-
-
-
-
-
-
-
"Baju siapa tuh, Dek?"
Mereka sedang dalam perjalanan untuk pulang. Chanyeol yang nyetir. Sehun sama Sena duduk di jok belakang.
Suho menengok ke belakang mendengar pertanyaan dari Sehun untuk Sena.
Sena melepas pandangannya dari pemandangan di luar. "Punya Dohyun. Tadi dia nolongin aku. Baju aku basah, jadi nerawang." Jelas Sena.
"Kak, Kok Kakak ngga pernah cerita kalau Kak Baek punya sepupu dan tinggal bareng dia?" Sena masih kepo.
Chanyeol yang tahu dia yang ditanyai langsung menjawab sambil tetap fokus menyetir.
"Belum sempet aja.. Sama ngga inget. Tahu sendiri Minggu kemarin kita kayak gimana." Dan diakhiri dengan melirik ke Suho.
Kebetulan Suho juga lagi natap Chanyeol.
Chanyeol langsung menembak untuk bertanya. "Sebenernya waktu itu Lo mau kemana sih Kak? Kenapa tiba-tiba menghilang begitu aja?'
Suho diam karena tidak bisa bersuara. Tapi jika dia berniat menjawab dia bisa menuliskan seperti biasanya untuk berkomunikasi belakangan ini. Tapi Suho seperti enggan.
Chanyeol menghela napasnya ketika mendapati sikap defensif dari Suho lagi. Karena selalu seperti itu reaksinya jika Chanyeol bertanya soal yang sama.
Sehun dan Sena ikut memperhatikan. Detik itu mereka berdua baru sadar satu hal.
Suho terlihat aneh belakangan ini.
Bukan masalah sakitnya, tapi seperti ada sesuatu yang anak itu pendam sendiri.
-
-
-
-
-
-
-
-
"Pesta?"
"Yup! Sekalian merayakan anniversary Papa dan Mama. Kita akan adakan perayaan yang meriah. Bagaimana? Ada usul tempatnya dimana?"
"Mama mau konsep yang gimana dulu?" tanya Sena yang antusias.
"Garden party dan retro." Tiffany menggandeng lengan Siwon. Lalu menyandarkan kepalanya di bahu sang suami yang duduk di sebelahnya.
"Mama mau mengenang masa-masa pacaran sama papa dulu."
Sena ikut senyum-senyum cekikan kecil bareng mama. Siwon menimpali, "Bagaimana anak-anak? Kalian siap jadi E.O-nya?"
"SIAP PA!" sahut Chanyeol, Sehun dan Sena serentak bahkan sambil hormat.
Suho yang mengintip dari pintu kamarnya, berbalik dan menutup pintu. Dia tidak jadi keluar.
Suho bersandar di pintu yang ada di belakangnya. Dia melihat ke arah foto keluarga mereka yang terpajang di dinding.
Dan ketika melihat wajah papanya yang tersenyum gagah di sana, Suho sontak memukulkan tangannya ke tembok.
Ulang tahun pernikahan katanya?
Sampai kapan mereka akan hidup dalam kebahagiaan semu seperti ini?!
Tapi jika harus kehilangan papa mereka, Suho juga tidak siap.
Dia bingung...
-
-
-
-
-
-
Kak Kai
Ayangi, temenin nyari makan yuk!
11.37
Ampun deh Kak!
Udah mau jam 12 lho ini
11.38
Gimana caranya aku keluar?
11.38
Lewat belakang gih!
11.39
Aku tunggu deket ayunan!
11.39
Maksudnya aku disuruh manjat tembok? 😲
11.39
Ho.oh
11.39
Cepet!
11.39
-
Sena menutup laptopnya. Skripsi yang sedang dia kerjakan setengah jam yang lalu harus dia tutup lagi.
'Sampai kapan Lo mau jadi beban keluarga?'
Ucapan Mingyu kemarin membuat Sena down. Tapi dia juga merasa tertampar. Ada benarnya ucapan Mingyu.
Makanya Sena mau giat mulai hari ini. Eh tapi kenapa godaannya banyak sekali. Nunggu ngumpulin niat, eh pas niatnya terkumpul malah ada saja yang menginstrupsi hiks.
Ya udah gapapa demi mas pacar juga ini.
Sena melepas ikatan rambutnya dan menyambar sweater rajut warna pink miliknya.
Dia mengendap berjalan di gelapnya lantai dua rumahnya yang sepertinya semua orang sudah terlelap.
Sena berhasil mencapai pintu belakang. Sedikit merinding ketika melewati dapur. Dia kadang terbayang penampakan zaman dulu ketika dia lagi peka-pekanya.
Dan saat melintasi halaman belakang rumah, Sena ngibrit ingin segera sampai dimana Kai sudah menunggunya.
Itu dia!
Kai yang melambai senang. Sena mendekat.
"Ganggu orang tidur aja sih!" omel Sena.
"Kalo udah tidur, kamu ngga akan bales chat aku."
Toeng!
Iya juga ya...
Masih dengan wajah tidak ikhlas, Sena ngomong. "Ya udah buru! Bantuin aku manjat!"
Pintu gerbang belakang rumah mereka yang saling terhubung itu juga dikunci. Alhasil mereka harus manjat sekarang.
Sedikit susah buat Sena untuk manjat. Kendati Kai sudah merelakan bahunya untuk anak itu jadikan pijakan. cukup butuh perjuangan sampai akhirnya Kai bisa menangkap Sena turun dari halaman belakang rumahnya sendiri.
Kalo keluar dari rumah Kai sih gampang. Kai yang bawa kuncinya.
Mereka jalan kaki.
Random banget malam-malam kabur dari rumah dan menyusuri jalanan kompleks berdua untuk beli nasi goreng di dekat jalan raya sana.
