Rumah Nomor 8 | UN1TY

By Alariesadan

47.3K 6.8K 1K

Delapan orang kepala dengan latar belakang berbeda-beda kini memutuskan hidup bersama dalam satu atap. Pak Jo... More

Penghuni Rumah Nomor 8
random 1: Hilangnya Kolor Pink & Belanja
random 2: Masih Perkara Kolor Pink Hilang
random 3: Dibuka Sedikit Jendelanya
random 4: Rutinitas Pagi Hari
random 5: Baby Giant with Mas Galak
random chat: Pelanggannya Ricky
random 6 : tentang Ricky
random 7 : tentang Gilang
random 8 : tentang Zweitson
random 9 : tentang Farhan
random 10: tentang Fajri
random 11: Tentang Shandy
random 12: tentang Fenly
random 13: tentang Fiki
random 14: Liburan Ala-ala
random 15: Angin Malam
random 16: Hilang
random 17: One Fine Day
random 19: wisuda
rumah nomor 8

random 18: hello world

1K 224 70
By Alariesadan

"BANG SEN SADAR?!"

Teriakan Fiki menggema menghiasi ruangan putih berciri khas bau obat-obatan. Tujuh orang lainnya yang berada didalam ruang tersebut lantas bergegas mendekati ranjang berisikan pemuda yang badannya diselimuti dengan perban.

Shandy Maulana mengerjapkan matanya perlahan-lahan, menatap sekitarnya yang memandang dengan cemas. Sakit yang menjalari tubuh Shandy membuat pria itu tersadar bahwa kini ia berada di salah satu ruangan rumah sakit. "Ini gue masih hidup ya?"

"YA IYALAH MASA MATI?!" Fenly dengan tidak sabarnya menyahuti. Ia tidak senang mendengarnya, seolah-olah apa yang menimpa Shandy saat ini adalah kesengajaan.

Shandy meringis mendengar suara Fenly yang nyaring menembus gendang telinganya. Namun di lain sisi ia sungguh tak habis pikir dengan apa yang tengah terjadi. Seingatnya, ia pergi naik motor subuh-subuh ke arah Kota Bandung untuk menemui klien penting, namun nyatanya sekarang ia terdampar disini. Badannya juga terasa mati, terlebih hari-hari sebelum hari ini ia merasakan waktu berputar begitu lambat, sampai-sampai rasanya ia ingin mati saja agar pergerakan ruang dan waktu lebih cepat.

"Bang, lu inget gue nggak?" adalah tanya yang terlontar dari belah bibir Ricky yang menatap dengan mata berkaca-kaca. "Yaelah, yakali gue kagak inget. Lu Ricky si tukang bikin kopi. Bikinin gue kopi ye ntar," mau tak mau Ricky yang tadinya menampakkan raut cemas berubah menjadi berbinar dan menyunggingkan senyum lebar—senang dengan situasi Shandy yang rupanya tidak menghilangkan ingatan akan dirinya.

"Sembuh dulu baru gue bikinin kopi ya, Bang. Ntar gue bikin kopi yang nikmatnya sampe buat lu menembus nirwana," ujar Ricky.

"Yah, mati beneran dong kalo nembus nirwana," Soni dengan segala kejulidannya lagi-lagi merespon di situasi yang tidak tepat.

"SONI!?"

Soni terkekeh melihat reaksi semua orang. Namun tangannya menyodorkan segelas air putih kearah Shandy. Farhan dan Fenly membantu bujang tersebut untuk duduk agar mampu meminum segelas air tersebut. Susah payah Shandy membangkitkan dirinya sendiri, sakit di tubuhnya benar-benar membuatnya sukar untuk bergerak kesana-kemari. Dalam hati tujuh orang lainnya yang ada didalam ruangan ini, semuanya ikut prihatin atas kondisi sang badut kos-kosan ini. Yah, Shandy memang menyebalkan namun semua orang juga tau dibalik tingkahnya yang kadang tidak bisa dinalari itu, Shandy merupakan orang yang penyayang dan selalu berhasil menjadi yang paling dewasa dalam menyikapi segala hal.

