~~~
"Bunda?"
Mendengar suara serak suaminya, sontak Linzy mengalihkan pandangannya. Tangan kanannya langsung terulur untuk merapihkan rambut Arka yang memang terlihat sedikit berantakan.
"Elang rewel? Kok ga bangunin aku?"
Kini posisi Arka duduk bersandar disamping Linzy, memperhatikan putra kecilnya yang sedang memejamkan mata, sembari fokus menyusu. Sudah terhitung satu minggu ini, tidur keduanya tidak pernah benar-benar nyenyak. Arka yang notabenenya memang mudah terbangun, sering kali ikut terbangun saat mendengar tangisan Elang. Sekaligus menemani istrinya, dan berakhirlah dengan mereka yang begadang bersama-sama, hingga menunggu si baby terlelap kembali.
Pengalaman pertama menjadi orangtua, dan mereka menikmatinya.
"Engga rewel kok, tadi Elang sempet nangis karna laper, mau minum susu."
"Pegel ga? Mau gantian gendongnya?"
Linzy tersenyum, memperhatikan pergerakan Arka yang mulai bersiap untuk menggendong Elang. "Kamu tidur lagi aja, subuh juga masih lama."
"Gapapa, besok juga free. Ga kemana-mana,"
"Tapi tadi baru tidur jam dua belas, kan?" Tebakan Linzy tentu saja benar. Tadi Arka memang sibuk menyelesaikan beberapa pekerjaannya yang di kampus maupun di kantor.
"Cepet tidur lagi, jangan sampe mata pandanya muncul,"
Bukannya tidur berbaring, Arka justru menyandarkan kepalanya dibahu Linzy. Membuat Linzy tersenyum geli, sejujurnya dia memang terlihat seperti mengurus dua bayi sekaligus. Ya, Arka senior dan Arka junior.
"Sekarang mau peluk kamu aja susah, harus gantian," Pengaduan Arka benar-benar terdengar menggemaskan ditelinga Linzy.
"Gantian sama siapa?"
"Ya sama baby, sayang."
"Terus kenapa? Kamu cemburu gitu?"
"Cemburu sih engga, cuma perlu membiasakan diri aja, karena sekarang prioritas kamu bukan aku."
Kalian percaya? Di waktu dini hari seperti ini, Linzy berhasil dibuat tertawa oleh tingkah suaminya. Ya Tuhan, sekalinya dewasa, pesona dosen idola ini memang tidak pernah gagal. Dan sekalinya dia menggemaskan pun, tidak pernah tanggung-tanggung.
"Kalian berdua tetep prioritas aku boo," Ucap Linzy mengecup pipi Arka.
"Aku nomor dua, kan?"
Linzy kembali terkekeh, "Nope. Kalian sama-sama nomor satu."
Arka kembali memejamkan matanya, wajah tampannya bersembunyi dengan nyaman dileher Linzy. "Kalo Elang rewel, atau kamu kerepotan apapun bangunin aku, yaa."
"Hmmm,"
Untungnya pangeran kecilnya tertidur nyenyak, sehingga pergerakan Linzy yang juga sedang mengusap-usap lengan Arka, tidak menganggu si baby sama sekali. Deru napas Arka terasa hangat dan begitu teratur dileher Linzy, pasti suaminya itu sangat lelah.
Dengan setia mata Linzy mengamati wajah tampan Arka dan juga Elang, secara bergantian. Sebenarnya dari awal Linzy sudah memiliki feeling bahwa buah hatinya pasti berjenis kelamin laki-laki, menuruni Arka. And see? Benar saja.
Namun ada satu hal yang tidak pernah Linzy duga sebelumnya. Karena setelah kelahiran Elang, Arka tidak pernah ketinggalan untuk memotret Elang di setiap momen apapun. Jika kalian melihatnya, mungkin kalian akan gemas dengan Arka yang mendadak menjadi photographer. Bahkan Arka mendapatkan banjir ucapan, baik dari para dosen maupun mahasiswa di kampus. Itu karena Arka sering membagikan foto-foto pangeran kecilnya, di social media. Linzy saja sampai heran, karena sebelumnya Arka memang tidak sampai sebucin itu kepadanya.
"Boo, tidurnya jangan gini. Nanti leher kamu sakit,"
Arka hanya bergumam pelan, semakin menyembunyikan wajahnya. Dasar bayi besar.
~~~
Rutinitas setiap pagi, baik Linzy maupun Arka pasti kembali terbangun karena tangisan baby Elang. Dan kali ini, giliran Arka yang menggendong Elang, membiarkan istrinya kembali tidur. Dalam diam, Arka benar-benar tidak pernah bosan mengamati wajah putranya, yang bahkan menurut Bundanya memang mirip sekali dengannya semasa kecil.
Ternyata sebahagia ini menjadi orangtua. Sebahagia ini menjadi seorang Ayah. Arka merasa sangat bersyukur memiliki mereka. Linzy dan Elang, pelengkap kebahagiannya.
"Loh? Itu Elang nya udah bobo lagi, kenapa ga diboboin?"
