NOTE : Nama sekolah Jennie itu Miscindrawali, ya, tapi kusingkat jadi Miscin, awokawok:v yaudahlah jangan lupa tinggalin jejak kaki :v
***
"Satu kata buat mantan!"
"Matre!"
Kelas Jennie ribut oleh sorak dan umpatan yang dilontarkan untuk seorang siswi yang duduk di pojok ruangan. Cowok yang berteriak itu berdiri di atas meja guru dengan santai, bajunya urak-arik, namanya Bima.
Cowok yang terkenal nakal dan usil itu memang selalu berbuat ulah dan menggoda mantan pacarnya yang bernama Netra.
Netra yang sibuk dengan buku hanya memutar bola mata, malas mendengar umpatan dari Bima untuknya.
Jennie terkikik geli menyaksikan pasangan mantan itu. Bukan hanya dirinya, semua siswa pun merasa terhibur. Jam pelajaran kedua gurunya memang tidak datang membuat kelas ini free.
"Dih! Sok enggak tersinggung lo! Dalem hati pasti lo misuh-misuh, kan?" teriak Bima pada Netra.
Nala yang duduk di samping Netra tersenyum smirk pada Bima. "Kenapa, sih, lo selalu ganggu Netra padahal jelas-jelas dia itu mantan lo? Kenapa lo? Gamon?" sindirnya.
Bima melompat turun kemudian berdecih. Menyisir rambut gondrongnya ke belakang lalu balas berkata. "Gamon? Kata apa itu? Sorry, ya, gue bukannya gamon cuma mau bikin dia kesel aja."
"Kenapa? Lo bisa cari cewek lainlah kalau enggak gamon, kan? Kenapa lo masih jomblo?" Abigea balas menyindir kemudian tertawa kecil diikuti yang lain.
Bima meringis, menggaruk leher belakang kemudian berkata, "Em, gue trauma pacaran, takut dimatrein lagi." Matanya menatap Netra.
Brak!
Netra meletakkan buku super tebal itu di atas meja dengan kasar sehingga menimbulkan suara keras yang mengagetkan sekelas.
"Anj*r! Sangar amat!"
"Ganas, pantesan diputusin."
"Jangan galak-galak, entar enggak ada yang demen lagi."
"Kasihan mejanya tuh."
"Astagfirullah, bukunya enggak pa-pa, kan?"
"Marah, Neng?"
Begitulah komentar-komentar ala lambe turah yang dibalas tatapan tajam oleh Netra.
"Apa lo? Mau marah?" kata Bima agak nyolot, menantang Netra yang menatapnya galak.
Netra berdiri. "Heh! Gue enggak matre ya, jaga mulut lo! Gue cuma minjem bukan matre! Tenang aja besok gue lunasin!" Gadis itu mulai emosi.
Bima memicingkan bibir, mengejek. "Minjem, cih! Berarti lo punya kutang sama gue!"
"Utang woy!" ralat Raka.
"Cih! Ngomong aja typo," sindir Netra membuat Bima marah.
"Sini lo maju kalo berani!" tantang cowok itu sambil menggulung lengan kemejanya sampai ke atas siku.
Netra berdecak. "Auk ah! Males gue! Enggak guna juga gue berantem sama lo." Dia duduk kembali dan mulai sibuk lagi.
Bima mengangkat satu alis. "Dih, bilang aja lo takut, apa susahnya?" Dia berjalan menghampiri.
"Oh." Netra hanya membalas singkat tanpa mengalihkan pandangan dari bukunya yang membuat beberapa siswa tertawa renyah.
"Eh, anj*r! Gue dikacangin. Kacang mahal woy!" Bima yang tidak terima menggebrak meja Netra.
"Kacang murah kok. Cuma dua ribu sebungkus di kantin," celetuk Meta dengan polosnya yang langsung ditatap kesal oleh Bima.
"Serah lo dah." Bima memutar bola mata. "Hei Mantan! Udah tiga hari lo mutusin gue, gimana sekarang? Lo nyesel, kan?" Dia menaik-turunkan alis sambil tersenyum jahil.
Kali ini Netra melirik Bima kemudian menggeleng. "Gue langsung dapet yang baru," katanya sarkas membuat Bima mengangkat satu alis.
"Ha? Yang baru? Lo langsung dapet pacar lagi?" tanya Bima kemudian menatap tajam.
"Iya. Cowoknya lebih ganteng dan lebih uwu daripada lo." Bukan Netra yang menjawab melainkan Nala.
"Gue enggak nanya sama lo, t*i!" sarkas Bima kemudian menatap Netra lagi. "Serius lo udah punya pacar baru?"
Netra mengangguk kemudian memusatkan pandangan ke ambang pintu. "Tuh cowok gue."
Semua siswa menoleh ke ambang pintu, di mana seorang cowok berpenampilan rapih berdiri di sana dengan senyum ramah membuat siswi heboh, sedangkan Jennie mengernyitkan dahi.
Cowok itu adalah murid baru yang baru pindah tiga hari lalu di sekolah ini. Jennie memandang cowok itu dan Netra bergantian.
"Ha? Rayan pacarnya Netra?" gumam Jennie.
***
Bagaimana perasaanmu bila melihat mantan pacar bergandengan tangan tepat di depan matamu?
Tentu saja kesal. Itulah yang dirasakan oleh Bima. Cowok itu sejak tadi menyobek kertas yang dia ambil di tong sampah untuk melampiaskan kekesalannya.