Sena tahu kok.. selain lapar, Kai juga pingin quality time bareng Sena. Semenjak Kai bekerja, waktu mereka tidak banyak untuk saling bertemu..
Belakangan Kai juga sering pulang larut alhasil satu hari penuh mereka tidak bertemu.
Sena menggandeng sang pacar. Kai langsung senyum. Membelai puncak kepala Sena yang sedang gelendotan di tangannya.
"Gimana acara festivalnya kemarin?" Kai membuka pembicaraan.
"Seru tapi hujan.. Acaranya jadi ngga selesai." Sena bahas membalas apa-apa saja yang terjadi di sana.
Eh tapi satu hal!
"Kamu udah tahu belum, kalo Kak Baekhyun punya sepupu yang tinggal sama keluarga mereka?"
"Oh ya? Belum.. Siapa dia?"
Sena nengok ke Kai sambil dongak. "Dohyun. Lee Dohyun."
"Ganteng?"
"Lumayan. Tapi dia cupu gitu casingnya."
"Bagus deh! Seenggaknya ngga lebih ganteng dari aku, jadi kamu ngga akan berpaling." Kai menggoda Sena.
Sena menanggapi. "Mohon maaf, emang situ ganteng?"
"Ganteng dong.. Kan mantan aku Krystal sama Jenni."
Sena langsung datar wajahnya. "Terus?!"
"Terus calon istri aku itu Sheina, anaknya Pak Siwon yang paling cantik jelita.. Dan ngga akan ada duanya lagi di hidup aku."
Ayo muntah jamaah yorobun!
Mereka bercanda sambil terus berjalan. Tak terasa mereka sudah mencapai kedai yang dimaksud.
Jalanan masih cukup ramai dengan kendaraan yang lewat. Kedai itu sepi. Hanya ada mereka berdua dan sang penjual.
Mereka memesan dan menghabiskan makanan dengan khidmad. Dalam artian obrolan khas sepasang kekasih menjadi pengiring acara tersebut.
Saatnya untuk pulang. Jam sudah menunjukkan pukul setengah satu lebih. Suasana semakin sunyi di area kompleks mereka. Sampai akhirnya suara mobil yang mendekat membuat mereka menengok ke belakang. Benar saja mobil itu malah berhenti ketika sudah mencapai mereka berdua.
Lampu mobil masih menyala, mesin tidak dimatikan. Tapi saat pintu mobil itu terbuka, keduanya melotot.
Kaget cuy!
"Papa!"
Kai jadi kaku seketika. Mampus ketahuan!
Sena juga tidak menduga akan dipergoki papa. Seingatnya tadi papa di rumah. Tidak Sena ketahui jika papanya pergi. Terlihat dari baju casual yang cukup rapi itu.
Bukan begini seharusnya gayanya jika sekedar untuk mencari Sena yang kabur tengah malam.
"Kalian dari mana?" suara khas bapak-bapak yang kesal mengetahui anak gadisnya jam segini masih kelayapan.
"Nyari makan Pa."
"Siapa ajak? Kamu kan Kai?"
"I-iya Om.. Maaf." Duh mampus, modyar, astagfirullah calon mertua galak banget tatapannya. Jadi takut.
"Ini terakhir kalinya! Besok-besok tidak ada lagi acara keluar malam-malam seperti ini lagi!"
Kan kan kan
Tapi Sena yang tidak tahan untuk bertanya, langsung menyerukan pertanyaan yang sejak tadi ingin dia keluarkan.
"Papa sendiri dari mana?"
"Kemana lagi memang? Papa tentu saja dari rumah sakit. Ada pasien kritis tadi."
"Ayo masuk!" Siwon memerintah kedua anak muda di hadapannya.
Sudah larut. Dia juga ingin segera beristirahat. Tentu saja yang dia ucapkan tadi sebuah kebohongan. Siwon keluar diam-diam untuk menemui Stella.
Pacarnya itu merajuk dan terus meneleponnya. Karena belakangan ini Siwon menjaga jarak dari dia. Setiap malam Siwon tidak bisa tidur. Harinya tidak tenang mengingat Suho sudah mengetahui perselingkuhannya.
Ini seperti menunggu bom waktu yang akan meledak.
Siwon tidak bisa menebak hati dan pikiran Suho sekarang. Sepertinya anak itu masih shock. Tapi melihat Suho yang tidak ada upaya untuk membuka mulut, Siwon jadi berharap anaknya ini akan memendam ini demi keutuhan keluarga mereka.
"PAPA AWASSSS!"
"OM!!!"
BRAKKK
Mobil mereka menghantam sesuatu. Siwon menggenggam setir dengan kuat. Matanya terbelalak menyadari dia baru saja menabrak seseorang.
Mereka buru-buru keluar.
Siwon yang pertama berlari ke arah depan melihat siapa yang dia tabrak dan bagaimana keadaannya.
Seorang anak laki-laki yang berusaha untuk bangun dari aspal. Siwon segera membantunya.
Anak itu memagangi lututnya. Dia meringis.
"Kamu tidak apa-apa?" Siwon khawatir sekali.
"Dohyun!"
Panggilan Sena sukses membuat semua orang menoleh padanya. Terutama yang namanya disebut.
Dohyun menatap Sena. Begitu juga sebaliknya.
"Oh ini si cupu itu!" Entah kelepasan atau memang sengaja, Kai mengucapkan kalimat itu dengan enteng. Tapi yang pasti dia tidak suka tatapan Dohyun pada Sena. Sedang Dohyun juga menghunuskan pandangan tidak sukanya pada Kai.
Apa-apaan?
Siapa orang ini? Beraninya dia mengejek penampilannya.
"Kalian saling kenal?" Siwon menginstrupsi.
Sena lebih mendekat ke papanya dan Dohyun. "Dia sepupu Kak Baek, Pa."
