__ Daftar Hitam Bawah Tanah 05 __
"Inspeksi Darurat"
Detik jarum jam berdetak dalam ketegangan solid yang berlangsung selama hampir satu jam. Penjabaran kasus meluap dari garis-garis tulisan yang terus bergulir pada layar proyektor besar di sudut depan. Foto-foto jalan raya, mobil dan darah yang menjabarkan kejadian pembunuhan pagi itu terpampang, bergulir cepat diiringi penjelasan khusus yang harus dimengerti oleh seluruh anggota rapat kali ini.
Hudson Wardon selaku pimpinan besar MPD hadir di sana. Ia duduk di baris utama dalam rapat itu, mengangguk dan berdeham menanggapi pembahasan kasus tanpa melepas aura keras di wajahnya. Kasus pembunuhan Wali Kota yang terjadi secara terang-terangan ini cukup mengusik nama kepolisian. Bagaimanapun mereka harus bertindak ekstra untuk menangkap pelakunya sebelum agensi dan organisasi kepolisian di luar sana ikut campur. Kematian orang nomor satu di kota ini menandakan jika situasi sedang terancam, siaga satu akan segera dilakukan.
Jack duduk di deretan paling kanan. Dia memegang kendali atas rapat kali ini. Proyektor berubah menampilkan layar presentasi berisi video amatir yang beredar kemarin.
"Jadi tiga jam sebelum kasus ini terjadi, saya menemukan video berisi ancaman terhadap para petinggi kota. Karena Inspektur David yang biasa menangani kasus ini diliburkan, saya mengirim langsung video ini pada Letnan Hagley selaku pimpinan Divisi dua, sesuai instruksi Pak Kepala. Namun tampaknya para divisi dua menganggapnya sebagai candaan atau orang yang mencari sensasi." Jack melirik pada oknum yang bertanggung jawab di situ. Doug Quaid ada di sana. Dia merasa paling terhina di kasus ini. Selain bertanggung jawab terhadap kaburnya Charles, kecerobohannya dalam pengejaran juga disorot di rapat ini. Sementara pentolan divisi dua yang dipimpin oleh Letnan Hagley Orlando hanya tertunduk dengan ekspresi masam karena merasa tersindir.
Jack meng-klik video itu. Tayangan berubah, menampilkan sosok ber-hoodie mengenakan topeng Anonim dan menenteng sebuah pistol mainan anak-anak. Sepintas memang tampak konyol dan terkesan hanya cari sensasi. Tetapi saat mendengar berat suara, intonasi serta kalimat yang diucapkan, mereka semakin yakin jika video itu adalah awal dari sebuah teror.
"Halo, para polisi yang terhormat~
Kinerja kalian sebagai penegak hukum memang sungguh hebat!
Selama ini kalian, para penegak hukum bertindak bagai super hero.
Menumpas kejahatan dan menekan angka kriminal di kota ini.
Tapi sayang sekali, masa kejayaan yang gemilang itu akan sirna besok pagi.
Berhentilah sok heroik dan jangan berani menentangku.
Besok pagi akan ada hadiah sambutan yang cukup meriah dari Dark Athena.
Kata kuncinya : 'Raja yang terperangkap dalam kotak besi membara 2207'
Selamat bekerja~"
Tayangan video berhenti. Semua anggota rapat terdiam kaku, berbagai ekspresi yang muncul menyiratkan rasa cemas dan geram.
"Setelah ditelaah, video itu berisi teka-teki pembunuhan yang terjadi tadi pagi. Raja yang terperangkap dalam kotak api 2207 sangat cocok dengan kasus kematian Wali Kota. Raja adalah orang terpenting dalam kerajaan, pemimpin suatu Negeri. Karena teka-teki ini ditujukan untuk Monourea, Wali kota satu-satunya orang yang tepat untuk menggambarkan kata Raja dalam kota ini. Kotak besi adalah kata pengganti untuk menjabarkan kendaraan seperti mobil, taxi dan sejenisnya. Sementara membara adalah kata yang sering digunakan untuk menggambarkan api. Sisanya, 2207 menunjukkan lokasi dan waktu tragedi. St. Warnertown Liberty, depan toko 22cakes pukul 07.00 A.M," ungkap Jack mantap yang membuat semua anggota rapat tercengang. Pasalnya seorang Cyber Crime yang terkenal kalem, pendiam dan hanya berkutat dengan laptop serta headphone di telinga dapat berbicara seperti seorang investigator.
