ʜᴀɪ ᴋᴇᴛᴇᴍᴜ ʟᴀɢɪ ɴɪʜ
sᴇʙᴇʟᴜᴍ ʙᴀᴄᴀ ᴊᴀɴɢᴀɴ ʟᴜᴘᴀ ғᴏʟʟᴏᴡ, ᴋᴏᴍᴇɴ ᴅᴀɴ ᴠᴏᴛᴇ ʏᴀ!
sᴀʏᴀɴɢ ᴋᴀʟɪᴀɴ sᴇᴍᴜᴀ🤡🍒
~o0o~
𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰
~o0o~
Gadis berpakaian piyama ini, kerap dipanggil Kanaya atau Kanay. Bernama lengkap Kanaya Frisya Diantoro, akhir nama yang diembel-embeli marga dari sang ayah. Gadis itu sedang berdiam diri diatas kasurnya. Ia menghadap ke jendela. Duduk mematung, menatap langit gelap bertabur bintang.
"Kira-kira ada dunia lain ga ya diluar sana?"
"Kalo bener-bener ada, apa gue bakal bisa ke sana?"
Sudah menjadi ritual sehari-hari Kanaya untuk memandangi langit malam. Tenang, indah, sejuk dan damai. Itu yang dapat ia definisikan pada malam ini.
"Semoga, suatu hari nanti kau akan mengerti saat aku pergi ...
Suatu saat nanti saat ku pergi dan tak akan kembali ...
Suatu hari nanti kau akan mengerti saat ku tak di sini ...
Saat ku pergi dan tak disisimu lagi
Dan engkau menangis ... "
Seakan tersadar, Kanaya langsung menutup mulutnya. Kenapa ia malah bernyanyi? Padahal, awalnya ia ingin berandai-andai saja. "Lah kok jadi nyanyi? Kebawa suasana sih"
Dilanda rasa kelaparan, gadis itu turun kebawah untuk mencari makanan-Ah tidak. Lebih tepatnya cemilan saja.
⚔️
"Doritos udah, pocky udah, cimori udah, chitato udah, tango udah, silverqueen ud-" Kanaya mengecek jajan yang tertata rapi di atas meja.
"Kanaya!"
Kanaya menoleh saat namanya dipanggil. Ia menyengir melihat perempuan berusia 41 tahun di hadapan nya.
"Eh bunda, kenapa malem-malem gini kedapur bun? Mau makan ya? " tanya gadis itu.
Letta menghembuskan napas pelan melihat tingkah laku anak gadisnya ini. "Pantes aja ya isi kulkas cepet habis. Bunda udah tuduh-tuduh bang El yang habisin, ternyata kamu"
"Ih bunda. Bang El kan suka bawa para monyet kelaparan dari tempat tongkrongannya bun. Kok, jadi Kanay sendiri yang disalahhin" sangkal gadis itu mengerucutkan bibirnya.
3 orang laki-laki turun dengan santai dari lantai atas. Mendengar ada suara di arah dapur, ketiganya lantas mendekat. "Ehem"
Kanaya menoleh saat mendengar dehaman dari seseorang. "Nah baru aja diomongin, dateng juga kan"
"Emang ngomongin apa, Nay?" tanya Bima selagi mengoyak bungkus salah satu snack milik Kanaya.
"Ih, kan! Bang El, liat bang Bima!" adu Kanaya tak terima.
Bima yang merasa namanya disebut menatap gadis itu. "Kenapa bawa-bawa gue sih, Nay? Gue salah apa ya, Mar?"
Damar hanya mengangkat bahu tanda ia tak tahu.
Kanaya menatap Bima sengit. "Doritos Kanay kenapa abang makan? Boleh ambil yang lain, tapi jangan yang itu huaaa!"
"Yaelah, cuman berapa ribu diindoapril" ucap laki-laki yang diam memperhatikan sedari tadi.
Kanaya hanya mendengus kasar mendengar perkataan Daniel. Walaupun murah itu kan tetap uang.
"Udah-udah, kok malah jadi ribut kaya gini. Damar sama Bima nginep disini?" Letta sudah pusing mendengar keributan di malam hari seperti ini.
