Hola kawan, Jangan lupa follow dan jangan lupa kasih bintangnya kawan.
Jaga kesehatan kawan.
Selamat membaca kawan
Ara bangun dengan kondisi lebih baik dari yang semalam, beranjak dari tempat tidurnya. Ara menatap pantulan dirinya dicermin, sangat buruk sekali. Wajahnya pucay tidak seceria biasanya. Puas melihat pantulan dirinya Ara kembali merebahkan dirinya. Ucapan Fadil terngiang - ngiang dikepalanya.
" cuman bertahan? bukan hal yang sulit. Gue nggak harus berpatok dengan novel itu" gumam Ara
" semangat Ara yang cantik kembarannya Lisa, kamu pasti bisa" ucap Ara menyemangati dirinya sendiri.
Ara memejamkan matanya, namun kembali terbuka saat seseorang memasuki kamarnya. Menatap orang tersebut yang tak lain adalah orang tuanya didunia yang ia tinggal saat ini.
" Kamu sudah baikan sayang?" tanya sang mommy lembut yang dibalas anggukan kepala oleh Ara.
" maafin mommy ya, selama ini mommy nggak pernah urus kamu dengan baik. Mulai sekarang mommy akan jadi orang tua yang baik buat kam. Mommy salah sayang" ucap sang mommy tulus
" iya ma" ucap Ara membalas senyuman sang mommy
" putri mommy sudah besar ya. " ucap mommy menatap sayang Ara.
" kamu nggak usah sekolah dulu ya sayang, istirahat dulu ya" ucap mommy Ara
" iya ma" Balas Ara
" panggil mommy dong, biasanya kamu juga panggil mommy" ucap mommy Ara
" eh iya mom" Ara tersenyum kikuk.
" keren nggak tuh gue manggil mommy. Begaya banget kaya orang luar negeri nih gue" batin Ara
Ara dan sang mommy turun kebawah untuk sarapan. Ara senang dengan perubahan orang tua Ara. Sampai diruang makan Ara mendudukkan dirinya dikursi.
" udah mendingan Ra?" tanya sang daddy
" udah kok pa, eh maksudnya dad" ucap Ara belum terbiasa dengan panggilan mommy dan daddy.
" makan yang banyak biar cepat sembuh" ucap sang daddy menatap Ara dengan senyum tulus
" iya dad" balas Ara.
Ara menatap kedepan matanya bertatapan dengan Arsen. Ara dengan cepat mengalihkan tatapannya. Malas dengan Arsen yang sangat alay menurut Ara.
Sedangkan Arsen dirinya hanya mampu menelan rasa kecewa.
Selesai makan Ara langsung naik kekamarnya dan merebahkan tubuhnya disana.
" sebenarnya gue udah sembuh, cuman mager aja . Lagi nggak mood buat ngapa - ngapain" gumam Ara.
Lain halnya disekolah Gravity High School. Black boba yang tidak bersemangat karna personil mereka yang sedang sakit.
" Ara nggak masuk kaya ada yang kurang" ucap Dadang lesu
" hooh, meskipun itu anak ahlaknya dipertanyakan tapi dia nggak ada dampaknya sebesar ini" timpal Regan mengiyakan ucapan Dadang
" Ara, aku tanpamu butiran debu" ucap Rafael dramatis.
Pertanyaan dari Amel mengalihkan perhatian ketiga lelaki tersebut
" Ara mana?" tanya Amel
" nggak datang sakit dia" jawab Rafael
" itu anak bisa sakit juga ternyata. Tapi nggak sakit parah kan?"tanya Amel lagi
"nggak kok cuman deman doang" Rafael menyahuti pertanyaan Amel
" syukur deh, pantesan muka lo pada kaya monyet kelaperan" ejek Amel yang mendapat tatapan tajam dari ketiga lelaki tersebut
" katarak mata lo, ganteng gini disamain sama muka monyet kelaperan. Muka lo noh mirip ayam mau disembelih" kesal Dadang.
" kurang ajar lo" ucap Amel dan pergi dari hadapan ketiga lelaki itu dengan raut wajah cemberut.
Beralih pada Arsen dan Allard yang juga tampak lesu. Rafan yang melihat itu menatap bingung keduanya
" kenapa?" tanya Arsen menatap kedua bersaudara tersebut
" gue harus minta maaf sama Ara. Tolol emang gue bilang kaya gitu kemarin ke dia" ucap Allard
" gue nggak bisa ngontrol emosi gue" sahut Arsen menatap kedepan dengan tatapan kosong
" Gue salah, harusnya dari dulu gue mengerti dengan kondisi Ara. Dia dulu nggak punya teman dan kurang pintar dalam bergaul. Alasan dia selalu menempel ke gue. Tapi gue malah menggap dia parasit dan selalu mengatakan hal - hal buruk tentangnya" lanjut Arsen yang diangguki Allard
Rafan yang mendengar itupun mengerti kenapa wajah keduanya hari ini tampak tidak ada semangat hidup.