Seorang Wakil Kepala MPD bernama Adney Wilson yang sedari tadi diam menanggapi, "kata-katamu seperti bocah lemah di Divisi Investigasi itu. Dimana dia sekarang? Mengapa dia tidak mengikuti rapat?"
Jack menelan ludah. Adney Wilson adalah salah satu orang yang paling ia takuti selain Pak Kepala. Pria berkulit gelap dengan kumis tebal dan mata setajam elang itu adalah satu-satunya petinggi kepolisian yang tidak menanggalkan status keagenannya. Werewolf adalah nama sandinya. Ketajaman insting dan ketepatan dalam mengambil keputusan membuat julukan 'si manusia serigala' itu amat cocok baginya. Selain insting, pria itu juga punya fisik yang kuat meski diusia senjanya. Ia juga pandai membaca pikiran dan taktik orang lain. Benar-benar orang yang berbahaya.
"Maaf, Pak Wakil Kepala, sebenarnya ini berkaitan dengan kasus pembobolan Database SSA yang terjadi beberapa bulan yang lalu." Jack menjawabnya setenang mungkin. Gayanya yang sopan dengan intonasi yang mantap tampak sangat natural, padahal dalam hati ia amat gentar. "Saya sudah mengahabiskan banyak waktu untuk menemukan pelaku pembobolan itu. Dan tentunya tak lepas dari bantuan beberapa pihak, termasuk Sersan Clue sendiri. Atas usulannya, saya berhasil melacak beberapa alamat mencurigakan yang tidak mudah ditemukan jika berada di balik layar. Dengan kata lain, Sersan Clue sedang dalam misinya untuk membantu saya."
"Seorang Investigator membantu Cyber Crime? Aku tak tahu jika dia seloyal itu. Bukankah dia terlalu ikut campur masalah Divisi lain?"
"Maaf, Pak, hal ini tentunya sudah disetujui oleh Pak Kepala," balas Jack sembari melirik ke arah pria yang bersangkutan.
Hudson Wardon mengangguk membenarkan. Dia melirik tajam ke arah Wilson seraya berkata, "tampaknya topik yang kita bahas sudah merembet ke hal-hal yang tidak bersangkutan. Jack, teruskan pembahasan yang tadi!"
Adney Wilson mengeratkan kepalan tangannya. Geram terpeta di wajah. Sementara Jack kembali mengangguk dan melakukan apa yang Pak Kepala perintahkan.
"Baik, informasi selanjutnya. Ini berkaitan dengan identitas sang pembunuh Wali Kota." Angguk Jack, ia meng-klik file lain yang berisikan informasi berbeda. "Sesuai isi video ancaman tadi, dia dikenal dengan julukan 'Dark Athena'. Menurut laporan Divisi Luar Negeri 1, seorang wanita mencurigakan yang diyakini sebagai Dark Athena telah menggunakan passport Rusia untuk memasuki Monourea. Setelah dilakukan penyisiran, orang itu menghilang."
Jack beralih pada dokumen lain. "Dan menurut laporan kedua, Dark Athena telah membunuh setidaknya 13 security di Rusia. Luka tembak di kepala menjadi ciri khasnya. Hal ini serupa dengan pembunuhan terhadap Wali Kota kita, Robert Haul Dyfan."
"Jadi kesimpulannya... Charles Jesper tidak terlibat?" Tanya Wardon serius dengan tangan menyangga dagu.
"Sepertinya begitu, Sir. Luka dan cara pelaku membunuh sangat mirip dengan pelaku yang saya laporkan. Pembunuhnya adalah sniper wanita terbaik di Negaranya."
"Omong kosong!" Potong Wilson getas. "Walau tak terlibat, dia tetaplah kriminal kelas kakap! Lalu bagaimana dengan penyerangannya terhadap para sipir? Itu bukanlah kasus kejahatan yang bisa dianggap remeh!"
"Itu benar!" Kali ini Quaid menimpali. Pria itu masih tak terima dengan kejadian di bangsal tadi pagi. "Dia benar-benar harus ditangkap. Mungkin semua ini ada sangkut pautnya dengan si bajingan tengik itu! Mungkin mereka berkomplot!"