"Bang, lu inget nggak kejadian detail sampai lu bisa terdampar disini?" tanya Gilang dengan serius.

Shandy menimbang sejenak, sepersekian detik kemudian ia menggeleng sambil mendesah lelah. "Nggak inget apa-apa sih gue. Emang ada apa? Ceritain dong,"

"Gue juga nggak tau, makanya gue nanya," ujar Gilang yang membuat Shandy mendengkus sebal.

"Lu minta gue gebuk ya, Lang? Sialan. Gue pikir lu tau,"

Yang lain hanya tertawa, sementara Shandy meski setengah dongkol turut mengembangkan senyumnya. "Kata polisi lu ketabrak truk tronton arah Jakarta-Bandung. Supirnya pake narkoba dan oleng pas lagi nyetir. Lu koma selama tiga hari. Hari itu semua udah curiga kenapa lu nggak ngabarin, tapi pas Ricky mau nelepon lu, tiba-tiba Fenly ditelepon sama rumah sakit dan boom! Katanya lu kecelakaan dan lukanya cukup parah sampe bikin lu koma. Dan, yah, alhasil lu ada disini sekarang," terang Farhan meluruskan apa yang terjadi pada bujang dihadapannya ini.

Shandy mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. "Oh gitu ceritanya. Pikipaw lu kok diem aja sih?"

Fiki yang sedari tadi hanya menyimak kemudian membentuk ekspresi terharu di wajahnya. Ia mengusap air matanya yang turun tanpa diminta. "Bang sen maafin gue ya kalo gue banyak salah, apalagi akhir-akhir ini sering cuekin lu. Huaaaa... Jangan gini lagi ya, bang? Gue takut kalo lu meninggal siapa yang temenin gue berantem," ujar Fiki sembari menarik ingusnya agar tidak mengotori wajah.

Yang lain tersenyum tak habis pikir dengan si bungsu. Shandy kemudian menyuruh Fiki untuk mendekat ke arahnya dan menyentil pelan dahi si muda. "Jangan nangis, gue masih hidup. Nanti kita berantem kalo gue udah sembuh ya. Makasih udah khawatir sama gue. Mending sekarang lu cabut dan beliin gue kebab karena gue laper banget,"

"YA ALLAH SHANDY, LU BARU SADAR HEI!?"

Semua bersuara secara kompak. Entah karena terlampau lama bersama hingga saling terkoneksi atau memang sudah menjadi kebiasaan untuk memaki Shandy. Yang jelas, satu hal yang mereka semua semakin kuat meyakini bahwa ikatan diantara mereka tak setipis benang jahit.

****

Suasana kamar 1231 begitu ramai oleh pengunjung. Ada satu orang yang sedang dirawat, sementara itu 7 bujang lainnya turut menemani. Seorang bapak-bapak yang baru masuk dari balik pintu ditemani seorang gadis muda di belakangnya yang ikut menenteng beberapa kantong plastik.

"YA ALLAH PAK JO BAWA ISTRI MUDA?!" Ricky dengan histerisnya menjerit secara spontan, membuat Gilang yang ada di sisinya mengetuk pelan dahi pria itu menggunakan sendok plastik yang baru saja ia buka. "Itu pacar Shandy, oon!"

Ricky membulatkan matanya kemudian bergerak salah tingkah yang lalu ditertawakan oleh yang lainnya, "Maaf gue nggak tau hehe,"

Pak Jo menggelengkan kepalanya pertanda tak habis pikir, smeentara gadis di belakangnya hanya bisa bergerak canggung. Ini pertama kalinya bertemu teman-teman kos sang pacar, membuat ia jadi salah tingkah sendiri menghadapi mereka.

"Sini masuk, dek. Shandy udah sadar tuh. Abaikan aja yang lain, anggap alien yang tak kasat mata," ucap Pak Jo sambil melirik ke-7 bujang-bujang yang sibuk menyantap nasi uduk itu.