" Keadaan Ara bagaimana? udah baikan?" tanya Rafan
" tadi pagi gue liat udah cuman wajahnya pucat nggak kaya biasa" jawab Allard.
Pembicaraan ketiganya terhenti dengan Stefa yang menghampiri mereka
" Rafan nanti jalan yuk" ucap Stefa dengan senyum manisnya
" nggak ada kapoknya nih anak" batin Arsen
Rafan menatap tajam kearah Stefa yang membuat nyali Stefa menciut.
" belum puas aib lo gue umbar dikantin?" tanya Rafan dingin dengan aura mengerikannya
" bitch" lanjut Rafan kemudian pergi dari sana, meninggalkan Stefa yang masih bengong.
" gue nggak akan nyerah Rafan sampai lo jadi milik gue" ucap Stefa menghebtikan langkah Rafan. Rafan berbalik menatap Stefa dan berjalan mendekati Stefa
" Well, nyali lo cukup besar. Bagaimana dengan club malam sabtu lalu gue ceritain ke orang tua lo. Lengkap dengan bukti" Ucap Rafan yang membuat Stefa menegang
" Atau memanipulasi nilai sendiri, masuk keruang guru diam - diam?" Lanjut Rafan lagi
" Gue penasaran apa yang akan dilakukan oleh keluarga Gunawan kepada lo? So gue kasih pilihan stop bertingkah sok, maka lo aman atau tetap melakukan semua tingkah buruk lo tetapi lo tahu konsekuensinya kan?" Ucap Rafan dengan aura mencekam miliknya. Membuat Stefa bungkam.
Ara sedari tadi pagi hingga siang hanya rebahan. Dirinya sama sekali belum mandi, baju yang melekat pada tubuhnya tetap masih sama dengan yang tadi malam. Mengambil ponsel miliknya menjelajahi sosial media sebentar lalu menutup ponselnya kembali. Menatap langit - langit kamarnya.
" terhitung gue disini udah dua minggu tapi belum pernah kemall, belum pernah jalan - jalan. Gue pengen sih sebenarnya tapi mager banget. Kasur gue sih terlalu posesif" gumam Ara.
" gue nggak perduli lagi sama alur novel ini. Persetan dengan semua itu. Yang harus gue lakukan hanya bertahan sama si author sadar dari koma. Dan semuanya akan kembali." gumam Ara lagi
" jadi mari lanjutkan bermalas - malasan dan bersenang - senang. Lanjutkan pemburuan cogan" memikirkan itu seketika mood Ara naik melambung tinggi
" baiklah rencana minggu ini kemall, terus lanjut pemburuan cogan. Kalau nggak malas" Ara tersenyum dengan rencananya yang sangat indah itu.
Pintu terbuka, mengalihkan tatapannya Ara melihat kedua abangya yang datang dengan wajah lesu. Menatap bingung keduanya
" Ara abang udah jadi once loh" ucap Allard tiba - tiba
" bukan cuman Twice, abang juga tahu IOI, Black Pink, terus sama Gfriend" ucap Allard lagi.
Ara yang mendengar itu langsung terbangun menatap Allard dengan senyuman, lalu detik berikutnya senyumannya luntur seketika
" oh" jawab Ara cuek.
" Ara nggak senang?" jawab Allard
" Lo bilang kaya gitu ke gue gunanya apa?" tanya Ara
"Kalian kan nggak suka sama Ara" ucap Ara kembali merebahkan tubuhnya
" Ara maafin abang ya. Abang memang salah sama Ara, abang nggak pernah mengerti posisi Ara" ucap Allard dengan sendu
" Abang juga Ra. Maaf selalu menilai Ara dari satu sudut pandang aja. Maafin kita ya Ra" ucap Arsen memohon
Ara yang mendengar itupun hanya menghela napas
" Andai aja dari dulu kedua kecebong ini minta maaf mungkin gue nggak berakhir didalam novel ini" batin Ara.
" iya Ara maafin" ucap Ara yang membuat Allard dan Arsen bahagia
Memeluk Ara dengan perasaan senang
" makasi Ara cantik" ucap Allard
" Baru tahu lo kalau gue memang cantik" ucap Ara percaya diri.
" udah sana keluar, lo berdua bau dosa" ucap Ara lalu kembali merebahkan tubuhnya.
Arsen dan Allard keluar dari kamar Ara dengan perasaan gembira.
" nggak yakin gue. Besok - besok kalau si Liona ngedrama lagi paling juga ntar bela tuh jamet" gumam Ara.