"Diam Quaid!" Bentak Wardon tajam yang seketika membungkam Quaid. "Kau tidak berhak bicara," desis pria tua itu, menyorot langsung ke dalam mata Quaid yang kalut karena merasa dipermalukan. "Sebaiknya kau urus anak buahmu yang belum sadarkan diri itu. Aku tak akan mempercayai apapun lagi padamu."
Habis sudah. Quaid merasa dunianya hancur dalam sehari. Selain dipermalukan, ia juga didepak dari kasus ini. Itu artinya... dia tidak akan mendapatkan promosi jabatan apapun dalam waktu dekat. Misi untuk menyaingi dan menyingkirkan Lucious David lenyap sudah.
Suara ketuk pintu menjadi pemecahan ketegangan senyap yang terjadi di ruang rapat. Seorang petugas dari Divisi lapangan masuk untuk melaporkan sesuatu, "maaf jika mengganggu waktunya, saya membawa berita yang cukup penting tentang kaburnya Charles. Salah satu rekaman amatir dari warga sekitar merekam aksinya saat memasuki distrik Industri mati, bersama seorang pemuda misterius pengguna topi fedora. Saat ini kemungkinan mereka bersembunyi di suatu tempat."
BRAK!
Wilson menggebrak meja rapat, menimbulkan debam yang cukup mengagetkan hampir semua anggota rapat. "Kurasa sudah saatnya aku turun ke lapangan," desisnya dengan semangat penuh dan mata berkilat culas. "Inspeksi darurat akan dimulai!"
~000~
Clue memuntahkan isi perutnya. Tenggorokkannya yang perih terasa terbakar ketika muntah. Dia menyandar lelah di kloset toilet dan terus terbatuk-batuk selama beberapa menit. Dari sudut matanya dia bisa melihat Charles bersandar ke dinding dengan tangan terlipat di depan dada.
Ada yang ganjil dengan Charles yang dia lihat sekarang.
Tatapan pria itu terlihat iba. Sosok dan aura licik khas mafia yang selama ini menjadi ekspresi andalannya hilang entah kemana. Bahkan saat melihat Clue yang telah berlagak di depannya itu menunjukkan sisi lemah, tidak ada cercaan apapun sampai gadis itu memandangnya dingin.
Clue mengalihkan tatapan dari Charles. Kepalanya terasa berputar. Suara Josh bergaung di kepalanya, tak mau lepas. Memberikan gambaran mengerikan yang mengalir seperti film rusak. Berulang dan berulang, membuat Clue mengepalkan tangannya erat-erat.
"Melihat bagaimana kau bertindak, sepertinya kau bukanlah orang yang mudah menarik kata-katamu. Jadi biar kuingatkan, sebelum kau terlibat semakin jauh dengan Kelly dan orang-orangnya, tolong pikirkan lagi dan urungkan niatmu. Secerdas apapun dirimu, kau bukanlah tandingan mereka."
"Apa kau merasa lebih baik sekarang?" Charles menyodorkan sepotong sapu tangan pada Clue yang memandangnya kosong.
Clue terkekeh pelan, meski begitu sayup matanya tetap tidak bermakna. "Kupikir kau senang aku begini. Bukankah kau membenciku?"
"Memang. Tapi sayangnya aku masih punya sisi 'manusia'. Itulah yang kubenci dari diriku sendiri."
Clue tidak menjawab, sebagai ganti suara Josh kembali mengisi kepalanya.
"Kau benar. Dari caranya membunuh Wali Kota, kurasa dia adalah 'Dark Athena' salah satu dari tujuh anggota 'The Mirror'. Aku sudah menceritakannya tadi. 'The Mirror' bukanlah sembarang orang. Mereka sudah memiliki keahlian khusus, bahkan sebelum bertemu Kelly."
"Tak perlu memaksakan diri," ujar Charles. "Melihat reaksimu yang seperti ini saat mendengar kisahnya saja sudah membuktikan jika kau tak mampu. Seharusnya kau fokus dulu menyembuhkan trauma masa lalumu itu. Kau terlalu gegabah, Bocah!"
Clue menatapnya, terengah-engah. Agaknya dia sudah berhasil mengontrol sikap hingga penyakit asmanya tidak kambuh di tempat itu. "Aku baik-baik saja."
"Huh. Ambil ini." Charles memberikan sapu tangan dan meletakkan secara paksa di tangan Clue. Setelah Clue menggunakannya, Charles ganti menyodorkan sebotol air mineral dingin.
