dare amore ; min yoongi

By ocinda

12K 1.9K 388

Sena menyukai Yoongi jauh sebelum Yoongi mengenal Sena. Sebab masa lalu telah mempertemukan keduanya disatu k... More

Prolog
Introduction
CH. 01| Him story, my story
CH. 02| Second Meet
CH. 03| I remember
CH. 04| First Message
CH. 05| Worried
CH. 06| The Tragedy of The Bulb
CH. 07| Get Caught
CH. 08| Intoxicating
CH. 09| Vengeance
CH. 10 | Rain and Dark
CH. 11| Sena's Caring
CH. 12| Ambivalence
CH. 13| Pinhead
CH. 14| Dating & Playing
CH. 15| Two Options
CH. 16| Chagi
CH. 17| Who was that?
CH. 18| Beautiful Gong
CH. 20| Incident
CH. 21| Just Want Sena
CH. 22| Better
CH.23| I Will Prove It
CH. 24| Nightmare
CH. 25| Stop and Go
CH. 26| Shin Seokjin (18+)
CH. 27| Ever Feel It (18+)
CH. 28| I Forgive You
CH. 29| I Will Sacrifice
CH. 30| For You
CH. 31| Gray
CH. 32| Surprising Fact

CH. 19| Thank you Taehyung

260 60 8
By ocinda

🌙 𝑎𝑢𝑡ℎ𝑜𝑟 𝑠𝑎𝑛𝑔𝑎𝑡 𝑚𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎𝑖 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑙𝑎 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑎𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑐𝑎. 𝑓𝑜𝑙𝑙𝑜𝑤, 𝑣𝑜𝑡𝑒, 𝑐𝑜𝑚𝑒𝑛𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒 ♡

𝙨𝙚𝙡𝙖𝙢𝙖𝙩 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙖𝙘𝙖 ♡

──── ◉ ────

"Tunggu," pinta Sena telah Yoongi mengatakan apa yang ia lakukan tadi malam sampai tidak mengangkat panggilan telepon dari Sena.

Sena ingin bernafas sedikit lebih baik dari ini, ia ingin pergi keluar sebentar. Namun Yoongi menahannya sembari menggenggam tangan Sena.

Sorot mata Sena menyiratkan kecemburuan namun Yoongi berusaha menahannya dengan maksud untuk memahami posisi dirinya saat ini. Yoongi juga kesulitan.

Yoongi sudah berusaha, namun tetap saja Namjoon adalah orang yang selama ini bersamanya dalam keadaan susah sekalipun. Namjoon tidak pernah meninggalkan Yoongi.

Ketika bertemu tadi malam pun, Namjoon memahami Yoongi dengan sangat baik. Tidak marah meski Yoongi sibuk dan jarang bertemu dengannya. Namjoon masih mengulas senyum yang sama manisnya ketika mereka bertemu dan berkencan untuk pertama kali.

Namjoon mengatakan pada Yoongi untuk selalu menjaga kesehatan. Menenangkan Yoongi dengan cara menatap serta menggenggam tangan. Mendengar cerita kesehariannya dan itu membuat Yoongi enggan berpaling pada siapapun karena hanya Namjoon tempatnya pulang.

Namun beberapa waktu belakangan eksistensi Namjoon perlahan memudar dari dalam hatinya karena tentu saja ini semua karena Sena.

Gadis itu mengisi separuh dari hati Yoongi yang dulunya di isi oleh Namjoon.

Yoongi ingin mencoba, sekali saja. Dan Yoongi berharap Sena tidak akan pernah kecewa padanya.

Tapi kini gadis itu enggan menatap ke dalam mata Yoongi. Yoongi bersungguh-sungguh bahwa ia berusaha, dan mencoba sangat keras untuk menyukai Sena sebanyak ia pernah menyukai Namjoon.

Yoongi tidak ingin membuat Sena kecewa padanya karena ia pun tidak ingin di kecewakan ataupun ditinggalkan.

Dan kini Sena melangkah keluar tanpa menatap Yoongi barang sedetikpun. Yoongi menghela nafas samar. Ia tidak bisa menarik Sena ke dalam dekapannya hanya untuk meminta maaf. Yoongi tidak pernah melakukan hal tersebut. Dan ia tidak tahu bagaimana caranya agar ia tetap bisa berkata jujur dan tidak mengecewakan Sena.

