Halohaa, Youniverse. Sesuai janji kemarin, kalau tembus challengenya, aku up hari ini. Kita masuk part 9, sekali up lagi sudah sepuluh. Caiden ini bakalan slow burn sama seperti Mangata. Satu Universe.
Jangan lupa tekan vote dan beri komentar yang ramai yaa. Aku berharap bisa ada 600 komentar di sini, sanggup tidak ini Youniverse? Dikomen saja perline/barisnyaa.
So, enjoy it!
*
Tidak dingin, namun tidak juga hangat. Hasa menggesek kakinya di ranjang berulang kali. Kedua matanya masih terpejam. Gadis itu mulai berangsur sadar dari alam mimpi yang untung saja kali ini tidaklah buruk.
Setelah cukup lama menikmati sisa-sisa kantuknya. Hasa membuka mata dan menatap lurus ke atas. Langit-langit kamar yang disediakan Taehyung ini memiliki ukiran yang cantik. Hasa, suka hal-hal berbau seni.
"Sudah bangun?"
Bolamatanya melotot dan dia langsung menoleh ke arah pintu kamar. Di sana ada Taehyung tengah bersandar sekaligus menatapnya.
"Sejak kapan kau di sana?" tanya Hasa.
"Sejak kau menggesek kakimu di ranjang. Apa itu salah satu cara agar keras kepala mu terus terasah?" tanya Taehyung meledek.
Pria itu berjalan mendekat dan berbaring di samping Hasa. Merasa gugup, si gadis Han membelakangi Taehyung dan menarik selimutnya semakin ke atas, setidaknya menutupi dadanya. Dia tidur tidak pakai bra.
"Kau gugup?" tanya Taehyung.
Gadis itu tidak menjawab. Taehyung menyentuh pundak Hasa dengan telunjuknya dan tubuh gadis itu seketika menegang.
"Berbalik lah. Tidak sopan berbicara seperti ini."
"Yang tidak sopan itu dirimu. Kenapa tiba-tiba berbaring di sini?!" sahut Hasa kesal. Dan Taehyung hanya tertawa mendengarnya.
Setelahnya, Hasa berbalik. Mereka bertatapan. Sampai tangan Taehyung menyentuh wajah si gadis Han dan dia mendekatkan diri. Bibirnya terbuka, Hasa sendiri tau apa yang akan dilakukan pemuda itu.
Ciuman.
Namun di luar dugaan, sesaat sebelum bibir mereka resmi bersentuhan. Taehyung berhenti.
"Aku lupa bibirmu sakit. Maaf. Aku akan mencium mu nanti," ujarnya lalu memberi elusan menenangkan.
"Kau, kau sudah mandi?" tanya Hasa asal.
"Sudah. Kenapa? Mau cium leher?" tanya Taehyung balik dengan begitu vulgarnya.
Hasa langsung bangkit dari ranjang dan berjalan cepat menuju kamar mandi. Taehyung yang melihat itu hanya mengangkat kedua bahu dan memejamkan mata sebentar. Hari ini akan menjadi hari yang melelahkan. Dia menjamin itu semua.
Tidak lama dari itu, Hasa telah keluar dari kamar mandi. Seperti dejavu, dia melihat Taehyung berbaring di ranjangnya. Tapi kali ini wajah pria itu terlihat pulas.
"Taehyung ssi?" panggilnya.
Kaki Hasa melangkah mendekat hingga dia kini duduk di sisi ranjang. Tangannya menyentuh tangan Taehyung, lalu mulai menggoyangkan tubuh pria itu walaupun pelan.
"Kim Taehyung ssi?"
Bukannya menjawab, Hasa justru mendengar pemuda itu mendengkur halus. Memilih untuk tak mengganggunya. Akhirnya Hasa berganti di dalam kamar mandi saja.
Memakan waktu lima belas menit, gadis itu keluar dan Taehyung tengah duduk melamun. Sepertinya baru tersadar kalau dia sempat jatuh tertidur.
"Kau bangun jam berapa?" tanya Hasa.
"Aku tidak bisa tidur."
"Kenapa? Apa karena aku menumpang di sini? Kau takut bertengkar dengan Jungkook?"
"Bukan."
Pria itu meremat seprai dan Hasa melihatnya. Hanya saja dia berpura-pura tak terjadi apa-apa.
"Aku memang sering tidak tidur dan itu bukan karena kau atau Jungkook atau siapapun yang kau kenal. Dirimu mau memakai itu hari ini?"
Hasa melihat ke arah dirinya sendiri. Dia memakai celana jeans hitam dengan kemeja berwarna senada. Pakaian yang sempat dibelikan Jungkook, tidak ada yang berwarna cerah kecuali putih.
"Iya, kau tidak suka?" tanya Hasa memastikan.
