahnya.
Naura—salah satu anggota OSIS yang paling pintar dalam urusan pengobatan langsung melihat kondisi Anara. Gadis itu memegang dahi Anara, merasakan detak jantung dan nadi nya.
"Nau, Anara kenapa!?" Tanya Regan panik dengan mata yang berair apalagi saat melihat mata Naura membulat setelah mengecek kondisi Anara.
Naura menggeleng seperti tak menyangka. Ia langsung menoleh ke arah Regan, "Lo sekarang cepat bawa Anara ke Rumah Sakit! Detak nadi nya sangat lemah!!"
Regan terdiam. "Cepetan Re!!!" Naura membentak sangat panik. Ia tak tau apa yang terjadi dengan Anara, tapi dalam dirinya, ia dapat merasakan ada sesuatu yang buruk terjadi pada Anara.
Juna—teman dekat Regan langsung membelah keramaian yang berada didekat Regan. Cowok itu dengan cepat mengangkat tubuh Anara, menyelipkan tangannya di tengkuk leher dan paha bawah anara, "Gue bantu Lo bawa dia! Cepetan!"
Regan mengangguk lalu berlari cepat meninggalkan keramaian. Acara sekolah masih tetap berlangsung karena suara-suara kepanikan tadi tak terdengar jelas oleh suara riuh dan musik yang menggema.
Regan membuka pintu mobil depan saat mereka sudah sampai di parkiran tempat Regan memarkirkan mobil nya. "Cepat masukin Anara!" Titah Regan langsung,
Juna memasukkan Anara dengan perlahan ke dalam mobil dengan posisi gadis itu tetap duduk. Regan kembali menutup pintu saat Juna sudah menempatkan Anara,
Cowok bermata hijau kecoklatan itu menyentuh pundak Juna, membuat dirinya menoleh dan menatap tatapan dalam dari Regan.
"Gue, titip acara sekolah malam ini ke Lo. Tetap jadiin pesta itu meriah, jangan sampai ada yang kecewa. Gue cabut dulu" ucap Regan lalu menuju pintu kemudi nya saat Juna mengangguk padanya.
Tak lama, mobil yang dikendarai Regan melaju kencang di jalanan malam, meninggalkan semua keriuhan dan kesenangan di SMA mereka demi menyelamatkan gadis yang ntah kenapa berhasil membuat Regan sekhawatir ini kepadanya.
Sesekali Regan menoleh ke arah Anara dengan deru nafas yang masih panik, "Lo kenapa sih, Ra.. tolong jangan buat gue panik.."
Alvi baru saja sampai ke lapangan SMA Samadraka karena tadi ia harus kembali ke rumahnya karena sang ibu menelpon nya untuk keperluan sebentar.
Cowok berjas hitam itu mencari keberadaan Anara yang tak terlihat lagi olehnya di keramaian malam ini. Sulit baginya untuk menemukan Anara karena cukup banyak perempuan yang mengenakan gaun hijau hampir mirip dengan Anara.
Alvi berpikir, Anara pasti bersama Syena. Cowok itu mencoba mencari Syena, berjalan melewati tempat-tempat makanan dan minuman yang tersaji.
"Syena!"
Alvi menoleh ke salah satu tempat persiapan makanan saat salah satu suara perempuan memanggil Syena. Dengan cepat, Alvi berjalan menuju tempat itu dan benar saja, Syena ada disana.
Alvi menepuk pundak Syena yang sedang menyusun tempat makanan di atas meja membuat gadis itu menoleh. "Sye?"
"Alvi?"
Alvi mengangguk pelan. "Sye, Anara mana?" Tanya nya.
"Anara kayak nya lagi kumpul sama anak-anak kelas dia, deh. Soalnya tadi gue sempet tinggalin dia buat bantu si Fina bentar," jawab Syena.
"Ohh, didekat mana dia?" Tanya Alvi kembali.
"Tadi sih gue tinggalin dia dekat tempat minuman di ujung sana, coba Lo cari disana, siapa tau dia lagi ngobrol sama salah satu temen sekelas dia anggota OSIS yang lagi siapin minuman" Ucap Syena menunjuk ke seberang keramaian tempat dimana aneka minuman tersaji disana.
Alvi menoleh ke arah tunjuk Syena lalu mengangguk mengerti. "Oh, oke, Thanks, Ya, Sye" Syena mengangguk lalu Alvi langsung berjalan menuju tempat yang ditunjuk Syena tadi.
Tampaknya Syena memang tidak tahu bahwa Anara tak sadarkan diri dan langsung di bawa oleh Regan untuk ke rumah sakit. Wajar saja, jarak Antara Tempat makanan yang minuman itu jauh. Apalagi suara musik yang keras dan semua keriuhan dari Murid-murid membuat Syena hampir tak bisa mendengar suara omongan jika ada yang memanggilnya.
Itu sebabnya, tadi salah satu teman Syena meneriaki namanya kencang hingga terdengar oleh Alvi.
"Plis jangan buat gue khawatir sama Lo, Ra..."
Regan masih panik, tangan sebelahnya menggenggam tangan Anara yang dingin seperti es. Sesekali cowok itu menoleh melihat Anara yang masih tak sadarkan diri.
Perlahan, mata Anara terbuka membuat Regan langsung menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Cowok itu dengan cepat menghadap Anara dengan tatapan sedih dan panik.
"Anara? Ra?"
Mata Anara pelan-pelan melihat kesekitarnya, gadis itu berdesis saat merasakan kepalanya yang sangat sakit. Anara perlahan menoleh, saat seseorang memegang pundaknya lembut,
"K-kak Regan?" Ucap Anara lemah dengan mata yang masih meredup. "Shh.." Anara memegang kepalanya yang sangat pusing.