"Ah begitu rupanya. Maaf, Nak.. Maafkan Om. Mana yang luka?" Siwon mengulang pertanyaan yang belum dijawab pemuda berkaca mata itu.
"Tidak apa-apa, Om. Hanya saja kaki saya sedikit sakit." Jawabnya sopan.
Demikian Dohyun dibawa ke rumah terlebih dulu untuk diobati Siwon. Tiffany terbangun mendengar suara dari lantai satu rumahnya. Tahunya Siwon sedang mengobati seseorang yang terluka. Ada Sena dan Kai juga.
"Kenapa Pa?"
"Papa nabrak Dohyun Ma." Jawab Sena.
"Dohyun? Keponakan Hani yang dari Korea?" Tiffany antusias. Ya ampun!
"Iya Tante. Salam kenal." Dohyun mengangguk sopan. Kali ini ada senyum tipis yang menghiasi bibirnya.
Kai melihat itu jadi kesal lagi. Dia menekan kasa cukup kuat di siku Dohyun. Membuat anak itu menjerit sakit.
"Kak Kai pelan-pelan! Kasihan Dohyun."
"Maaf, ngga sengaja. Pasirnya bandel ngga mau hilang." Kai ngeles tapi tatapannya tidak teralih dari Dohyun. Dohyun mengernyitkan dahinya. Dia bisa merasakan Kai ini tidak menyukainya.
"Sini Tante aja, Kai!"
Tiffany menggantikan pekerjaan tersebut. Kai beranjak dari sofa. Dia menghampiri Sena. Karena Dohyun masih memandanginya, Kai merangkulkan tangannya di bahu Sena. Sena mendongak. Kai menunduk. Mereka saling melempar senyum.
Oh Dohyun tahu sekarang!
Kai pacar Sena kan?
Ahh dia cemburu pada Dohyun sepertinya.
Dasar kekanakan!
-
-
-
-
-
-
-
"MORNING EVERYBADIH!"
Chanyeol menghentikan acara memakai jam tangannya. Lalu mendongak ke sumber suara. Baekhyun masuk ke dalam rumah dengan gaya petantang-petenteng. Langkahnya ringan seolah tak ada beban hidup.
Sehun yang berbaring di sofa masih dengan memakai piyama dan rambut acak-acakan tak mempedulikan suara bising dari Baekhyun. Dia masih ngantuk. Mau memejamkan mata barang satu dua jam lagi. Bodo amat sama kantor. Toh dia bosnya.
Di anak tangga ada Sena yang juga lagi ribet menata lagi barang bawannya. Map tenteng dan dua buah buku dia bawa di kedua tangannya. Dia memakai ransel merah maroon kali ini. Lengkap dengan Tumbler minum yang melekat di salah satu sisi. Rambutnya diikat kuda poni. Membuatnya benar-benar sebagai anak SD dibanding anak kuliahan.
"Kakak aku berangkat dulu!" Pamit Sena ke Chanyeol.
"Dah Kak Baek!" menyempatkan diri untuk pamit juga ke Baekhyun.
"Lah? Sena berangkat sendirian? Kenapa ngga Lo anterin?"
"Gue ada tugas negara." Chanyeol menjawab dengan lempeng.
"Ngapain?"
"Kebetulan Lo ada di sini. Gue mau minta ditemenin sekalian. Kita survey tempat buat acara anniversary Papa sama Mama."
"Oalah.. Skuy!" Baekhyun mah selaku pengacara alias pengangguran banyak acara siap sedia menemani. Apalagi urusan pesta-pesta ginian. Suka dia tuh!
"Bentar, nunggu Kak Suho siap."
"Hm!" Baekhyun ngangguk sekali dan langsung mengambil duduk anteng di sofa. Kalo anteng gini manis jadinya. Ngga banyak tingkah.
Chanyeol teringat sesuatu. "Dohyun gimana? Kata mama dia ketabrak sama papa semalem." Chanyeol sudah mendengar ceritanya tadi pagi.
"Oh.. Lecet dikit doang. Gapapa kok."
"Tapi kenapa dia jam segitu masih keluyuran di luar sih? Kata Sena dia masih bawa ransel lengkap juga." Chanyeol kepo. Pasalnya Dohyun itu pendatang baru. Bisa dipastikan belum memiliki banyak teman di sini.
"Dia kerja." jawab Baekhyun.
"Hah? Kerja apaan?"
Baekhyun mengedikkan telinganya. "Cuma bilang dia dapat kerja part time, tapi ngga cerita ada dimana."
"Sempat-sempatnya mahasiswa kedokteran tingkat akhir ngambil kerja part time.." Chanyeol heran. Apalagi Dohyun ini statusnya mahasiswa transfer. Banyak kurikulum dan tugas yang harus dia kejar. Sempat-sempatnya dia kerja sampingan.
"Uang jajannya masih kurang?" Setahu Chanyeol dari cerita Baekhyun selama ini, Dohyun itu lebih berada dari pada keluarga Baekhyun sendiri. Ayahnya adalah ketua yayasan di sebuah rumah sakit dan juga dokter spesialis di sana. Di Korea sana.
Papanya kalah saing nih!
Tiba-tiba mata Chanyeol melebar. Teringat sesuatu. Dan langsung dia suarakan saat itu juga.
"Baek, mau mungut Sena jadi adik ipar ngga? Mama gua pasti seneng banget punya calon mantu dokter. Yang kemarin sih kandas."
Baekhyun langsung menimpali. "Oh mulai nih?~ Gua bilangin Kai, mau?"
"Bilangin aja ngga takut." Ya emang kenapa juga mesti takut sama Kai. Orang badan juga gedean Chanyeol. Lagian, Chanyeol kan kakaknya Sena. Macam-macam bisa langsung pegat mereka berdua!