"Ah, suka, aku suka saja. Jangan lupa membawa jaket."
"Aku tidak punya— Maksudnya, Jungkook tidak membelikanku jaket."
Taehyung menaikan alisnya.
"Oke. Pakai punyaku saja, ada ukuran yang paling kecil, punyaku dulu sekali. Ayo kita keluar. Sebenarnya ini sudah telat lima belas menit dari waktu yang aku perkirakan. Aku akan kebut-kebutan nanti. Kalau takut, peluk saja ya."
"Tidak, terima kasih."
+++
Seoul Jung District. Distrik Jung, Seoul. Hasa tidak tau kenapa Taehyung membawanya ke sini. Mereka bahkan meninggalkan mobil dan berjalan kaki semakin ke dalam. Perasaannya mulai tidak enak. Beberapa penduduk di sana menatap mereka takut-takut. Bahkan ada yang memutuskan untuk langsung masuk ke dalam rumah.
"Taehyung ssi," panggil Hasa.
Namun langkah pemuda itu seolah tidak bisa dihentikan kecuali telah sampai di tujuan.
"D-dia, dia datang, masuklah!" ujar orang di depan sana pada anak-anaknya. Hasa menelan air liur.
Siapa Kim Taehyung?
"Tehyung!" panggil Hasa lebih kuat dan itu berhasil membuat si pemuda Kim berhenti.
"Ada apa, Hasa? Kau berisik sekali sedari tadi," katanya.
"Kenapa kita berjalan sejauh ini? Sebenarnya kita—"
Taehyung berbalik. Dia memegang dagu Hasa dan mendekatkan wajahnya.
"Kenapa kau tidak diam saja dan lihat kita berhenti di mana?" tanya pemuda itu penuh penekanan. Hasa menepis tangannya lalu berjalan lebih dulu seakan dia tau ke arah mana tujuan ini.
Taehyung menghela napas. Dia menyusul Hasa lalu memegang tangan gadis itu dan hanya sekitar dua puluhan meter mereka berjalan. Keduanya berhenti di depan sebuah hunian sederhana.
"Kim Taehyung datang," ujar Taehyung.
Pintu terbuka dan Hasa terkejut saat seseorang berbadan kekar serta tinggi menjulang yang menyambut mereka.
"Tuan Kim, yang lain sudah menunggu Anda di bawah."
"Bawah?" tanya Hasa reflek.
"Apakah Anda ini Nona Han?" tanya pria asing itu dan Hasa mengangguk.
"Tuan Jeon bilang Anda tidak boleh masuk."
"Dia pacarku," sahut Taehyung.
"Kalau begitu, maaf, Tuan Kim. Mungkin Tuan Jeon tidak tau. Silahkan masuk," ujar orang itu dan Hasa memasang ekspresi angkuhnya. Setidaknya dia bisa menutupi rasa gugup.
Sekarang gadis itu mengerti apa yang dimaksud 'bawah'. Ternyata sejak dari pintu utama, mereka langsung dihadapkan dengan tangga yang lumayan berliku.
Sampai akhirnya pendengaran Hasa menangkap suara peluru yang lepas dari pistol. Dia melepas pegangan tangan Taehyung, pria itu tidak ambil pusing saat Hasa melangkah lebih cepat darinya. Rasa penasaran gadis itu membuncah.
Kaki Hasa berhenti berlari. Di hadapannya saat ini adalah orang-orang yang sempat dia temui di kantor saat itu. Ketika Jungkook ingin rapat. Semuanya. Semuanya ada di sana. Tapi ada beberapa orang yang tidak Hasa kenal.
"Lebih ke kanan," ujar Jimin ke arah Nara yang tengah membidik sesuatu di depan sana.
"Jangan bergetar, Nara" ujar pemuda Park itu lagi.
Hasa menatap ke segala arah. Di luar sana, terlihat layaknya rumah biasa, namun di bawah sini, terlihat lebih baik namun tetap memiliki kesan mencekam. Seperti, sarang mafia.
"Akhirnya kau bertemu Jungkook lagi ya. Kalau tidak mau semakin berantakan. Jangan jauh-jauh dariku," bisik Taehyung.
Hasa mencium pelipis pemuda itu dan bertepatan Jungkook melihat ke arah mereka. Si pemuda Jeon menggigit bibir.
"Oh! Taehyung sahabatku," ujar Jimin.
Yoongi menoleh dengan tatapan tajam. Hasa pun membalasnya tak mau kalah. Dirinya diminta duduk oleh Taehyung. Bukan di atas kursi, melainkan...
"Ayo, aku pangku" katanya.
Gadis itu mulai mendudukan diri di paha Taehyung lalu dia memeluk leher si pemuda Kim. Sementara tangan Taehyung yang lainnya mengelus paha Hasa. Bibirnya mencium leher gadis itu.