"Iya bun, Bima sama Damar ditelantarkan dari rumah" canda Bima seraya berlagak orang terlantar.
Sudah menjadi hal wajar Bima dan Damar ada dirumah Letta. Mereka menganggap rumah ini seperti rumah mereka sendiri. Bukan karena tidak punya sopan santun, Bahkan Letta sendiri yang menyuruh mereka kapan saja dapat menginap, makan dan bermain dirumahnya. Ia meminta mereka jangan sungkan untuk memanggilnya bunda. Ia sudah menganggap Bima dan Damar sebagai anaknya.
"Hush! Ga boleh gitu. Yaudah semuanya kembali ke kamar. Ga boleh ribut-ribut lagi, bunda mau tidur"
"Siap bundaaa!" ucap mereka serentak.
⚔️
Kanaya memasuki kamarnya. Kamar berwarna putih tulang, terlihat bersih dan rapi. Di sekelilingnya dihiasi pernak-pernik lucu dan aesthetic. Ditambah lampu LED yang membuat kamarnya menjadi sedikit berwarna. Gadis itu bergegas kekamar mandi untuk mencuci muka. Setelah selesai, ia duduk didepan meja rias. Ia mulai memoles skincare ke mukanya satu persatu secara bertahap.
"Udah selesai, waktunya tidur" ucap Kanaya menuju kasur tercinta.
Gadis itu sudah terlelap. Ia terlihat lugu ketika tertidur. Jika sudah bangun, ia akan sangat ceria dan berisik.
"Eugh" lenguh Kanaya seperti ada yang menganggunya.
Perlahan gadis itu membuka mata. Ia terbelak kaget. Kenapa ini? Dia ada dimana?. Kanaya mengedarkan pandangannya. Sungguh ini tidak lucu! Hutan ini terlalu menyeramkan baginya. Tidak terlihat seperti hutan biasanya.
"Mimpi ga sih gue? Kalo mau mimpi yang indah dikit kek, eh ngga- maksud gue, ini tuh udah bagus tapi jangan ga ada orang gini. Ada orang ga? WOI TOLONG GUE!" teriakan gadis itu menggema.
Tak lama setelah Kanaya meminta pertolongan, terdengar beberapa derap langkah kaki kuda sedang berlari.
Kanaya menganga melihat seorang laki-laki tampan menunggangi kuda dihadapannya. Diikuti beberapa pria dibelakang laki-laki itu. Kuda mereka sangat berbeda dari kuda biasa. Dari sisi ekor dan rambutnya bersinar. Hampir mirip seperti Unicorn tetapi ini bukan.
Bentar deh, gue ngeblenk. Ini ceritanya gue mimpi masuk ke dunia lain? Gue harus ngomong apa kemereka- batin kanaya.
"Logo bigisaga ngogomogong kagayaga guege?" Kanaya hanya mengeluarkan kata-kata yang ada di pikirannya.
"Naik" titah laki-laki itu terdengar dingin.
Bego Kanaya bego. Dia bisa ngomong kaya lo Kanaya- batin Kanaya merutuki dirinya sendiri
Menutupi rasa malunya, Kanaya langsung berdiri menyelipkan anak rambut dan melipat kedua tangan didepan dadanya.
"Ehem, sorry kirain ga tau bahasa gue" Kanaya berdeham mengurangi sedikit rasa kecanggungan.
Laki-laki itu memutar bola matanya malas. "Naik cepet! Hutan ini berbahaya asal lo tau! "
"Berbahaya ken-" belum sempat bertanya, laki-laki itu menarik tangan Kanaya dan mendudukan gadis itu diatas kudanya.
"Apa-apaan sih lo?! Asal narik tangan gue. Dikira gue binatang kali ya!" ucap Kanaya tak terima.
Dari kejauhan terdengar suara yang menyeramkan. Suaranya menggema didalam hutan ini. "SIAPA YANG BERANI MASUK KEDALAM WILAYAHKU?!"