"Jangan Kak, nanti cinta beda agama lagi. Sakit tahu!" celetukan Sehun yang ternyata dari tadi menyimak sukses membuat Baekhyun keselek oksigen.
Ya, cinta beda agama itu memang ngga ada obat. Baekhyun pernah mengalami.
-
-
-
-
-
-
-
Ryujin mengintip dari balik pintu kamarnya. Dia membuka pintunya sedikit. Tapi demikian dia tetap bisa melihat situasi di luar sana.
Papa dan mamanya sedang ribut. Ryujin mendengarkan dengan seksama. Dan dia jengah dengan ucapan-ucapan papanya yang sudah sangat basi bagi mereka berdua.
"Kamu harus sabar, Stella! Aku tidak bisa meninggalkan keluargaku begitu saja."
"Lalu gimana dengan aku sama Ryujin, Mas? Kamu udah janji bakalan nikahin aku!"
"Aku sudah menawarkan untuk kita menikah secara sirih dulu. Tapi kamu nolak kan? Ya sudah kalau begitu tunggu aku menceraikan Tiffany dan baru kita menikah!"
"Iya, tapi itu kapan hah?" Stella menuntut lagi.
"Setidaknya sampai Sena menikah dan aku bisa menjadi walinya."
Ucapan papanya menusuk hati Ryujin. Mamanya di luar sana langsung naik pitam dan meninggikan suaranya. "Lalu bagaimana dengan Ryujin?!" Stella bahkan memukuli Siwon untuk menuntut jawab dan tindakan.
Cukup!
Ryujin tidak mau lihat lagi. Papanya hanya diam dan tak menjawab. Di sini Ryujin benar-benar merasakan sakit hati itu lagi. Dia sadar dia hanya anak haram. Tapi tidak bisakah dia juga mendapat haknya sebagai anak?
Bagaimana sih rasanya menjadi Sena yang selalu disayang ayah mereka?
Ryujin menengok ke meja belajarnya. Lalu dia mengambil figura berisi foto kelulusannya tahun lalu bersama papa dan mama.
Sedetik kemudian Ryujin membuangnya ke tempat sampah.
-
-
-
-
-
-
-
Sena berjalan lamat-lamat menuju ke gedung perpustakaan. Langkahnya berat tak lagi bersemangat. Dia baru saja bimbingan. Sudah selesai naskah bab empatnya dikoreksi, tapi melihat revisi dari dosen pembimbing tadi, Sena langsung lemas. Belum lagi komentar nyelekit dari dosen, terngiang-ngiang terus di kepala Sena.
Bukannya disupport malah selalu menjatuhkan mental mahasiswanya. Kenapa kebanyakan dosen pembimbing seperti itu sih?
Awas aja kalau Kak Suho juga modelannya seperti itu! Sena omeli ntar.
Gedung perpustakaan pusat sudah ada di depan mata. Tapi Sena semakin berat menuju ke sana. Dia berhenti. Menatap lama gedung yang dulunya terkesan biasa saja, kini menjadi horor baginya. Dia harus menghabiskan waktu untuk belajar dan merevisi skripsinya di dalam sana. Dan hal yang terburuknya dia sendirian. Sudah tidak banyak teman-teman angkatan yang bisa dia jumpai. Di kelasnya tersisa lima orang yang belum lulus termasuk dirinya.
Tolong Sena butuh support sistem!
"Mau masuk atau tidak?"
Sena melompat saking kagetnya. Dia berbalik dengan gerakan cepat.
Pria berkacamata rambut poni yang sedikit panjang dan kemeja flanel lagi. Really, Dohyun selalu berpakaian dengan style yang sama.
"Hai Dohyun!" sapa Sena.
Dohyun diam saja. Sena jadi kikuk. Soalnya selain diam, Dohyun malah menatap intens dirinya juga.
Mending kalo lembut, tapi ini mata sipit Dohyun terkesan lempeng dan pandangannya sedikit tajam.
Deg!
Kenapa matanya sipitnya hampir sama kayak Doyoung?!
"Kamu mau masuk ke sana ngga? Jangan ngalangin jalan kayak gini!" Suara beratnya mengalun lagi.
Sena automatis ngangguk. "Dohyun bareng yuk!"
Dan belum sempat dibalas, Sena dengan lancang menarik tangan Dohyun. Berjalan cepat memasuki gedung perpustakaan.
Dia menemukan support systemnya sekarang!
-
-
-
-
-
-
Hari demi hari berlalu. Kehidupan berjalan dengan normal. Setidaknya bagi semua orang terkecuali Suho dan Siwon yang masih perang dingin. Suho masih marah tentu saja. Dan tak ada perubahan mengenai kondisi tubuhnya. Dia masih belum bisa berbicara. Hanya kepada saudara-saudaranya dia bisa sedikit merespon dengan baik. Belakangan dia lebih menarik diri dari kedua orang tuanya terutama dari papanya.
Ah benar!
Ada satu lagi perubahan kecil tapi kali ini adalah perubahan yang baik. Baik untuk semua orang kecuali Kai yang suka was-was dengan si pendatang baru yang mulai diterima oleh grup mereka.
Dohyun maksudnya.
Sejak pertemuan ketiga kalinya, di perpustakaan itu, Sena tak segan menyapa dan mencari Dohyun terlebih dulu. Termasuk di rumah. Dalam kurun waktu dua minggu ini, Sena berhasil membawa Dohyun ke acara makan malam bersama kakak-kakak dan pacarnya.
Bisa dikatakan mereka sudah mulai menganggap Dohyun di dalam lingkar pertemanan mereka.
Baekhyun senang tentu saja. Adik sepupunya yang cukup pendiam ini bisa akrab dengan teman-temannya.
Seperti sekarang, Dohyun sedang digarap paksa oleh mereka.