"Yang di samping Jungkook saat ini namanya Moon Yonhae, baru pulang dari luar negeri" bisik Taehyung dan Hasa melirik orang itu.
"Aku tidak menyarankanmu untuk dekat dengannya. Kalau mau mencari teman, kusarankan itu adalah Nara dan Seara. Nama yang kedua, orangnya sedikit nekat."
Mendengar itu Hasa tertawa pelan.
"Kim Taehyung," panggil Jungkook.
"Jungkookie, begitukah caramu menyapa Hyung?"
"Persetan. Aku ingin menantangmu sekarang," ujarnya sambil mengangkat pistol tinggi-tinggi. Sudut bibir Taehyung terangkat.
"Kalau menang, dapat apa?" tanyanya.
Jungkook melirik ke arah Hasa.
"Dapat saham."
"Aku sudah kaya. Maunya yang lebih menarik dari pada uang dan saham," tolak Taehyung. Jungkook mengepalkan tangannya.
"Yang menang, permintaannya harus dikabulkan yang kalah, dan itu hanya satu saja."
Taehyung tersenyum lebar.
"Menarik!" pekiknya.
Hasa turun dari pangkuan Taehyung. Si pemuda Kim mendekat ke arah Jungkook lalu menepuk pundaknya, sedikit memberi rematan kuat. Lalu wajahnya seketika datar bukan main. Taehyung tipikal yang benci diremehkan. Dan Jungkook tipikal yang benci kekalahan.
"Aku akan memberi aba-aba," sahut Hoseok yang tengah duduk dengan laptop di depannya.
"Pertama, Kim Taehyung lalu yang kedua, Jeon Jungkook. Jika poin lebih dari lima puluh dalam lima kali tembak, itu yang akan menang."
Jungkook memperhatikan Taehyung yang kini tengah fokus dengan target di depan sana. Yonhae mendekat dan mengelus tangan Jungkook, bermaksud menenangi.
"Jangan memegangnya seperti itu," sahut Seoji ke arah Yonhae, gadis Choi itu yang duduk tak jauh dari Seara. Mereka bersaudara.
Hasa merotasikan mata. Dia tetap duduk manis melihati Taehyung. Pria itu, benar-benar luar biasa. Posturnya menggugah sekali sekalipun dari belakang.
Satu tembakan mengenai angka sepuluh. Yang kedua pun sama. Tembakan ketiga sedikit meleset, poin sembilan didapatkan. Tembakan keempat sampai kelima, Kim Taehyung mendapat sepuluh. Totalnya empat sembilan.
"Shit," gumam Yonhae.
"Kau bisa, Jungkook" ujarnya pada si pemuda Jeon.
Jungkook berdiri di posisi Taehyung tadi lalu di mulai memicing dan melakukan semuanya dengan cepat. Berbeda dengan Taehyung, Jungkook meleset di tembakan terakhir.
Poin mereka, sama.
"Seri. Apa-apaan ini, tidak asik!" ujar Jimin memanasi suasana.
"Itu sudah cukup baik," sahut Namjoon. Seokjin melirik Seoji yang berjalan ke depan. Gadis itu merebut pistol dari tangan Jungkook.
"Bagaimana kalau satu sesi lagi? Anggap saja satu tim, dua orang. Aku tim Jungkook," katanya.
Bibir Hasa mencetak senyum miring karena itu.
Tapi semuanya di luar dugaan. Peluru Choi Seoji tidak ada yang meleset. Semuanya mengemai poin sempurna dan total poin Jungkook sskarang sembilan puluh sembilan.
Nyaris!
"Nah, kau sekarang bisa apa?" tantang Seoji ke arah Taehyung.
Hasa menjilat bibir lalu dia bangkit dari kursi dan membika kemejanya. Menyisakan tank top ketat hitam. Jujur, dia gerah dengan keadaan. Kakinya melangkah tegas menuju Taehyung.
Gadis itu mengelus punggung si pemuda Kim dan mencondongkan wajahnya ke atas. Taehyung menunduk guna mencium sudut bibirnya.
"Aku saja," kata Hasa menawarkan diri.
"Lihatlah, tikus jalanan ini mulai tidak tau diri. Tidak sadar akan posisi," ujar Seoji.
"Namamu, Hasa kan? Kau yakin ingin melakukannya? Poin tim Jungkook bisa dibilang hampir sempurna. Aku tidak meremehkanmu, hanya saja kemungkinannya—"
"Tolong diam, aku tidak bisa konsentrasi" potong Hasa pada perkataan Yonhae.
"Fokus," ujar Taehyung.
"Bayangkan saat ini adalah malam itu. Di club. Kau dan aku pertama kali bertemu. Pakaianmu yang sobek dan aku meminjamkan mantel. Cukup bayangkan itu," ujar Taehyung lagi.