"Paman, Sena izin menjemput sepupu Sena ya." Sena menghampiri paman yang tengah membuka lemari pendingin.

Sementara Yoongi hanya melirik Sena dari kejauhan. Tanpa berniat untuk bertanya kemana wanita nya itu pergi meski ia penasaran.

_____

Yoongi melirik jam pada arlojinya. Restoran sudah tutup dan ia juga sudah melepaskan apronnya dan berdiri di dekat pintu masuk.

"Kenapa masih di sana?" tanya paman yang ternyata sudah memperhatikan Yoongi sejak tadi.

Pria itu tampak gelisah namun berusaha tenang tapi tetap saja paman sangat mengenal keponakannya ini.

"Tidak, aku hanya menunggu angin malam." jawab Yoongi terdengar klasik dan asal di telinga paman.

"Urusan apa yang membuatmu harus pergi kemarin malam hingga meninggalkan ponselmu di meja kasir?" paman bertanya tanpa benar-benar penasaran. Sudah lama mereka tidak berbincang mengenai urusan masing-masing.

Seketika Yoongi berbalik dan duduk di salah satu kursi yang berhadapan dengan meja kasir tempat paman berdiri. Netranya menatap jauh keluar, mimik wajahnya tidak menimbulkan perubahan yang berarti hingga Yoongi pun menjawab, "Bertemu teman lamaku."

Kekasihmu yang dulu maksudnya?

Paman tidak benar-benar mengeluarkan pertanyaan itu. Beliau hanya menatap Yoongi begitu saja.

Diam-diam paman sudah tahu jika keponakannya ini homoseksual. Diketahui paman sejak satu tahun yang lalu.

Saat paman baru saja membuka pagar rumah Yoongi, ia mendapati Namjoon yang memeluk Yoongi di ambang pintu.

Pelukan mereka tidak tampak seperti dua orang yang berteman akrab. Itu lebih terlihat seperti sepasang kekasih. Lalu beberapa saat kemudian Namjoon mengecup bibir Yoongi hanya satu kecupan dan hal tersebut berhasil membuat paman bungkam lalu menjauh dari sana.

Sejak saat itu paman sering memperhatikan gerak gerik keduanya ketika mereka bertemu di restoran. Namjoon sang dosen muda benar-benar menatap Yoongi penuh damba meski mereka menyembunyikan hubungan keduanya begitu baik. Namun tetap saja hal tersebut membuat paman merasa gagal dalam membesarkan keponakannya.

Dulu ketika Yoongi masih SMA paman sempat ingin membantunya untuk menemukan sang ibu. Namun Yoongi tidak peduli sama sekali, dan mengatakan bahwa ia tidak butuh wanita itu. Pada akhirnya ia akan dikecewakan, ibu adalah yang terburuk dalam hidupnya.

Yoongi mengatakan hidup dengan paman jauh lebih baik dan Yoongi akan mengabdikan seluruh hidupnya untuk paman.

"Kau pulang saja. Sena tidak akan kembali." suruh paman agar Yoongi tidak lagi berdiri di ambang pintu seperti yang ia lakukan tadi.

"Kenapa?" pertanyaannya terdengar panik hingga paman mengulas senyum.

"Untuk apa ia kembali ke restoran yang sudah tutup." paman menjawab seadanya agar Yoongi kembali bertanya 'tadi itu Sena ke mana.'

Paman hanya melirik Yoongi yang sepertinya putus asa. Kini menatap Yoongi serius meski pria yang sedari tadi diperhatikan oleh paman masih memasang wajah putus asa sembari memandang ke arah luar.

"Yoongi-ya..." panggil paman dengan nada serius.

"Ya," Yoongi menoleh.

"Kau sesuka itu padanya?" paman menghentikan aktifitasnya dan berfokus pada Yoongi yang tiba-tiba bingung.

"Paman bicara apa?" Yoongi membuang muka seraya tertawa kecil yang terkesan tidak mungkin.

"Yak, siapapun yang melihat ponselmu mereka akan tahu jika kau memuja gadis itu."

"Paman mengecek ponselku??" Yoongi membola dengan wajah panik dan merasa telah ketahuan.