Clue meneguknya. Rasa dingin dengan cepat membasuh tenggorokannya yang kering dan terasa membakar.
"Dengan keterampilan bawaan yang dibubuhi kecerdasan serta keberingasan layaknya hewan, mereka menjadi manusia yang tidak terkalahkan. Kabarnya masing-masing dari mereka pernah mengacau di negara lain. Jerman, Italia, Somalia, Indonesia. Mereka pernah melakukan teror dan masih belum tertangkap. Mereka layaknya kabut."
"Charles."
"Ada apa?" Sahut Charles dengan tatapan tak mengerti. Ia melihat Clue dengan cara yang berbeda karena gadis itu kini tampak normal kembali.
"Aku sudah lama ingin menanyakan satu hal kepadamu."
"Tidak udah bertele-tele, Bocah. Katakan saja!"
"Aku bukan tipe orang yang mudah mengakui kehebatan orang lain, tapi sekarang, aku mengakui bahwa mereka memang sangat hebat. Tujuh anggota yang kumaksud tadi punya keahlian yang berbeda. Pertarungan, Hacking, Sniper, mereka punya semua. Kau memang cerdik, tapi maaf saja, kemampuanmu itu jelas bukan apa-apa bagi mereka. Bahkan untuk mengalahkan salah satu dari mereka, itu adalah hal yang sangat mustahil."
Clue menghela napas, menghembuskannya perlahan. Ia lakukan hal itu berulang-ulang sampai pikirannya yang kalut berangsur jernih. "Apa Salamander sebelumnya pernah merekrut seorang 'Hacker'?"
"Akhirnya kau membahas tentang peretasan itu ya?" Balas Charles, menatap Clue dengan kesungguhan yang cukup mengerikan. "Hm. Awalnya dia hanyalah gadis kasar yang dibawa Borden untuk dilatih secara khusus. Menurut kabar burung, dia adalah putri dari perusahaan IT terkenal. Entah mengapa ia kabur dari rumah dan memilih jalan kotor. Kurasa dia punya motif tertentu. Aku kurang yakin, tapi dari sorot matanya ia seperti menyimpan dendam. Gadis itu cukup cerdas, dia ahli dalam seni Hacking. Jual beli dalam Darkweb sudah menjadi pekerjaannya. Aku tak menyangka dia membobol Database SSA. Sepertinya, bukan Borden yang menyuruhnya."
Clue mengernyit, berpikir keras. "Tunggu. Putri dari perusahaan IT terkenal katamu? Kau tahu nama perusahaannya?"
"Mana kutahu, Bocah. Aku bukan Tuhan yang tahu segalanya. Lagipula urusan anak itu bukan hal yang penting bagiku."
Kepalan tangan Clue mengerat. Firasatnya mengatakan akan ada hal buruk yang sekali lagi mengguncang Monourea. "Siapa nama Hacker itu?"
"Dia sudah membuang namanya. Tapi dia dikenal dengan julukan 'Anonymous One' atau 'si nomor satu tanpa nama'."
Sekarang, Clue sudah menghubungkan semuanya. Tiga diantaranya, Clue sudah menemukannya. Sedikit lagi, ia akan mengendus apa yang sedang mereka persiapkan di luar sana. Dengan lebih dulu mengetahui identitas dan keahlian dari anggota The Mirror.
Dering ponsel yang cukup kuat, berasal dari saku vest yang Clue kenakan mengagetkannya. Menyadarkan gadis itu dari pikiran dan lamunannya sejenak. Clue melihat nama di layar ponsel yang menghubunginya. Nama Jack terpampang jelas di sana. Clue segera mengangkatnya.
"Apa ada masalah Jack? Kau sudah mengatakan semua yang kukatakan sebelum kasus penangkapan Charles terjadi?"
"Itu dia, Clue..."
Suara di ujung tampak halus, seolah tengah berbisik dan berhati-hati pada sesuatu. Dari gaung yang terpantul pada suara Jack, Clue bisa menebak jika Jack sedang bersembunyi di ruang kedap suara.
"Sepertinya kau harus lebih berhati-hati. Saat ini W sedang mencurigai keterlibatanmu."
