~S e r p i h a n H a t i~
Sudah hampir satu jam Airi berbincang dengan Yuda perihal pernikahan dengan putrinya. Yuda menjawab dengan ketegasan bahwa ia akan menikahkan Sherly segera setelah Sherly pulih dari sakitnya.
"Nak, Ibu harus kembali ke rumah sakit karena Sherly dijaga dengan calon kakak tirinya, Ibu takut terjadi apa-apa."
"Yuda antar ya, Bu?"
"Tidak perlu, Nak, Ibu bisa naik taksi saja."
"Hati-hati ya, Bu, maaf Yuda tidak menjenguk Sherly dahulu, Yuda harus mengurus segala persiapan acara karena Yuda ingin yang terbaik untuk semua."
Airi tersenyum kemudian mengangguk kepada lelaki yang sebentar lagi akan menjadi suami dari putrinya. Hatinya sangat senang sepanjang perjalanan, tak dipungkiri bahwa Yuda sangat menyayangi putrinya bahkan rela menikahi putrinya demi kebaikan semua.
Tuhan ternyata masih berlaku adil kepadamu, Nak. Tuhan masih menyayangimu, dan Tuhan akan memberikanmu pria yang akan sangat menyayangimu nantinya.
Perjalanan Airi terasa memberat ketika memasuki area rumah sakit. Dadanya mendadak sesak entah mengapa. Seperti ada sesuatu yang terjadi pada salah satu anaknya.
Dengan langkah kaki yang cepat, ia sesegera mungkin untuk menghampiri sang putri, berharap bahwa keadaannya baik-baik saja.
Sampai di depan ruangan Sherly, ternyata tak ada apapun yang terjadi. Kedua lelaki yang selalu siap siaga menjaga Sherly masih memantaunya dengan jeli tanpa memalingkan pandangan.
Tapi mengapa? Mengapa hatinya masih resah? Apa terjadi sesuatu juga dengan Angga?
Ponselnya mengetik nomor putra sulung yang kini sedang berada jauh dalam jangkauannya.
Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi, cobalah beberapa saat lagi.
"Astagfirullah, Angga, semoga kamu baik-baik saja di sana."
~S e r p i h a n H a t i~
Singapura, 29 Juli 2021
"Selamat kepada Muhammad Anggara Putra, atas kegigihan dan tanggung jawabnya dalam mengelola perusahaan ini, maka seluruh aset perusahaan, maupun tanggung jawab perusahaan cabang Singapura ini, akan saya berikan seluruhnya kepada beliau. Semoga bisa dipergunakan sebaik mungkin."
Lelaki tampan dengan jas biru dongker telah menyelesaikan pekerjaannya untuk kurun waktu yang cukup lama. Ia juga telah mendapatkan keinginannya dalam memimpin sebuah perusahaan, dan kini semuanya telah menjadi kenyataan. Kemudian lelaki ini berniat untuk pulang ke kediamannya yang ada di Indonesia untuk menemui seluruh keluarganya. Tanpa berpikir panjang, tiket pesawat dengan tujuan Singapura-Indonedia dipesannya untuk keberangkatan pukul 18.30.
"Seila, semua pekerjaaan sudah saya bereskan, tolong buatkan saya cuti selama satu bulan ke depan," ucapnya kepada sang sekretaris.
"Baik, Pak Angga."
Angga bangkit meninggalkan ruangannya dan memasuki mobil yang terparkir rapi di depan kantornya. "Mas pulang, Sherly."
Sherly pasti akan sangat senang ketika mengetahui bahwa sang kakak akan pulang dan menemuinya sebentar lagi. Entah perasaan bahagia seperti apa lagi yang akan mereka rasa ketika telah bertemu nanti.
Apartemen yang cukup besar untuk tinggal seorang diri, kini bertabur banyaknya kebahagiaan dari hati pemiliknya. "Sebentar saja ... Sebentar saja aku meningkalkanmu, dan aku akan kembali lagi ke sini bersama keluargaku."
Kesuksesan yang telah didapati Angga di singapura, tak mungkin ia nikmati sendirian tanpa adanya canda tawa keluarga.
Sekoper pakaian, paspor, dan segala peralatan yang akan dibawanya sudah lengkap dan tak ada yang tersisa. Eh tunggu, dua kalung berliontin hati yang sengaja ia beli sebagai hadiah kecil untuk ibu dan adiknya belum ia bawa.
"Untung aja nggak lupa."