"Kau meninggalkannya sembarangan dan Sena meneleponmu berkali-kali. Paman tahu kau berkencan dengan nya." paman menggeleng tidak percaya pada keponakannya tersebut karena terlalu malu untuk berkata jujur.

"Itu melanggar privasiku." Yoongi mengalihkan wajahnya pada hal-hal lain yang tidak penting di sekitar.

"Kalau dipikir-pikir Sena itu juga termasuk tipe ideal paman." paman menerawang jauh sembari melipat kedua tangan dan salah satu jari telunjuknya menyentuh dagu.

Yoongi pun menoleh seketika. Ingin mendengar kelanjutan ucapan taman.

"Cantik, pemberani, selalu berkata jujur, ceria dan juga sopan. Dia adalah wanita terunik, berkata jujur namun tidak bersikap sembrono."

Paman tidak tahu saja kalau dia gadis agresif yang selalu berani menciumku ketika aku lengah. Monolog Yoongi.

"Berapa umur paman?" tanya Yoongi agar paman tidak lagi menganggumi kekasihnya.

"41 tahun."

"Menikahlah." Yoongi menyipit, "dan berhenti memuja pacarku."

Lalu ia mengambil jaket kulitnya dan beranjak dari sana tanpa pamit pada paman. Sementara paman hampir tergelak besar setelah melihat kecemburuan yang memanas dari ubun-ubun keponakannya tersebut.

Bagi paman itu lebih baik dari pada Yoongi harus suka sesama pria.

_____

Sena tidak tahu dimana kini ia tinggal. Rasanya rumah sudah seperti taman bermain. Hee Soo dan Hee Jin mengetuk-ngetuk pintu kamarnya di ikuti dengan suara panggilan yang nyaring di telinga, membuat Sena mau tidak mau harus terbangun dengan nyawa yang hanya sampai setengah kepala.

"Eonnie,"

"Noona. Bangun... Kita harus berangkat sekarang."

Sena mendengus kesal karena dua krucil yang sedang menetap di rumahnya selama beberapa hari akan menjadi alarm terburuk selama ia hidup.

"Dimana kau Jungkook..." Sena mengecek ponselnya lalu menelepon kakaknya tersebut.

"YAK! Antar dua bocah ini, kau kan ada kelas pagi."

"Maaf adik, aku sudah terlambat." kata Jungkook di seberang telepon.

"Kau hanya perlu mengantar mereka tidak perlu menjemput, aku yang akan menjemput mereka."

"Tidak, aku ada perlu dan sudah terlambat." Jungkook menggeleng mantap di seberang telepon hingga ia mendengar si kembar terus mengetuk pintu kamar Sena seraya memanggilnya terus menerus. "Aku pergi..."

"Yak! Yak! Shin Jungkook! YAK!!!!!" Sena hampir gila dan mungkin sudah gila. Ia melempar selimut tebalnya dengan kaki seperti orang kesurupan sembari mendesis sebal.

"Lihat, Shin Sena tidak akan mau mengantar kita." Hee Jin merotasikan matanya jengkel.

Sementara Hee Soo menghela nafas ringan. Hee Jin adalah sepupu Sena yang paling kritis, terkadang bocah itu bicara seenaknya tanpa pikir dan bicara sesuai suasana hatinya. Tidak peduli berapa usia lawan yang ia ajak bicara.

Kemarin saja saat Sena menjemput mereka, Hee Jin mengintimidasi Sena dengan tatapannya sembari tersenyum miring.

"Yak, Cho Hee Jin perhatikan tatapanmu." Sena menegur gadis kecil yang sok keren dan sok pintar itu.

"Kenapa? Bibir Kak Sena yang merah itu terlalu mencolok di mataku." Hee Jin melangkah lebih dulu setelah melayangkan pisau silet ke arah Sena dengan ucapannya, ia berjalan menuju mobil keluarga Sena sembari melipat kedua tangannya di depan dada.

Bagi Hee Jin, Sena terlihat seperti badut karena lipstiknya yang terlalu merona. Karena setahu Hee Jin, Sena bukan lah tipe gadis yang seperti itu.

Sena memang begini setelah berkencan dengan Yoongi. Memakai polesan wajah dan memberi gincu pada bibir ranumnya.