"Beb, akhirnya kamu sadar. Gimana keadaannya? Sakit banget ya pasti?"

Shandy selalu memiliki sisi yang berbeda saat bersama sang pacar. Ia menampilkan wujud yang sesungguhnya bersama gadis itu, membuat yang lain tidak biasa melihat Shandy bertindak demikian. "Sakit banget, beb. Tapi kalo ditiup-tiup sama kamu kayaknya sakitnya udah ilang,"

"Huekkkk,"

"Najis. Geli banget si Shandy,"

"Bang Sen kerasukan hantu Kebon Jeruk apa gimana sampe bisa bilang gitu?!"

"Gila, aneh banget Bang Sen,"

"Cuih. Ini namanya tidak berprikejombloan,"

"Astaga inikah wujud Bang Sen yang sesungguhnya? Sungguh lebih bucin dari yang kuperkirakan,"

"Bisa juga dia jadi sweet begini. Emang kalo udah sama pawang mah beda ye,"

"Tabahkan hati Pak Jo yang melihat keuwuan anak muda, Ya Tuhan,"

Yah begitulah desas-desus yang terdengar sampai di telinga Shandy. Tapi, apakah Shandy peduli? Oh, tentu tidak. Bucin nomor satu, yang lainnya anggap saja angin lalu. Toh mereka sudah mengerti bagaimana Shandy bila dengan sang pacar. Mereka hanya kaum yang iri dengannya.

Sirik aje lu semua. Iri? Bilang bos. Hahay.

Namanya juga Shandy, nggak nyeletuk langsung, ya nyeletuk dalem hati.

Yang terpenting, saat ini ia masih hidup. Masih bernafas bersama orang-orang yang ia sayangi. Masih dikelilingi orang-orang baik yang begitu menghargai dan memahaminya. Walaupun sempat terpikir untuk mati, hidup yang berat tidak seharusnya berakhir dengan begitu saja. Bukankah manusia tidak bisa menulis takdirnya tanpa campur tangan dan kesepakatan bersama Tuhan? Bukankah perkara hidup dan mati adalah keputusan mutlak oleh-Nya? Maka untuk apa ia repot-repot mengakhiri hidupnya padahal ia sudah tahu bahwa waktu yang tepat suatu hari akan menemuinya. Entah cepat, atau lambat. Hidup harus tetap berjalan meski tidak sesuai dengan yang diekspektasikan.

Karena manusia ada di dunia pasti ada sebabnya, dan segala sesuatunya hanya pantas untuk dijalani serta disyukuri, bukan untuk diakhiri sebelum waktu yang menghampiri.

****

yey! i'm back hehe. semoga suka dengan part ini yaaa. menjelang part-part akhir dari cerita ini, nanti rencananya aku akan open QnA disini. jadi kalian bisa tanya-tanya sepuasnya soal cerita ini ya hehe.

enjoy, ya! maaf lelet updatenya:(
author sibuk buanget di rl, belum ada jeda sama sekali. tapi author selalu baca komen-komen lucu kalian kok. makasih banyak ya! makasih juga sudah sellau support author. you guys are so kind <33
sehat terus yaaaa <3

12/09/2021
—april.

Continue Reading

You'll Also Like

89K 13K 37
Allura Christy Gadis remaja polos nan lugu yang kerap kali mendapat bullyan dari semua siswa siswi di sekolahnya. Bagaimana tidak, sekolahnya saja s...
1.8M 64.2K 89
Highrank 🥇 #1 Literasi (24 November 2023) #1 Literasi (30 Januari 2024) #3 Artis (31 Januari 2024) #1 Literasi (14 Februari 2024) #3 Artis (14 Fe...
304K 31.3K 56
Menyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal...
195K 23.2K 28
Misi pertama gue udah berhasil bikin ka gita mencair, sekarang misi gue selanjutnya adalah bikin ka gita nikahin gue! - Kathrina.