Ini adalah hari dimana pesta anniversary Siwon dan Tiffany berlangsung. Di rest room, Sehun dan Baekhyun mendudukkan Dohyun. Dohyun menciut ketika dua laki-laki itu memegangi kedua tangan dan tubuhnya.
"Sena cepat pasangin!"
"Apa?"Dohyun panik apalagi kaca matanya diambil oleh Sena. Masih kelihatan sih, cuma tetap saja dia butuh kaca matanya itu.
"Issh diem deh! Aku mau pasangin softlense nih." Sena gemas dari tadi Dohyun mengelak kayak ulet keket.
Alhasil Dohyun mengalah. Daripada matanya juga kena colok oleh jari-jari Sena. Sedikit mengganjal ketika benda itu masuk ke dalam matanya. Butuh penyesuaian.
Sena menjauh begitu juga dengan Sehun dan Baekhyun untuk melihat hasilnya.
Saat mata sipit itu terbuka sempurna. Semua orang tersenyum puas. Ada rasa takjub juga.
Baekhyun menepuk tangannya sekali untuk menyadarkan orang-orang dari keheningan.
"Udah kedip woy Sen! Kedip!"
Sena gelagapan. Dia ketahuan lagi melongo terpesona sama Dohyun.
Cakep banget gila!
Dohyun beranjak bangun. Dia merapikan pakaiannya yang sedikit berantakan akibat memberontak tadi.
Sehun merasa puas melihat mata sipit itu sudah tidak terbingkai lagi dengan kaca mata. Tahu kenapa mereka melakukan ini?
Mereka mau ngenalin Dohyun sama salah satu gadis yang akan jadi tamu undangan nanti.
Kai yang baru saja tiba, ikut kaget melihat penampilan Dohyun sekarang. Si empat mata sedang tidak memakai kaca matanya.
Seperti biasa Kai langsung menghampiri Sena dan merangkul pinggang gadis itu dengan seduktif.
"Sayang, kamu dicariin Sinbi tuh!" ucap Kai lembut tapi tatapan matanya tak lepas dari Dohyun. Dohyun sendiri cuek. Dia tak pernah ambil pusing dengan sikap defensif dari Kai pada dirinya. Dari awal Dohyun memang tidak berniat berteman dengan siapapun. Hanya saja ketika mereka yang memang datang dan menawarkan pertemanan, Dohyun akan menanggapinya dengan baik. Dia sebenarnya tidak sedingin perkiraan orang-orang. Dia hanya orang yang kikuk.
"Oh iya, aku ke sana dulu ya." Sena berlalu. Tinggallah empat orang bujang.
Dohyun beranjak bangun. Dia mau kembali ke asalnya tadi. Dia sudah mendapatkan spot yang nyaman menurutnya untuk menghabiskan waktu di pesta ini. Dohyun tidak terlalu suka disorot oleh orang-orang.
"Mau kemana Lo?" Kai memanggil lebih cepat dibanding Baekhyun. Sehun noleh kepada Dohyun yang sudah bergeser beberapa langkah dari tempatnya semula.
Dohyun berbalik. Dia diam saja tak menjawab. Tapi menunggu Kai melanjutkan lagi perkataannya. Dohyun tahu, Kai ingin mengatakan sesuatu lagi.
"Jangan jauh-jauh dari kita dulu! Ada yang mau kenalan sama Lo."
Demikian Kai berlalu terlebih dulu melewati Sehun, Baekhyun dan Dohyun sendiri.
Dohyun terbelalak. Menoleh kepada Sehun dan Baekhyun meminta penjelasan. "Siapa?"
"Temennya Sena." Jawab Sehun.
"Temen gereja Lo juga." Sambung Baekhyun.
Hah? Siapa sih?
-
-
-
-
-
-
-
"Anjir gue deg-deg an Na!"
Sena terkikik melihat Sinbi yang biasanya cool dan tenang, kini dia gelisah dan tak bisa diam sama sekali. Sesekali gadis itu akan mengelap tangannya yang berkeringat di sisi gaun vintage yang dia kenakan.
Temanya itu tahun 80 an, tapi kayaknya Sinbi melampaui ekspektasi deh kostumnya. Not problem.. She is perfect now.
Sena jadi ingat, dua hari yang lalu Sinbi menggedor pintu kamarnya lalu merengek menanyakan sesuatu yang cukup absurd.
"Lo kok bisa Deket sama Dohyun?"
"Kok Lo tahu Dohyun?" Keduanya saling melempar pertanyaan.
"Dia temen gereja gua. Gue tahu dia satu kampus sama kita. Tapi gua ngga tahu, kalo kalian itu saling kenal. Mana keliatannya dekat pula..." Ada nada tidak suka sekaligus putus asa dari ucapan Sinbi.
Sena paham. Ngga usah dijelasin lebih jauh, dia bisa menebak dengan baik. "Dia itu sepupunya Kak Baek.. Lo suka sama Dohyun?"
Dan tak pakai malu-malu kucing. Sinbi mengangguk mantap.
"Kenalin gua ke dia plis!"
Itu mengapa tadi Sena mendandani Dohyun secara paksa. Ketika Sena menceritakan hal ini kepada Baekhyun, Abang jejadiannya itu langsung antusias.
Katanya Dohyun itu memang payah dalam urusan asmara. Hidupnya dibawa serius terus. Belajar, belajar, dan belajar.
Sehun yang mendengarnya malah mencibir. "Memang apa salahnya jomblo?" Dia tersindir oleh ucapan Baekhyun yang mengatakan sudah saatnya Dohyun mengakhiri masa jomblonya.
Ini pesta anniversary orang tuanya. Acara sudah dimulai. Sebentar lagi acara inti untuk potong kue. Tapi di hiruk pikuk tamu, Sena tidak melihat Suho dan Chanyeol sejak tadi.