Dan karena ucapan Hee Jin barusan, Sena berhasil membola seraya mengelus dada melihat betapa tidak sopannya bocah itu. Lalu dengan sigap mengambil kaca kecil dari dalam tas dan bermonolog apakah memang se merah itu? Lalu ia menghapusnya begitu saja.

Berbeda dengan Hee Soo lelaki kecil ini lebih mirip Shin Seokjin. Tenang dan manis.

Awas saja kau Hee Jin. Ucap Sena dalam hati.

"Ah... Anak-anak, tunggu sebentar, aku akan mengantar kalian." Sena sudah membuka pintu kamarnya sembari mengulas senyum terpaksa.

Hee Jin yang melihat Sena sangat berantakan lantas tersenyum miring yang terkesan arogan. Lagi-lagi penyihir kecil ini membuat Sena melongo.

"Lihatlah senyumnya itu, dia tidak sadar ada sebuah pulau putih yang sangat besar di pipinya." Hee Jin menggeleng miris. Lalu pergi dengan wajah bak iblis kecil yang saat itu juga hendak Sena ajak bertarung.

"Permisi Tuan Putri." Hee Jin masa bodoh. "Yak! Berhenti disitu." Hee Jin sengaja menulikan telinga. Dan pergi begitu saja.

Sementara itu, "Noona," Hee Soo memanggil sembari memberi titah untuk segera menunduk.

"Kenapa?" Tanya Sena dengan suara mencicit. Lalu merendahkan tubuhnya sejajar dengan Hee Soo.

"Noona kelelahan?" satu tangan Hee Soo menyeka air liur yang sudah kering di pipi kanan Sena, begitu lembut hingga membuat Sena meleleh seperti mentega.

Sepupunya yang satu ini benar-benar pria sejati. Tidak mempermalukan Sena dan langsung bertindak mengagumkan. Berbeda sekali dengan Hee Jin yang hobi memojokkan dirinya.

Dasar bocah kecil. Awas saja kalau dia butuh bantuan.

Shin Jungkook sialan. Bisa-bisanya dia pergi begitu saja. Monolog Sena dalam hati.

"Hee Soo-ya..."

"Ya?" Hee Soo berhenti menyeka.

Sena mengelus lembut puncak kepala Hee Soo seraya berkata, "Jadilah pria sejati dan belajarlah dengan giat. Oke?"

Hee Soo pun tertawa kecil sembari berkata. "Oke Noona."

_____

Taehyung baru saja menutup pintu mobilnya sembari menenteng satu paper bag yang ia bawa dari sebuah toko kue. Tidak ada hal spesial hanya saja sudah lama tidak mentraktir Sena tart jeruk. Sena suka sekali tart jeruk.

Kebetulan hari ini Taehyung tidak ada kelas pagi, jadi ia iseng saja berkunjung. "Mau kemana?" tanya Taehyung saat ia berpapasan dengan Sena yang baru saja menuruni anak tangga rumahnya, membawa dua mahkluk berwajah sama hanya saja beda jenis.

"Hee Soo, Hee Jin?"

"Hai oppa tampan." sapa Hee Jin sembari mengangkat satu tangannya lalu membungkuk sopan.

"Kalian di sini? Kenapa aku baru tahu." kata Taehyung riang.

Mereka semua sudah saling kenal satu sama lain, karena ini bukan kali pertama si kembar main ke rumah Sena.

"Mereka akan di sini selama beberapa hari ke depan." Sena memberitahu.

"Sekarang mau sekolah ya?" Tanya Taehyung.

"Ya hyung." Hee Soo yang menjawab.

"Aku antar saja." tawar Taehyung ramah.

"Tidak usah Tae, sudah ada sopir."

"Hee Jin-ah, bagaimana?" Taehyung menanyakan pendapat Hee Jin.

"Setuju." tanpa pikir panjang dan tanpa mendengar pendapat Sena terlebih dahulu Hee Jin mengikuti Taehyung masuk ke dalam mobil.

Hingga Sena dibuat menghela nafas lelah dan pasrah, sementara Hee Soo tersenyum baik-baik saja pada Sena. Paling tidak apa yang dilakukan Hee Soo barusan tidak membuat Sena begitu kesal.

