.
.
.
.
.
.
.
****
Sekarang ini area parkir di penuhi dengan murid-murid yang sedang mengambil kembali kendaraan mereka, termasuk dengan ketiga gadis ini yang tampak berjalan bersama menuju mobil nya masing-masing.
"Lo langsung pulang?" tanya Sasya.
"Iya ... kalian ikut?" tanya Dini balik sambil membuka pintu mobilnya.
"Ikut!"
Dini tertawa kecil mendengar jawaban serempak dari kedua sahabatnya itu.
"Pasti karena bang Alex, asal kalian tau gw sudah punya calon kakak ipar," ucap Dini sambil menatap Dhea dan Sasya bergantian.
"Yeee ... sapa tau aja bisa jadi yang kedua, ya gak?," canda Dhea sambil menaik turunkan kedua alisnya.
"Ngaco lo!"timpal Sasya yang langsung masuk ke mobilnya.
"Yaudah Din, kami duluan ya kita ketemu di depan rumah lo," ucap Dhea.
Dini mengangguk, tak lama kemudian mobil yang di bawa Sasya mulai pergi melewati gerbang sekolah itu. Dhea pun ikut bersama di dalam mobil Sasya karena hari ini dia tak membawa mobilnya.
Baru saja Dini hendak masuk ke dalam mobil nya, tiba-tiba saja ada suara deruman Motor yang sedang berjalan melewatinya.
"Mereka?"
Dini tertegun saat melihat Alan yang lewat dengan motornya, namun ia tak sendiri, di belakangnya ada seorang gadis yang ia bonceng. gadis itu melingkarkan tanganya di perut Alan dengan erat dan menyandarkan kepalanya di punggung laki laki itu.
Motor ninja hitam milik Alan berlalu begitu saja, tentu Alan sempat melirik gadis yang masih berdiri di samping mobil itu, rasanya ingin sekali ia berhenti dan menghampiri gadis itu, tapi di urungkan karena ia tak ingin Dini berurusan dengan Ara, dan tentunya jika itu terjadi akan berakibat fatal bagi keduanya.
"Mau pamer? Cih!" gumam Dini lalu masuk ke dalam mobilnya, setelah duduk di kursi kemudi, ia terdiam dengan pandangan lurus kedepan.
Entah kenapa setelah melihat Alan dan Ara pergi bersama tadi, hatinya tiba-tiba merasa kesal seperti ini. Bahkan rasanya ia ingin marah! Tapi kenapa?, itu sudah sewajarnya Alan mengantar pacarnya pulang bukan?!.
Tak ingin membuat hatinya merasa lebih kesal, ia segera menyetir mobilnya itu dan mulai meninggalkan area sekolah menuju Alamat rumah nya.
***
Setelah sekitar dua puluh lima menit, Dini akhirnya sampai dan memasuki gerbang Rumahnya, ia memberhentikan mobilnya di dalam garasi, setelah itu turun dan langsung berjalan ke arah pintu rumah.
"Baru sampai lo din? telat sepuluh menit loh, ada apa? gak mungkin macet ya kan?"
Dini memutar bola matanya malas mendengar pertanyaan bertuntun dari sahabatnya itu, siapa lagi jika bukan Sasya!.
Mereka berdua memang sudah sampai lebih dulu beberapa menit yang lalu, dan sekarang ini sedang duduk di ruang tamu.
"Ketiduran dalam mobil" jawab Dini ketus, ia pun berlalu pergi kekamarnya untuk mengganti seragam sekolah yang ia pakai dengan pakaian biasa.
"Ketiduran?" gumam Dhea heran.
"Eh, ada kalian, baru datang apa sudah dari tadi?"
Dhea dan Sasya pun sontak menoleh ke arah pintu, ternyata Alex lah yang bertanya, ia juga baru saja pulang.
"Baru kok hehe ..."jawab Sasya sambil tertawa kecil.
"Dini mana?" heran Alex saat tak melihat keberadaan adiknya di ruang tamu itu.
"Masih di kamar, lagi ganti baju" sahut Dhea sambil menujuk pintu kamar Dini yang masih tertutup.
Alex mengangguk mengerti, setelah sedikit mengobrol dengan Dhea dan Sasya, dia pun beranjak pergi ke kamarnya juga dengan alasan, ada tugas yang harus di kerjakan.
Tak lama setelah Alex pergi, Dini datang dan duduk di sofa single nya.
"Ganti baju gih, pake baju gw aja dulu" suruh Dini yang melihat kedua sahabatnya itu masih memakai seragam.
"Di kamar lo?!"
Dhea kaget karena, sejak dulu Dini melarang keras siapapun masuk kekamarnya kecuali Alex dan kedua orangtuanya. Terlebih lagi Dini tak pernah memberi tau alasan untuk hal itu.
"Hmm, tapi jangan buka lemari atau apapun yang sudah tertutup! baju untuk kalian sudah gw simpan di atas kasur," ucap Dini tegas.
"Ada apaan sih?" batin dhea penasaran.
Mereka berdua pun bangkit dari duduknya dan beranjak pergi ke kamar Dini.
Kini hanya ia sendiri yang duduk di ruang tamu itu, Dini menyandarkan punggungnya di sandaran sofa.
"Sayang ...."
Plakk..
"Aww!!"
Mendengar rintihan itu, seketika Dini menengok ke belakang, dan terlihat di sana Alex berdiri sambil mengusap-usap pipinya.
"Sakit bego!" timpal Alex, merasa panas di bagian pipi akibat tamparan dari telapak tangan Dini.
"Sorry, gak sengaja. Lagian Abang juga ngapain bisik-bisik gitu?! Geli tau!,"ketus Dini.