Terakhir melihat mereka adalah tadi saat perjalanan masuk ke resort.
Sena celingukan. Dia menaruh minumannya. "Sin, aku ke toilet sebentar ya." Sena pamit dengan alasan klise.
Dia berjalan mengelilingi kebun yang setiap sudutnya hampir diisi oleh para tamu.
Sudah setengah putaran tapi dia belum melihat keberadaan dua orang kakaknya.
"Kamu mau kemana?" Sehun menahan Sena yang seperti orang linglung di tengah pesta ini.
"Kak, Lihat Kak Suho sama Kak Chanyeol ngga?" Ucap gadis dengan broken white skirt dan blouse bunga-bunga kecil berwarna hitam dan putih itu.
Sehun menggeleng. Iya juga ya? Kakak-kakaknya belum terlihat sejak tadi.
Dia buru-buru mengeluarkan ponselnya. Mendial nomor salah satunya. Tidak diangkat.
Mencoba yang lainnya, malah tidak tersambung.
"Kamu di sini aja ya! Kakak cari mereka keluar dulu."
Sena tidak sempat menahan Sehun yang sudah berlalu pergi. Dia ingin menyusul. Tapi panggilan Baekhyun menginstrupsi dia.
Baekhyun lalu menarik Sena untuk kembali ke tempat dimana Sinbi berada. Sudah ada Kai dan Dohyun sekarang.
Sinbi terbengong melihat Dohyun yang berdiri menjulang di depannya. Sedang Dohyun bak anak kecil yang polos. "Dohyun kenalin ini Sinbi, teman aku." Sena yang baru saja bergabung lagi langsung memperkenalkan keduanya.
Tangan Sinbi yang pertama terulur. Pipinya bersemu saat Dohyun menjabat tangannya.
"Dohyun."
"Sinbi." Ucapnya manis sambil badannya bergoyang-goyang sedikit karena Sinbi juga memainkan kakinya.
Sena menyipit melihat sahabatnya ini gugup sekali.
Kai dan Baekhyun pura-pura minum biar ngga ketawa lihat moment cheesy ini.
Mak comblangnya laknat emang.
"Lo.."
"Iya?" Jawab Sinbi antusias saat Dohyun mulai mengajaknya berbicara.
"Satu gereja sama gue?"
Sinbi mengangguk mantap. "Yang hujan waktu itu.. Yang Lo pinjemin kemeja buat nutupin baju gue yang basah." Cerita Sinbi senang.
Sena membulatkan matanya. Menoleh cepat ke Dohyun. Dohyun pun meliriknya.
Dan Sena menggeleng kecil. Oalah cuk! Dasar kupu-kupu!
Ternyata Dohyun memperlakukan semua wanita sama seperti itu.
Huh! Untung Sena tidak baper! Tapi rupanya Sinbi sebaliknya.
Terimakasih kepada Kai yang sudah membuat imannya kuat, tidak meleng jadinya.
-
-
-
-
-
-
-
Chanyeol terus mengikuti langkah Suho kemanapun kakaknya itu melangkah. Jadi ceritanya begini, Chanyeol mempergoki Suho yang meninggalkan pesta yang berlangsung saat ini. Saat Chanyeol memanggilnya, Suho tidak menggubrisnya.
Dan saat Suho ditarik paksa untuk berbalik oleh Chanyeol, saat itu juga iris bulat Chanyeol bertatapan dengan iris kelam Suho yang basah oleh air mata.
Suho menyentak tangan Chanyeol. Dia berbalik lagi dan lanjut berjalan.
Chanyeol yang tidak bisa membiarkan Suho seorang diri, memutuskan untuk mengikuti kakaknya dari belakang.
Mereka sudah berjalan cukup jauh meninggalkan resort. Berjalan di pinggir trotoar yang jalannanya cukup sepi dengan sesekali kendaraan yang lewat.
Chanyeol melihat Suho mengulurkan tangannya lagi untuk menghela sesuatu di matanya. Apalagi kalau bukan air mata.
Ini sungguh membuat Chanyeol khawatir. Suho tidak akan menangis semudah itu jika tidak ada masalah yang sangat serius.
"Kak, Tolong jawab gue! Lo kenapa?" Chanyeol sudah tidak tahan.
Suho menghentikan langkahnya. Bukannya dia tidak tahu Chanyeol mengikuti dia sejak tadi, hanya saja Suho tidak tahu harus menjawab apa pada adiknya.
Suho mendongak. Menghalau air matanya jatuh lagi. Dia mengambil napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan berat beberapa kali.
Chanyeol berjalan melewati Suho. Dia berdiri tepat di depannya. "Lo kenapa sih?"
Ketahuilah Chanyeol mulai habis kesabaran. Kalau ini Sena ataupun Sehun, sudah pasti dia akan ancam dilaporkan kepada papa jika tidak ingin bercerita. Tapi ini Suho, hal ini tidak akan mempan.
Chanyeol berdecak pelan. Suho kan tidak bisa berbicara. Mau jawab pun dia tidak b--
"Gue muak ada di sana."
--isa
"ANJIR LO BISA NGOMONG KAK?" Chanyeol ngga budeg, apalagi telinganya kan lebar. Tadi dia mendengar jelas Suho berkata sesuatu padanya.
Rasa terkejut dan euforia senang Chanyeol diinterupsi oleh ucapan Suho lagi. Dia mengatakan dengan wajah serius ah tidak! Tapi dengan mata memerah lagi dan rasa sakit yang ada di hatinya tergambar jelas di rautnya.
"Papa selingkuh Chan.."
"Hah?" Chanyeol membeo. Hening sesaat. Tapi lalu dia terbahak.
"Ngga-ngga mungkin! NGGA MUNGKIN!" Chanyeol seperti orang gila dengan perubahan nada bicaranya seperti barusan.