_____

Setelah mengantar mereka Taehyung dan Sena tidak melanjutkan perjalanan untuk pulang mereka masih setia di dalam mobil. Dan mereka hanya menerawang jauh ke arah sekolah Hee Soo dan Hee Jin.

"Aku jadi teringat masa lalu." Taehyung memecahkan keheningan.

Sementara Sena menurunkan posisi kursinya untuk memejamkan mata dengan nyaman.

"Jangan bicara terlalu berat, aku mengantuk."

Taehyung menoleh dan lantas tersenyum.

"Saat SD kau sangat senang dengan Taekwondo, katamu kau bisa melawan Jungkook hyung. Sampai-sampai kau mengatakan akan menjadi atlet yang hebat membawa nama negara bahkan kau menekuninya sampai kau SMA." Taehyung bercerita panjang lebar namun Sena tetap bergeming.

"Aku benar-benar menantikan kejayaanmu, tapi aku tidak menyesali pilihanmu." Lanjutnya.

Sena yang tadinya hendak terlelap lantas membuka mata perlahan ketika beberapa dari ucapan Taehyung barusan sedikit mengganggunya.

"Kenapa kau harus menyesal karena pilihan orang lain?" tanya Sena menatap Taehyung dengan posisi setengah berbaring sembari melipat kedua tangan.

"Alasannya mengapa aku tidak berusaha sekuat mungkin saat kau putus asa dan tidak ingin melakukan apapun. Aku merasa jadi teman yang tidak berguna."

"Tapi..." Sena menginterupsi, "bukankah sesama teman kau harus mendukung pilihan mereka apapun yang terjadi."

"Kau benar, bagiku keputusanmu terlalu berani. Sementara hidup itu tentang proses dan pencapaian. Kau bahkan tidak ingin peduli dengan dua hal itu." Taehyung masih menerawang jauh ke depan.

Benar, saat mereka masih duduk di bangku SMA. Ada konseling dimana wali kelas turut andil atau merekomendasikan beberapa universitas dengan program studi yang cocok untuk siswa siswi mereka. Dan Sena juga di tawarkan untuk hal tersebut.

Saat itu Sena menolak dan kabarnya ia merobek kertas-kertas tersebut dan pergi ke belakang sekolah di mana tidak ada orang di sana kecuali anak-anak yang hobi bolos sekolah. Namun saat itu Sena benar-benar seorang diri.

Ia marah, sangat marah pada dirinya sendiri dan juga Hari. Sena ingin melakukannya bersama Hari, bersama-sama menjadi atlet. Namun Hari sudah bersama yang maha kuasa saat itu. Sena bahkan tidak datang ke pemakaman nya padahal mereka berteman dekat.

Taehyung menghampiri Sena yang duduk meringkuk. Tidak ada orang lain selain dirinya dan juga Sena. Taehyung tidak ingin bertanya dan banyak bicara. Ia hanya menghampiri Sena sembari memeluk gadis itu.

Semakin di peluk Sena malah semakin menangis. Dan Taehyung hanya menyediakan pundaknya kepada Sena untuk bersandar.

"Tapi aku berterima kasih." Kata Sena menanggapi ucapan Taehyung barusan. Hingga Taehyung kembali pada kesadarannya.

"Buat apa?" Tanya Taehyung bingung.

"Karena hari itu kau hanya memelukku tanpa mengatakan apapun. Terima kasih."

Taehyung lantas tersenyum damai. <>

Selasa, 21 September 2021

Continue Reading

You'll Also Like

564K 40K 47
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
72.2K 10.9K 21
Pasangan yang sudah menikah itu tampak bimbang dengan permintaan ibu mereka, sebagai anak tertua, Hyun Ji sebenarnya tidak ingin ada orang lain yang...
161K 12.5K 37
Supaporn Faye Malisorn adalah CEO dan pendiri dari Malisorn Corporation yang memiliki Istri bernama Yoko Apasra Lertprasert seorang Aktris ternama di...
149K 21.5K 56
Allura Christy Gadis remaja polos nan lugu yang kerap kali mendapat bullyan dari semua siswa siswi di sekolahnya. Bagaimana tidak, sekolahnya saja s...