Mendengar suara itu membuat Kanaya merinding seketika. Laki-laki itu membawa tangan Kanaya mendarat pinggangnya. "Pegangan yang erat, gue ga tanggung jawab kalo lo jatuh"
Kanaya mengangguk pelan. Ia tidak mau berulah sekarang. Perlahan kuda laki-laki itu bergerak sangat cepat. Entah kemana tujuan mereka. Yang penting saat ini adalah kabur.
"Berpencar! Jangan sampai tertangkap untuk sekarang!" Perintah laki-laki itu dituruti oleh semua pria dibelakangnya.
Laki-laki itu fokus menatap jalan didepan. Ia harus tetap waspada, mengingat ia membawa seseorang bersamanya. Sesekali ia menoleh kebelakang melihat kondisi gadis yang berpegangan erat padanya. Kanaya hanya terdiam melihat sekeliling. Tiba-tiba langkah kuda berhenti.
"Turun. Kita udah lumayan jauh dari sana. Istirahat sebentar, kuda gue butuh tenaga"
Kanaya turun dengan pelan. Ia mendekati dan menyenderkan kepalanya disalah satu pohon. Di ikuti dengan laki-laki itu.
Kanaya menoleh sebentar. Keringat menetes dari pelipis laki-laki itu. Rahangnya sangat tegas membuat ia terlihat sangat tampan. Kulit putih pucatnya terhiasi dengan bibir merah mengkilap.
Gapapa kan ya? Mumpung lagi mimpi- batin Kanaya.
"Ngapain liatin gue kaya gi-"
Cup.
Mata laki-laki itu membulat sempurna. Tanpa aba-aba bibir Kanaya bertegur sapa dengan bibirnya.
"Lo!"
TBC
ɢɪᴍᴀɴᴀ ᴘᴀʀᴛ ɪɴɪ? sᴇʀᴜ ᴋᴀʜ ᴋᴀᴡᴀɴ?
ᴅᴜʜ ɢʀᴇɢᴇᴛ ɢᴀ sɪ sᴀᴍᴀ ᴋᴀɴᴀʏᴀ? ʙɪsᴀ-ʙɪsᴀɴʏᴀ sᴇʙᴇʀᴀɴɪ ɪᴛᴜ ᴡᴀʟᴀᴜᴘᴜɴ ᴄᴜᴍᴀɴ ᴍɪᴍᴘɪ 😌
ᴅᴀᴘᴇᴛ ᴋᴇɴᴀʟᴀɴ ʙᴀʀᴜ ɴɪʜ
ᴀᴅᴀ ᴅᴀɴɪᴇʟ, ᴀᴅᴀ ᴅᴀᴍᴀʀ, ᴀᴅᴀ ʙɪᴍᴀ, ᴀᴅᴀ ʙᴜɴᴅᴀ ʟᴇᴛᴛᴀ ᴅᴀɴ ᴀᴅᴀ ʟᴀᴋɪ-ʟᴀᴋɪ ɪᴛᴜ.
ᴊᴀᴅɪ sɪᴀᴘᴀ ʟᴀᴋɪ-ʟᴀᴋɪ ʏᴀɴɢ ᴍᴀsᴜᴋ ᴋᴇ ᴍɪᴍᴘɪ ᴋᴀɴᴀʏᴀ?
ᴛᴜɴɢɢᴜ ᴘᴀʀᴛ sᴇʟᴀɴᴊᴜᴛɴʏᴀ ʏᴀ!
ᴀᴊᴀᴋ ᴛᴇᴍᴇɴ-ᴛᴇᴍᴇɴɴʏᴀ ʙᴜᴀᴛ ʙᴀᴄᴀ ʟᴜsᴄʏᴀʀɪ ʙɪᴀʀ ᴛᴀᴍʙᴀʜ ʀᴀᴍᴇ
ᴛᴇʀɪᴍᴀᴋᴀsɪʜ, sᴇᴇ ɴᴇxᴛ ᴅᴀʏ🤡🍒
10 𝕺𝖐𝖙𝖔𝖇𝖊𝖗 2021
-𝓐𝓽𝓱𝓲𝔂𝔂𝓪𝓱 𝓛𝓮𝓼𝓽𝓪𝓻𝓲-