Dia berusaha menyangkal apa yang dikatakan Suho.
Suho menatap lurus mata Chanyeol.
Adiknya juga harus tahu ini. Dia tidak kuat menahan rahasia ini seorang diri. Dia sudah berusaha, tapi dia tidak sanggup berpura-pura tidak tahu selama ini.
Biarlah Chanyeol juga tahu. "Papa selingkuh dengan dokter Stella."
"..." Mata Chanyeol memerah. Badannya kaku.
"Dan mereka sudah memiliki seorang anak."
Chanyeol mengepalkan tangannya erat. Bahkan sampai otot-otot tangannya terlihat jelas.
Suho belum berhenti. Chanyeol juga harus tahu semuanya. Semuanya yang menjadi kesakitan Suho selama ini.
"Anak mereka sudah berumur sembilan tahun."
"Papa sudah lama mengkhianati mama, Chan!"
BUGH!
Chanyeol menghantamnya. Suho tersungkur ke atas tanah. Sudut bibirnya berdarah.
Benar! Ini reaksi yang sudah Suho perkirakan dari Chanyeol.
"Diam! Lo bohong kan, Kak?!" Chanyeol mencengkeram kerah baju Suho.
Suho mendorongnya. Dia bangkit berdiri. "Lo pikir gue gila apa?ngarang cerita tentang Papa, hah?!"
Dua puluh tahun mereka hidup dalam sandiwara ayah mereka. Tidak akan ada yang baik-baik saja tentang ini.
Chanyeol yang emosinya selalu meledak-ledak, melampiaskannya saat itu juga.
"Brengsek!"
BUGH!!!
-
-
-
-
-
-
-
Sehun putus asa mencari kedua kakaknya. Ditambah lagi Sena terus menghubunginya dan mengatakan bahwa acara potong kue segera dimulai. Masalahnya adalah mereka harus mendampingi orang tua mereka. Sudah dua orang yang menghilang, setidaknya Sehun harus ada di sana bersama Sena.
"Dimana Suho dan Chanyeol?" Mama berbisik pada Sena dan Sehun yang akhirnya mendekat setelah MC memanggil mereka berkali-kali.
Sehun yang baru saja berlari dari lobby menuju kebun, menggeleng seadanya. Napasnya masih ngos-ngosan.
Siwon merangkul istrinya, menggiring serta dua orang anaknya sambil berbisik-bisik. "Paling mereka keluar sebentar."
Sena tidak setuju. Karena kenyataan, Suho dan Chanyeol tidak ada di pesta ini sejak lama.
Kedua orang itu tidak akan menghilang seperti ini jika tidak terjadi sesuatu.
Sena tidak fokus sama sekali ketika acara potong kue berlangsung. Melirik ke arah Sehun, Kakaknya juga menunjukkan hal yang sama.
Tepat saat kue selesai dipotong, kembang api menyala dengan meriah.
Ini ulang tahun ke tiga puluh orang tua mereka.
Sudahlah.. Sena nikmati saja pestanya. Toh Chanyeol dan Suho sudah besar. Tidak akan ada yang menculik mereka!
-
-
-
-
-
-
-
"Lo anterin Sinbi!"
"Hah? Ah enggak mau!"
"Anterin, Dohyun!"
"Gue engga mau, Sena!"
Keduanya saling menekan dalam penyebutan nama lawan bicara mereka.
Sena mengulurkan kunci mobil Baekhyun yang dia rampas secara paksa tadi dari pemiliknya.
"Ngga ada penolakan! Atau Lo mau gue acak-acak file notulen ujian SOCA punya Lo yang Lo titipin ke gua kemarin? Hayo pilih mana?" Sena merasa dia punya kartu As.
Benar saja, Dohyun mulai mengernyit mengingat file ujiannya yang ada di tangan Sena sekarang.
Gara-gara dia pergi dari perpustakaan teburu-buru hari itu. Dohyun berterimakasih banyak pada Sena yang menemukan hidup dan matinya itu. Tapi kalau begini ceritanya, Sena bisa saja yang membuatnya celaka.
"Oke! Mana kuncinya?"
"Nih! Hati-hati ya! Jangan ngebut-ngebut, eh tapi.. Lo hapal jalan pulang kan?" Sena sedikit khawatir mengingat Dohyun masih baru juga satu bulan ada di kota ini.
Sangat mengherankan kenapa anak itu bisa lancar sekali berbahasa Indonesia. Padahal Dohyun itu orang Korea asli. Bukan keturunan seperti Baekhyun.
"Hmm" Dohyun bergumam malas menjawab pertanyaan Sena. Dia celingukan mencari dimana gadis yang akan dia antar pulang. Sena juga.
Rupanya yang dicari ada di sana, sedang berjalan mendekat ke mereka berdua.
"Sin, Lo udah mau balik?"
"Iya Sen."
Sena menoleh ke Dohyun. "Nih, katanya Dohyun mau nganterin Lo."
Sinbi melihat Dohyun dengan antusias. "Bener?"
Dohyun tersenyum tipis. Dia mengangguk. "Demi file ujian gue.."
"Hah? Gimana?" Sinbi tidak mendengar ucapan lirih Dohyun.
Sena yang peka, memelototi tiang berjalan itu.
"Ah ngga.. Ayo!" Dohyun jalan duluan. Dalam hati dongkol setengah mati pada Sena yang seenaknya menjodoh-jodohkan dirinya. Dan membuat repot seperti ini.
Beberapa langkah Dohyun pergi, Sinbi menoleh ke Sena lalu berjingkrak heboh, memeluk sahabatnya itu. Sena pun.
"Thanks Sen!"
Sena mendorong gadis itu agar segera menyusul Dohyun. "Hati-hati ya! Jangan mau kalau diajak lihat kupu-kupu!" Canda Sena yang ditertawakan oleh Sinbi.