"Cuma pengin aja," ucap Alex dengan kekehan nya.
Terlihat kerutan di dahi Alex saat melihat Adiknya itu melamun sambil bersandar di sandaran sofa.
"Dek."
"Hm." Dini menoleh dengan tatapan datar nya.
"Cowok lo mana?"
"Nggak tau!"
"Lah kok gak tau? lo kan pacarnya masa gak ta--"
"Bang! dengar ya, kami gak ada hubungan apapun! yang beberapa hari lalu itu cuma main-main."
"Sekarang sudah berakhir! karena 'Ara' pacar Alan datang ke sekolah tadi pagi,"jelas Dini.
Alex terdiam, kedua tanganya mengepal setelah mendengar ucapan Dini. padahal dia sudah mempercayai Alan untuk menjaga Dini, tapi kenapa sekarang tiba-tiba saja Adiknya ini mengatakan kalau Alan punya gadis lain.
"Eh! mau kemana?" Dini menahan lengan Alex yang mendadak berdiri dan hendak pergi.
"Keluar sebentar!" jawab Alex duia menepis kasar tangan Adiknya itu, lalu pergi dengan wajah memerah karena menahan amarah.
"Oh shit! kenapa harus kasih tau bang Alex sih bego!" umpat Dini sambil mengacak-acak rambutnya frustasi.
"Din, bang Alex kemana?" tanya Sasya.
Mereka berdua baru saja keluar dari kamar dan sempat melihat Alex yang menghempas kasar tangan Dini lalu pergi begitu saja.
"Gak tau!" jawab Dini sambil kembali duduk.
Sasya dan Dhea mengangkat bahunya cuek, lalu beranjak duduk di sofa panjang itu.
"Gw denger beberapa hari lagi bakal ada balapan di tempat biasa," ucap Dhea menengok Dini yang hanya diam dengan raut wajah dinginnya.
"Anggota?"
"Gak, ini khusus leader, tapi kali ini ada Geng Avigator yang datang," Dhea menjawab dengan Sasya.
Dini yang tadinya bodo amat dengan pembicaraan kedua sahabat nya itu, langsung menengok saat mendengar kata 'Avigator'
"Kapan?" tanya Dini antusias.
"Gw gak tau, soalnya belum pasti, cuma anak anak di Markas bilang beberapa hari lagi" jawab Dhea.
Dini mengangguk mengerti.
"Gw ikut! nanti suruh mereka daftarkan nama gw"
"Pasti itu!" sahut Dhea sambil tertawa, ia sedikit heran dengan Dini, biasanya Dini tak pernah meminta untuk di daftarkan karena ia sendiri tentu tau. Walaupun tak meminta, nama nya akan tetap tercantum di daftar perlombaan itu.
****
Di sisi lain.
Alex saat ini sudah sampai di depan suatu tempat, dan disana terdapat sebuah Warung yang biasa menjadi tempat tongkrongan Alan dan kedua temannya itu. Dia melepas helm sambil turun dari Motornya.
Pandangan Alex menangkap sosok yang dia cari sejak tadi, tanpa menunggu apapun lagi dia melangkah masuk dengan tangan mengepal erat.
Sementara Andra yang duduknya menghadap pintu masuk, tentu bisa melihat kedatangan Alex yang menuju meja mereka itu. Ia pun mengodekan Alan untuk menengok ke belakang dengan dagunya.
"Apa?" tanya Alan heran, ia memutar tubuhnya sedikit ke samping, untuk bisa melihat yang di tunjuk Andra.
"SINI LO!!"
tiba-tiba Alex menarik kerah baju Alan sampai laki laki itu bangkit dari posisi duduknya.
Bugh..
Bugh...
Tanpa aba-aba Alex memberikan bogeman keras tepat di wajah Alan.
laki-laki itu tak tersungkur karena Alex masih mencengkram erat kerah bajunya.
"Selama ini lo jadiin adek gw pelampiasan?!" tanya Alex dengan nada geram.
"Lo salah paham g--"
Bugh...
Alex kembali memberi satu tinjuan kencang di perut Alan, lalu melepas cengkraman.
"MULAI SEKARANG JANGAN PERNAH DEKETIN DINI!" bentak Alex.
"Maaf, kalau itu gw gak bisa!, Dini sudah terlanjur masuk ke dalam cerita hidup gw! dan sampai kapanpun gw nggak akan lepasin dia!" balas Alan dengan nada dingin.
Alex berdecih mendengar perkataan laki-laki ini. "Dini gak sebodoh itu untuk mau nerima lo, yang cuma jadiin dia pelampiasan!" balas Alex sinis.
"Sekarang urus cewek lo itu, dan lupain niat lo! karena adik gw terlalu baik untuk pengecut kayak lo!"
Setelah mengatakan itu, Alex pergi meninggalkan mereka dan kembali naik ke motornya.
Sedangkan Alan menutup matanya dengan nafas memburu menahan emosi. Ia tak marah dengan Alex karena memang itu sudah sewajarnya. Abang mana yang tak marah jika Adiknya hanya di jadikan pelampiasan.
Alan berfikir ini semua terjadi karena gadis licik itu!. Tanpa berkata apapun dah juga beranjak pergi dari sana.
Kini hanya tersisa Bara dan Andra yang masih melongo di tempat.
"Sudah selesai?" tanya Bara.
Tercengang melihat beberapa kursi disana berserakan kemana-mana. untung saja tadi, hanya ada mereka di warung itu.
Mau tak mau, mereka berdua lah yang bertanggung jawab merapikan kembali meja dan kursi yang tergeser karena perkelahian Antara Alan dan Alex tadi.
****
Arabelle Veronica
Umur 18 tahun.