"Tadi Lo pingsan, kita ke rumah sakit, yah, sekarang! Gue khawatir banget sama Lo.." baru saja cowok itu akan menghidupkan kembali mesin mobil nya, Anara memegang tangannya membuat Regan menoleh.
Anara menggeleng. "Gak usah, kak.." lirihnya pelan dengan tatapan dalam.
"Tapi Lo sakit, Ra.. muka Lo pucat, gue gak mau Lo kenapa-napa.." Ucap Regan khawatir.
Sekali lagi, Anara menggeleng. "Plis... Gak usah, ya.. Aku mau pulang aja.. aku udah biasa kayak gini akhir-akhir ini.. aku cukup minum obat aja, kok.."
"Ya? Plis.. aku mau pulang aja.." lirih Anara kembali dengan tatapan dalam menatap Regan penuh harap.
Regan memejamkan matanya sejenak. Ntah kenapa, air matanya mengalir dari mata kanannya. Cowok itu menghela nafas panjang, lalu melihat Anara lagi, dan mengangguk pasrah. "Iya, gue anterin Lo pulang.." final Regan.
Cowok itu melajukan mobil lagi ke jalanan malam. Sesekali melihat Anara sekilas yang menyandarkan kepalanya di kaca mobil, berdesis perlahan sambil memegang dahinya yang terasa sakit.
"Akhir-akhir ini.. aku gak tau apa yang terjadi sama aku, kenapa tiba-tiba kepala ku rasanya sakit.. sangat.."
Tok tok!
Tante Anya yang masih duduk diruang tamu mengurus pekerjaannya di laptop berhenti saat mendengar suara ketukan pintu,
"Assalamualaikum Tante, ini saya, Regan, Temennya Anara. Bisa bukain pintu nya tante?"
Tante Anya menaikkan alisnya lalu tersenyum, ternyata hanya teman Anara. "Iya, sebentar!" Tante Anya berjalan ke arah pintu dan membukakan pintu,
Detik itu juga, Tante Anya membelalak kala Anara yang di terlihat pucat dan dibantu berjalan oleh Regan,
"Astagfirullahallazim! Anara!" Tante Anya berteriak panik.
"Tadi Anara tiba-tiba pingsan Tante, dia gak mau saya bawa ke rumah sakit! Dan dia mau di bawa pulang aja." Ujar Regan khawatir.
Tante Anya membekap mulutnya, "Astaga, sayang.. ayok, ayok! Bawa Anara langsung ke kamarnya!"
Regan mengangguk lalu langsung membawa Anara naik ke lantai atas dan menaruhnya di kasur dengan perlahan. Jujur, wajah Anara pucat dan lemah.
Tante Anya duduk di sebelah Anara, mengusap kepala gadis itu dengan air mata yang berlinang seketika. Regan mengusap wajahnya panik,
"Tante, Anara bilang ke saya kalo dia punya obat buat redahin sakit kepala dia, dimana obatnya Tante?" Tanya Regan cepat.
Tante Anya mengangguk. "Iya! Ada di laci meja rias dia!" Jawab Tante Anya menunjuk ke arah meja rias di kamar Anara tepat di sudut ruangan.
Regan dengan cepat mengambil obat itu dan juga air minum yang sudah ada di meja samping kasurnya. Anara menegakkan sedikit tubuhnya, meminum obat yang Regan berikan lalu meminum kembali air putih.
Gadis itu menghela nafas lega. Sakit di kepalanya perlahan memudar. Penglihatan Anara kini jauh lebih baik secara perlahan.
"Ra, harusnya kalo Lo sakit, Lo gak perlu pergi ke pesta.. itu malah buat kondisi lo memburuk.." ucap Regan penuh perhatian pada Anara.
Anara tersenyum tipis, "Aku cuma sakit kepala biasanya aja.. lagipun, aku gak enak kalo tolak ajakan Syena buat ikut barengan ke pesta.."
Regan menghela nafas gusar. Anara selalu saja mementingkan orang lain dibanding dirinya dahulu. "Anara.. lain kali, kalo memang Lo gak bisa, gak perlu dipaksa.. orang lain juga bakal ngerti sama keadaan Lo.."
Anara menunduk. Regan tersenyum tipis, cowok itu mengusap rambut Anara lembut membuat Anara menaikkan tatapannya menatap Regan yang menatapnya teduh.
"Istirahat, ya.. jangan terlalu capek, cepet sembuh" ucap Regan lembut.
Anara terhenyak sesaat, Regan tersenyum menatap Tante Anya. "Tante, saya pamit dulu, yah. Masih ada yang mau saya urus di sekolah," Ucap Regan menyalami tangan Tante Anya dan dibalas anggukan oleh wanita itu.
"Iya, hati-hati yah, kamu.. makasih sudah antarkan Anara pulang dengan selamat.."
Regan mengangguk,
Tak lama, mobil cowok itu meninggalkan rumah Anara,
Ada satu hal yang mengganjal di pikiran Regan seraya ia mengendarai mobil nya dijalanan malam.
"Kalo memang Anara cuma sakit biasa, kenapa Naura tadi bilang bahwa kondisi Anara buruk? Naura gak mungkin salah, apalagi tadi Anara benar-benar lemah.."
Regan membatin bingung,
Yuhuuuu mau bilang apa sama part kali ini?
Mau bilang apa sama Alvi?
Satu kata buat Anara?
Buat Regan?
Buat Syena?
Buat Naura?
Buat Juna?
Tq yang sudah baca love you ><