Dohyun dengan samar mendengar, teriakan itu.
"Memang kenapa kalau mau lihat kupu-kupu?" Dohyun jadi mikir kan jadinya.
-
-
-
-
-
-
-
"Masih belum diangkat, Ma?"
"Belum Pa."
Tiffany mendial lagi nomor masing-masing anak sulung dan nomor duanya. Keduanya sama-sama tidak menjawab panggilan.
Mereka sudah tiba di rumah, Tiffany bahkan belum mengganti bajunya. Dia terus mondar-mandir di ruang tamu menunggu kedatangan kedua anaknya.
Mobil Chanyeol sudah tidak ada ketika mereka semua menilik di parkiran hotel tadi sebelum pulang.
Ini hampir tengah malam. Tapi Suho dan Chanyeol belum juga kembali. Siwon yang baru saja membersihkan diri, menyusul sang istri di ruang tamu.
Sehun dan Sena sudah masuk ke dalam kamar masing-masing.
Siwon sama khawatirnya. Tapi melihat tidak ada yang bisa mereka lakukan selain menunggu, Siwon memutuskan untuk menggiring istrinya agar berbersih diri dulu.
Jam segini masih cukup dini bagi laki-laki dewasa seusia Chanyeol dan Suho ada di luar rumah.
Bisa saja memang salah satu dari mereka sedang membutuhkan angin segar, sedang yang lain menemani.
Dan Siwon tahu siapa yang sedang tidak baik-baik saja. Siapa lagi jika bukan Suho.
Matilah Siwon jika ternyata Suho memutuskan untuk bercerita kepada Chanyeol soal dia dan Stella.
Baru saja keduanya mencapai pintu kamar, suara deruman mesin mobil yang memasuki halaman rumah mereka membuat Tiffany antusias untuk menyambut kedatangan anak-anaknya.
"Itu mereka Pa!"
Seorang ibu langsung bergegas untuk menyambut kedatangan anak-anaknya pulang ke rumah. Tapi saat sudah sampai di ruang tamu, rupanya malah Tiffany yang diberi sambutan tidak terduga.
Suho dan Chanyeol masuk dengan kondisi tidak baik.
Muka mereka lebam. Suho bahkan sudah kepayahan, sedang Chanyeol masih tegak dengan wajah kaku.
"Kalian bertengkar?!" Tiffany tahu dari gesture keduanya. Ini seolah Chanyeol yang menghabisi Suho.
Suho dijatuhkan oleh Chanyeol ke atas sofa. Dia sendiri terengah menahan emosi diri yang masih diambang batas.
Chanyeol menghapus air mata yang tiba-tiba saja jatuh tak terkendali. Tiffany yang sudah bersimpuh di sisi Suho, mendongak pada Chanyeol yang menangis tersedu-sedu sekarang .
"Chanyeol kamu kenapa? Kalian kenapa sih?"
Suho masih lesu. Dia lelah. Maka dia akan biarkan semuanya terlihat jelas sekarang. Dia melihat ayah mereka, mematung di bawah anak tangga. Sena dan Sehun berhenti di tengah-tengah langkah mereka di anak tangga.
Bagus! Semua orang sudah berkumpul.
Chanyeol semakin menjadi ketika melihat papa dan mama ada di hadapan mereka.
Suho mengandalkan Chanyeol sekarang. Bagus! Biar saja Chanyeol yang membongkarnya. Dia sudah tidak peduli lagi. Rasa sakit di hatinya sudah tidak bisa dia tanggung lagi. Dia butuh pertolongan, Suho tidak bisa menjadi yang paling kuat rupanya.
Suho merintih. Bukan karena luka akibat baku hantam dengan Chanyeol. Mereka tadi sama gilanya dengan saling memukuli membuat diri masing-masing menjadi samsak, pelampiasan emosi mereka berdua.
Chanyeol yang sebelumnya tidak percaya pada Suho, Hingga akhirnya Suho menunjukkan segala bukti yang ada.
Dan tak menunggu apa-apa lagi, Chanyeol berjalan cepat menuju ayah mereka.
Siwon tidak sempat menghindar. Dia tersungkur dengan sebuah pukulan dari Chanyeol di sudut bibirnya.
"Chanyeol!"
"PAPA!"
Sena dan Sehun menghambur ke papa dan Chanyeol begitu pula dengan Tiffany.
Tiffany sontak menarik Chanyeol, membalikkan anak itu lalu menamparnya.
"Kamu apa-apaan? Kamu sadar apa yang kamu lakukan tadi?!" Tiffany naik pitam.
Chanyeol langsung menyalak pada mamanya. Dia mengadu dengan emosi dan tangis yang membuatnya tersedu-sedu.
"Mama jangan bela bajingan itu!"
Semua orang kecuali Suho tidak menyangka Chanyeol mengatakan kalimat itu. Sampai akhirnya Chanyeol selesai dengan kalimatnya. Semuanya mendadak seperti bumi berhenti berputar.
"Papa punya selingkuhan Ma!"
Deg!
Siwon, hari ini akhirnya datang juga padamu.
"PAPA DAN DOKTER STELLA SELINGKUH!" teriak Chanyeol sejadi-jadinya.
Suho memejamkan matanya. Dadanya sesak tidak tahu lagi cara mengatasinya.
Dia menatap kosong pada laki-laki yang paling dia hormati di dunia ini. Suho sangat membeci laki-laki itu sekarang.
-
-
-
-
-
-
-
-
TBC
Hayoloh ketahuan..
Dah greget belum?
Dah puas belum?
Waktu dan tempat dipersilakan untuk kesan dan pesannya pada Bapak Siwon 🙂
Btw, selama ini kalian membayangkan cast Sena mirip siapa sih? Kalau aku kasih visual gimana? Atau tetap mau oc saja?