Arka tersenyum simpul, beralih memandangi istrinya yang baru saja bangun. "Gapapa. Aku emang lagi pengen gendong baby."
"Hmm," Gumam Linzy beranjak dari kasurnya. Berjalan menghampiri Arka yang sedang duduk di sofa, dekat jendela. Linzy mencium pipi Arka, begitu pun dengan Arka yang mencium kening Linzy. Keduanya sama-sama melemparkan senyuman manis.
"Mau sarapan sekarang?"
"Nanti aja,"
"Anteng banget kalo udah sama Elang," Cibir Linzy.
"Hey jagoan, denger tuh, Bunda kamu lagi cemburu." Bisik Arka, seolah sedang mengadukan Linzy pada Elang.
"Boo, di depan kamu ada kaca gede banget!" Sarkas Linzy.
Tolong ingatkan, siapa yang tengah malam sering mengadu atau bahkan merengek, karena merasa waktu Linzy benar-benar disita oleh Elang? Siapa juga yang suka mendadak menjadi bayi besar, hanya karena cemburu kepada putranya sendiri? Yashh, itu memang kelakuan dosen idola kesayangan kita.
Arka tertawa kecil, sebelum akhirya mencuri kecupan di pipi chubby Linzy. Menggoda Linzy di pagi hari, memang sering kali menjadi rutinitas Arka. Dan ya, sisi menggemaskan istrinya tidak pernah berubah sama sekali.
Dalam gendongan Arka, Elang tampak bergerak tidak nyaman. Bisa dipastikan, jika beberapa detik lagi si baby akan menangis. Linzy yang sudah hapal dengan kebiasaan tersebut, langsung sigap mengambil alih Elang. Seriously, tangannya benar-benar gatal ingin memainkan pipi chubby Elang. Gen keluarganya memang turun temurun, berpipi bulat seperti bapau.
"Haus ya? Mau minum susu?" Linzy tersenyum, saat Elang membuka kedua matanya.
"Elang boleh makan kapan?"
"Nanti, kalo dia udah enam bulan."
"Pasti gemes, pas nanti dia tumbuh gigi. Terus belajar manggil kita, Ayah, Bunda." Ucap Arka dengan ekspresinya yang tak kalah menggemaskan.
"Gimana perasaan kamu sekarang? Udah jadi Ayah?"
"Tentu ada kebahagiaan tersendiri, sayang. Yang pasti aku banyak bersyukur, karena keluarga kecil impian aku ya memang sama kamu, dan hal itu bener-bener terwujud."
"Apalagi sekarang ditambah sama kelahiran Elang. Kebahagiaan aku udah ga bisa di deskripsiin lagi." Lanjut Arka merangkul pundak Linzy, agar bisa bersandar dalam dekapannya.
Linzy ikut tersenyum mendengarnya, "Elang bener-bener mirip kamu, nanti adik Elang harus mirip aku pokonya!"
"Ohhh, jadi sekarang udah nyiapin planning, nih?"
"Hanya sekedar perumpamaan dari kemauan aku," Ralat Linzy. "Masa iya, nanti mirip kamu lagi? Ga adil banget dong,"
"Ya ampun Bunda, emang kalo mirip aku mengecewakan? Ganteng gini juga,"
"Dih, semoga ga nurun ke Elang deh sisi narsisnya."
"Bunda kamu kalo lagi ngomel kaya gitu, suka pengen Ayah gigit," Bisik Arka menundukkan kepalanya, tepat disamping telinga Elang.
"Gigit apanya?"
"Kamu maunya aku gigit dimana?"
Siapapun itu, tolong ingatkan pasangan suami istri ini, bahwa sekarang ada pangeran kecilnya ditengah-tengah mereka.
~~~
"Sekarang udah wangi ya, ganteng banget sih anak Bunda,"
Linzy terlihat sangat gemas, memangku Elang sembari menikmati aroma ciri khas bayi. "Kalo sekarang ada Ayah kamu, pasti sekarang kamu udah diculik sama dia," Kekehnya kemudian.
Ya, tadi Arka memang mendapatkan telpon dari asistennya bahwa ada client dari luar negeri yang datang hari ini. Jika bukan dorongan dari istrinya, mana mungkin Arka mau pergi begitu saja disaat hari ini ia tidak ada jadwal sama sekali. Percayalah, kebucinan Arka memang meningkat semenjak kehadiran Elang. Papa muda ini benar-benar betah di rumah.
Tok...
Tok...
Tok...
"Non Zyzy, temen-temen Non udah pada dateng,"
"Iya Bi, aku minta tolong siapin minum sama makanan ya,"
Bi Arum mengangguk, kembali ke dapur. Sebenarnya ini merupakan acara dadakan. Dengan kompaknya Dara dan Irish menghubungi Linzy, mengatakan bahwa mereka akan datang ke rumah hari ini untuk menengok baby. Tentunya Linzy dengan senang hati mempersilahkan mereka kemari.