Jantung Clue terasa berdetak lebih cepat. Bayangan wajah garang dan culas milik Wilson mengisi pikirannya. Ia tahu dengan benar siapa Wilson itu, terlebih saat pria tua yang kini berstatus sebagai Wakil Kepala MPD itu pernah menjadi pelatihnya sewaktu di Akademi. Perlakuan Wilson saat melatihnya sungguh tidak manusiawi. Clue bahkan pernah hampir mati dibuatnya. (Baca kilasan adegan The Undercover Case)
"Clue?" Jack menginterupsi. "Sepertinya kau memerlukan plan B. Karena... karena posisimu sedang diincar. Saat ini W sedang menuju pasar gelap. Dia akan melakukan Inspeksi darurat."
"Apa terjadi masalah sebelumnya?"
Jack mendesah. "Ya. Seorang anggota dari Divisi lapangan menemukan rekaman amatir dirimu saat membawa lari CJ. Sebaiknya menjauh dari sana Clue... atau... atau..."
Clue mengeratkan kepalan tangannya. "Aku mengerti, Jack. Terima kasih atas informasinya. Tolong jangan khawatirkan aku."
Sambungan telepon terputus.
Tanpa membuang waktu, Clue segera mencari Josh. Dia tahu apa yang harus ia lakukan. Meskipun presentase keberhasilannya hanya 69%.
"Josh!"
Josh mengernyit melihat kedatangan Clue, disusul Charles yang memandangnya lekat. Sekarang ia merasakan hawa-hawa genting bersama datangnya kedua orang itu. Sepertinya situasinya sudah berubah dari yang mereka harapkan.
"Josh. Aku perlu bantuanmu. Sekarang juga," tekan Clue serius. "Kita tak punya banyak waktu lagi."
"Hei, apa yang terjadi?"
Charles menepuk pundak Josh, memberikan tatapan genting agar pria itu mengerti. "Aku tahu kau akan menolak, tapi kita tak punya pilihan lain. Polisi-polisi itu akan melakukan Inspeksi darurat. Mereka sudah mengendus jejak kita."
"Lalu?" Seloroh Josh tak peduli. "Aku tidak ingin terlibat masalah kalian. Mengurusi polisi-polisi itu cukup merepotkan, bung."
"Sejak awal kau sudah terlibat," potong Clue. Gadis itu melempar pakaian yang ia kenakan sewaktu membawa kabur Charles dari penjara pada Josh. "Kau tidak bisa menghindar. Jadi, aku memberimu tugas. Kau pasti menyukainya."
Josh refleks menangkapnya.
"Bukankah kau butuh hiburan?" Desak Charles yang mengerti arah permainan ini. "Kau bisa menghibur para polisi itu. Sekarang."
Dalam mata biru Josh, kilatan ombak menyalak, sebuah ide nakal muncul di otaknya. Rasanya sudah lama dia tidak bermain petak umpet dengan seseorang. Meski cukup berbahaya dan mengancam nyawa, itu tidak sebanding dengan sensasi menyenangkan yang ia rasakan saat melihat lawannya tampak bodoh karena kebingungan.
Seringai licik terbit dan melebar, sempurna menjamah paras tampan Josh. Untuk pertama kalinya ia tak menyesal menjalin kerja sama dengan Clue.
"Bersenang-senanglah dan lakukan apa yang ingin kau lakukan. Ingat, jangan ada korban jiwa," tekan Clue sebelum Josh berlalu membawa serta eforianya.
Hentak kaki Josh mengalun dalam balutan temaram. Diiringi seringai yang semakin melebar, Josh bersiul.
"Show time ~"
( TO BE CONTINUED )
.
NB/: Jujur, saya mengerjakan part ini dalam 2 hari. Sebenernya ide sudah terpikirkan sejak lama. Tapi karena lamanya saya bersemedi, ditambah adanya kesibukan di dunia nyata, akhirnya saya memutuskan untuk update sesuai jadwal saja.
Anyway, maaf jika part sebelumnya sangat membosankan karena banyaknya deskripsi. Tapi sesungguhnya part itu memang dibutuhkan agar cerita ini menjadi lebih lengkap. And than, semoga part selanjutnya akan membayar rasa ketidakpuasan terhadap part kemarin.
Part selanjutnya mungkin akan sedikit lebih menegangkan. (Semoga) Di satu sisi, Josh yang menghadapi misinya. Di satu sisi, Dark Athena akan kembali menebar teror, membuat istirahat David sekali lagi terusik.
Nantikan chap selanjutnya ya.