Ia kemudian meninggalkan unit apartemennya dengan menggunakan taksi Bandara. Jalanan di sana amatlah lancar, bahkan suasana di sana sangatlah bersih, dengan adanya sedikit polusi. Tak jarang orng bilang bahwa Singapura adalah negara bersih.
Sampai di Bandara pukul 17.45 WIB, Angga mengabari Airi agar ibunya bisa mengetahui bahwa keadaannya baik-baik saja.
Kapan kamu berangkat, Nak?
"Pukul delapan belas lewat tiga puluh, Angga sudah berangkat, Bu."
Kalau begitu hati-hati, Nak. Kalau ada apa-apa segera kabari Ibu. Ibu mendapat firasat buruk hari ini.
"Ibu jangan cemas, Angga tidak apa-apa. Jikalau nanti Angga telat sampai, mungkin Angga masih dalam perjalanan panjang ya, Bu."
Percakapan singkat antara ibu dan anak yang sangat membahagiakan. Angga menumpaki pesawat pukul 18.04, sepertinya ia begitu antusias untuk bertemu keluarganya di Indonesia.
Pesawat take of tepat pukul 18.30 dari Changi Airport menuju Bandara Internasional Soerkarno-Hatta. Pesawat dengan nomor seri A353, akan sampai pada tempat tujuannya pada pukul 20.05 WIB.
Sepanjang perjalanan, Angga hanya memegang dua kalung indah beserta sebuah emas yang rencananya akan diberikan kepada sang ayah. Begitu juga foto kebersamaan mereka yang menempel pada sebuah figura cantik di dalam sebuah box kecil anti air yang selalu dibawanya ke mana-mana.
Pukul 19.36, keadaan cuaca sekitar memburuk, kabut awal dengan kilatan petir terus saja bermunculan di tengah-tengah perjalanan. Angga mulai sedikit khawatir, tapi ia terus berdoa kepada Yang Maha Kuasa agar senantiasa dalam lindungannya.
Cuaca semakin memburuk, pilot beserta awak kapal yang lain memutuskan untuk tidak meneruskan penerbangan dan landing pada bandara selanjutnya yang akan mereka jumpai.
Ya Tuhan, berilah kami semua perlindungan di dalam pesawat ini hingga kami sampai di bandara selanjutnya.
Duar
Kilat seakan menyambar pesawat yang tengah Angga tumpaki. Pesawatpun sedikit terguncang, hingga sang pilot mengintruksikan agar semuanya tenang dan tetap waspada.
Semakin lama Angga semakin cemas dengan keadaan. Hatinya seperti tak tenang menaiki persawat ini. Hingga ia melihat sebuah percikan api muncul dari sela-sela pesawat bagian belakang.
"Ya Allah!"
"Astagfirullah!"
"Lindungilah kami Ya Allah!"
Karena kondisi semakin memburuk, Pilot mengintruksikan agar seluruh penumpang untuk memakai alat pengaman yang sudah disediakan. Api semakin membesar dan membesar hingga semua orang tak dapat berbuat apa-apa.
Ya Allah, jika memang hidupku hanya berakhir sampai detik ini, biarkan keluargamu menemukanku untuk terakhir kali. Semoga mereka masih melihatku walau kondisiku sudah tak memungkinkan lagi, Angga menangis di saat-saat genting dalam pesawat. Wajahnya mulai pucat dan terlihat pasrah kepada sang pencipta.
~S e r p i h a n H a t i~
Berita terkini, sebuah pesawat keberangkatan Changi Airport menuju Bandara Internasional Soekarno-Hata dengan nomor seri A353 jatuh di sebuah kawasan ramai penduduk di daerah perbatasan antara Indonesia Singapura. Diperkirakan pesawat tersebut mengalami kegagalan dalam teknik juga cuaca buruk yang terjadi tadi malam. Kecelakaan ini menyebabkan ribuan korban jiwa baik penumpang, awak kapal, maupun para penduduk yang tinggal di sana. Para lprban jiwa akan dilarikan ke rumah sakit terdekat, kemudian di identifikasi untuk menemukan kewarganegaraan yang mereka miliki.
Deg
"Yaallah, semoga bukan pesawat yang ditumpaki Angga, lindungilah di manapun Angga berada."
Kurang tegang nggak sih sama part ini:(
Maafkan author yang bekerja dengan ngebut.
Tetap nantikan kelanjutan ceritanya.
To be continue