Di ruang tamu sudah ada Dara, Lingga, Irish, dan juga Jayden. Kedatangan Linzy yang menggendong Elang, membuat perhatian mereka teralihkan. Kata Mama muda, langsung terlintas dipikirannya masing-masing. Pasalnya, tubuh mungil Linzy berhasil menyamarkan umurnya.
"OMG, ponakan gueee," Pekik Dara kegirangan. "Halo Elang, ini aunty."
"Sumpah, Zy? Gue akuin, ini mah Pak Arka banget," Gumam Jayden bergidik, entah karena apa.
"Dia Bapaknya, bro." Kekeh Lingga mengingatkan.
"Btw, Arka jadi pergi, Zy?" Lanjutnya bertanya.
"Heem, dadakan sih. Soalnya hari ini Kak Agha emang ga ada jadwal apa-apa."
Senyuman yang tercetak jelas diwajah Jayden, membuat Dara tertawa, sudah mengetahui maksud dari itu semua. Ketengilan seorang Jayden Nugraha memang tidak pernah berubah.
"Jangan iseng," Tegur Irish menyenggol lengan suaminya.
Dan yang ditegur, hanya cengengesan tidak jelas. "Hehehehe,"
"Apa? Kali ini apalagi?" Sindir Dara masih dengan tawanya.
"Dar, gendong dulu baby nya dong," Pinta Jayden tiba-tiba. "Sebentar aja,"
Irish langsung berdecak, "Astaga, baru dateng udah mau cari perkara ya, kamu?"
"Dijamin bakal seru, sayang."
Karena penasaran, Dara langsung memberi kode agar Linzy menyerahkan Elang kepadanya. Jika ditelusuri, Jayden dan Dara memang terlihat seperti satu komplotan. Hobi membuat Arka misuh-misuh, bentuk kecemburuan namun jatuhnya justru menggemaskan. Heran.
"Sini Zy, deketan,"
"Inget bini, di sebelah," Seru Lingga.
Mengabaikan semua mata yang sedang menatap ke arahnya, Jayden duduk dekat Linzy, berniat mengambil foto selfie berdua. Tanpa banyak basa-basi lagi, Jayden langsung mengirimkan foto tersebut kepada Arka, ditemani rentetan kalimat yang memang terkesan menyebalkan.
'Haiii Papa muda,apa kabs? Istrinya pinjem dulu ya, saya doain semoga anda memiliki kesabaran yang kuat, supaya tidak terburu-buru pulang. Btw anaknya ganteng, mirip saya banget.'
"Mana coba liat?"
Linzy mengambil alih ponsel Jayden, lalu membacanya. Tawa kecilnya langsung terdengar, karena sepulangnya Arka nanti, pasti dia akan bawel mengomelinya. Apalagi jika orang yang bersangkutan itu adalah lelaki pemilik nama Jayden.
"Nyari mati lo," Kekeh Dara tak habis pikir dengan tingkah Jayden. Memang biangnya mencari keributan. But, setidaknya Dara harus mengucapkan terima kasih, karena Dara pribadi memang menyukai keributan.
"Btw, bumil nginjek minggu ke berapa, nih?" Tanya Irish pada Dara.
"Minggu ini, ke sembilan."
"Asik, calon Mamih Papih juga dong," Goda Jayden bersiul heboh.
"Cepet nyusul makanya,"
"Iya, ntar anak gue cewe. Biar bisa dijodohin ah,"
"Ngebet banget perasaan," Komentar Linzy, yang memang merasa sudah terlalu sering mendengar keinginan Jayden tersebut. Tidak peduli bagaimana balasan sarkas Arka, Jayden tetap ngotot ingin melancarkan niat besanannya itu. Padahal masanya masih terlampau jauh. Apalagi saat ini Irish pun belum mengandung.
"Bikin adonannya dulu, baru planning buat ke depannya," Ceplos Dara.
"Heh!"
"Daraaa!"
Teguran dari Lingga dan Linzy terdengar kompak.
"Ehh, maaf kelepasan ehehe,"
"Mau nyobain gendong baby El dong," Ucap Irish tersenyum, melihat Elang yang sedang menguap.
"Nih,"
Bibir mungilnya, tangan mungilnya, serta pipi bulatnya benar-benar membuat Irish gemas. Ah ya, dan jangan lupakan hidung mancungnya.
"Allahu akbar, Zyzyyyy!" Pekik Jayden dramatis. "Tolongin gue, please..."
"Kenapa? Kak Agha bilang apa?" Tebaknya sembari menahan tawa.
"Katanya, karna gue udah berani macem-macem sama kalian berdua, dia mau sunat gue lagi. Gilaaakkk, sadis banget. Tega gitu? Dia aniaya junior gue?"
"Mamam tuh!" Ledek Dara tertawa ngakak.
Tin!
Tin!
"Mampus, itu laki lo, kan?
Okay, Jayden semakin panik.
"AAAAAA, ZYZYYYY! DI SINI ADA GUA HIRA, GA? GUE MAU SEMBUNYI!!!"
#BERSAMBUNG
Tengil tapi penakut, dasar Jayden wkwkwk