Seharusnya Netra yang kesal bukan dirinya. Sungguh ini diluar ekspektasi. Dasar matre! Habis morotin gue, lo langsung minggat! Cih! batinnya.
Dia duduk di pinggir lapangan, matanya memandang dua sejoli yang sedang bergandengan tangan sambil mengobrol ria di pinggir lapangan sebrang menonton siswa yang bermain sepak bola.
"Udahlah, Bro. Enggak usah mikirin mantan mendingan mikirin jajan."
Bima menoleh ke kanan saat bahunya ditepuk seseorang. Dia mendapati Jennie tersenyum lebar.
"Apa yang lo rasain ketika mantan punya gebetan?" tanya Bima.
Jennie berkedip. "Entah. Gue enggak punya mantan soalnya."
Bima mendengkus. "Yaudah. Diem ae lo, jangan bikin ati gue tambah panas deh." Bima menatap mantannya lagi.
"Heh! Lo ngeliatin doi ama gebetan malah ati lo tambah panas. Mending ngeliatin bakso."
Bima menoleh. "Ngapain ngeliatin bakso? Enakan lagi ngeliatin bokep."
Jennie bergidik. "Bokep aja pikiran lo."
Bima tersenyum genit. "Kenapa? Lo mau nemenin gue nonton?" tanyanya membuat Jennie menggeleng cepat.
"Najis amat! Ogah ah! Mending cabut sebelum khilaf." Jennie mengambil jurus langkah seribu membuat Bima tertawa lepas.
"Heh! Jadi nobar enggak? Mumpung gue ada kuota?" Bima ikut beranjak dari sana.
"Nobar aja lo sama dinding sana!" balas Jennie yang kini sudah berada di kooridor kelas.
"Kalo sama dinding tuh langsung praktek bukan nobar, ha ha ha."
Jennie bergidik lagi membayangkan hal itu kemudian cepat-cepat masuk ke kantin.
Kantin kali ini lumayan sepi mungkin karena bel belum berbunyi. Yah, kelas IX IPS 2 memang istirahat dahulu alias jam kosong sama seperti kelas IX IPS 1.
Jennie memilih duduk di barisan tengah bersama Clara dan Bima. Ya, biar tidak kelihatan jomblo Bima ikut bergabung, dia duduk di antara Jennie dan Clara.
Mereka memesan makanan yang sama yaitu semangkuk bakso dan minumannya juga sama yaitu es teh.
"Perasaan somai sama nasgor masih ada-lah di kantin, kok kita mesennya samaan?" tanya Jennie.
Clara dan Bima mengangguk-angguk sambil mengernyitkan dahi.
"Tak--takdir kali," kata Clara.
"Kata orang kalo bisa samaan sampe tiga kali artinya jodoh," celetuk Bima yang langsung melirik Jennie dan Clara bergantian. "Iya, kan?" Dia tersenyum lalu menaik-turunkan alis.
Jennie bergidik. Mengetuk dahi dengan kepalan tangan sampai tiga kali lalu mengetokkannya ke atas meja tiga kali sambil bergumam, "Amit-amit!"
Clara manyun, dia menusukkan bakso itu dengan garpu.
"Kok amit-amit, sih, Jen? Harusnya aamiin-aamiin dong." Bima berlagak tersinggung.
Jennie sedikit bergeser. Menatap ngeri ke Bima. "Astagfirullah, segera sadar dirilah wahai makhluk bermata satu."
Bima menoleh dengan wajah lempeng penuh dosa. "Eh, anj*r! Lo pikir gue Dajjal apa? Gue nih kembarannya Felix. Cowok langka kayak gue nih idaman mertua, tau enggak lo?"
"O." Jennie memutar bola mata lalu menyuapkan sesendok bakso ke mulutnya.
Bima melotot. "Eh, pita suara lo ilang? Bisa enggak jangan ngomong satu huruf doang?"
Jennie menggidikkan bahu acuh dan tidak menganggap cowok di sampingnya itu.
"Sialan! Nasib orang ganteng-langka, ya, gini. Dikacangin," ucap Bima dramatis dan sok narsis menyisir rambut dengan jari.
"Kep--kep--kepedean," gumam Clara yang masih didengar oleh Bima.
"Lamban bener dah lo ngomong. Sini gue cium siap--aw!" Belum siap Bima berbicara, cubitan manis mendarat di pinggang kirinya dan pelakunya adalah Jennie Dinawanti.
"Sembarangan lo kalo ngomong!" sentak Jennie.
Bima meringis sambil mengusap pinggang. "Kenapa gue dicubit? Owh, gue tahu. Lo pasti juga mau gue ciu--aj*ng!" Lagi-lagi ucapan Bima terpotong karena kali ini rambutnya dijambak oleh Clara.
"Woy! Kalian boleh aja sakitin fisik gue, tapi jangan sakitin hati gue karena di situ ada kalian."
Plak!
Dengan kompak Jennie dan Clara menggeplak kepala belakang cowok itu sampai wajah Bima hampir menyentuh meja.
Bima hendak memprotes, tetapi segera disela oleh seseorang cowok yang berdiri di depan meja mereka.
"Jennie, lo dipanggil guru BK."
***
Di Museum ada Raja
Rajanya lagi berenang lupa daratan
Hai kamu yang baca
Digantung lagi ya? Kasihan :v
Gaje, ya? Bomat yang penting happy💃