Hasa tersenyum karena nya. Gadis itu menyugar rambutnya ke belakang dan memasukkan satu tangan ke dalam saku celana jeansnya.
Yoongi menaruh ponsel dan memusatkan perhatiannya kali ini. Sepenuhnya. Sedangkan Seokjin dan Seara tengah bertaruh jutaan won saat ini.
Peluru pertama, poin sepuluh. Peluru kedua poin sepuluh. Hasa melirik ke arah Jungkook lalu mengedipkan matanya. Peluru ketiga, poin sepuluh. Taehyung melebarkan pupil dan mulai meremat besi pembatas. Peluru keempat, poin sepuluh. Jimin sampai mendekat.
Sebelum peluru kelima dilayangkan, Hasa bersiul pelan. Dia hanya membidik dengan satu tangan sejak awal.
"Sekali lagi," kata Namjoon terbawa suasana di belakang sana.
+++
Air mengalir dari keran otomatis yang Hasa arahkan dengan tangannya. Gadis itu menatap pantulan diri di cermin toilet. Napasnya sangat memburu saat ini. Tidak menyangka akan melakukan hal seperti tadi.
Pintu utama toilet terbuka lalu kembali tertutup dan terdengar telah dikunci. Hasa menoleh, mencoba melihat siapa yang akan muncul dari balik dinding.
"Sir," panggil Hasa.
Sosok itu menghentikan langkahnya sebelum benar-benar muncul.
"Dari mana kemampuanmu itu?"
Jungkook muncul dari sana. Hasa menelan air liur. Pria itu berjalan mendekat dan meraih tangan Hasa yang dipakai untuk menembak tadi.
"Kau, siapa sebenarnya?"
"Aku Han Sarang," jawab Hasa.
"Kau agent rahasia?"
"Bukan."
Si pemuda Jeon menatapnya cukup lama. Lalu dia kembali memperhatikan tangan Hasa. Kemudian menautkan kelima jari mereka.
"Pulang. Rumahmu bukan Kim Taehyung."
"Kau benar, Jungkook. Karena aku tidak punya rumah. Tidak ada tempat untuk pulang. Sebenarnya ada, itu dirimu dulu, tapi sudah berantakan."
"Taehyung sudah mencium mu di bibir?"
"Pertanyaan bodoh."
"Kalian tidur bersama?"
Hasa mendorong tubuh Jungkook dan berangsur ingin meninggalkan pemuda itu. Tapi tubuhnya justru diarahkan ke dinding dan diimpit dari belakang.
Jemari Jungkook berjalan di atas kulit tangan Hasa. Berakhir masuk ke dalam pakaian atas gadis itu. Hasa menahan napas saat kaitan branya terlepas.
"Ups," gumam Jungkook.
Bibir Hasa terbuka tanpa suara saat pucuk dadanya disentuh. Dia menoleh ke belakang dan bibirnya ditaut. Pinggul Jungkook menekankan genitalnya.
"Lepaskan aku, atau tidak, aku akan membencimu..." kata Hasa.
Jungkook tertegun, dia menarik tangannya. Ciuman pun terlepas. Gadis itu berbalik, membuatnya berhadapan dengan si pemuda Jeon.
"Kita akan menikah satu bulan lagi. Dan selama sisa waktu itu, biarkan aku mendekatimu. Atau begini saja, kalau kita jadi menikah. Kau akan kuberi empat puluh persen keseluruhan sahamku."
Kepala Hasa terasa berdering.
"Empat puluh persen dari keseluruhan saham mu?" ulang si gadis Han.
"Iya. Maka dari itu kau harus menikah denganku."
"Bagaimana tentang anak?" tanya Hasa.
"Tidak perlu anak. Aku tidak butuh hal semacam itu. Tapi kalau suatu saat, orangtua ku meminta cucu. Kita akan punya anak, hanya saja—"
"Hanya saja apa?" tanya Hasa menuntut.
"Setelah itu kita berpisah."
Tbc
Jadi gini, Jungkook kan mau nikah sama Hasa ya. Kalau Hasa terima, dia dapat 40% keseluruhan saham Jeon Corporation(syarat: tanpa anak). Dan kalau sudah menikah, misalkan Tuan atau Nyonya Jeon mau punya cucu. Mereka bakal punya anak nih (beda dari perjanjian awal).
Lalu... Kalau Hasa sampai benar(bisa) punya anak. Jungkook langsung akhiri pernikahan mereka. So... He is so mhh :) Another Scenario.
Drop hati ungunya💜 untuk CAIDEN bolehkahh?? Thank you yaaa Youniverse!
Untuk part selanjutnya, aku menunggu setidaknya ada 600 komentar. Semangat unfuk pecahkan challengenya, Youniverse!!