DECISION [ON GOING]

By real_applepie

785 668 296

[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Paradina Dhara Anindya, mungkin bagi orang yang mengenalnya dari luar akan sang... More

Prolog
Part 1 - [First Time]
Part 2 - [Decision]
Part 3 - [Accident]
Part 4 - [Change]
Part 5 - [Evidence]
Part 6 - [En Route]
Part 8 - [Arrive]
Part 9 - [Language]
Part 10 - [Permulaan]
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15

Part 7 - [Misguided]

55 45 5
By real_applepie

Happy Reading!

.

Anindya menunggangi kuda nya dengan santai, sambil sesekali memetik tanaman obat yang ada dihutan yang sekiranya akan berguna untuk dirinya kedepan.

Sudah hampir setengah jam Anindya berjalan bersama kudanya, sambil menikmati suasana hutan yang sunyi. Sebenarnya ada perasaan takut dan juga khawatir dalam dirinya, namun segera dia tepis perasaan itu. Itu hanya akan memperburuk suasana untuk nya, bukan menolongnya.

'sial! matahari sudah semakin panas dan aku belum sampai di kerajaan!' umpatnya dalam hati.

"hahhh" Anindya menghela napas pasrah. Sedikit menyesal dia tidak meng-iya kan tawaran guna tadi, sekarang dia yang repot.

'srakkk' suara dari semak-semak membuat Anindya mengaktifkan sinyal tanda bahaya dalam dirinya.

"siapa disana??" tanya Anindya berusaha tenang.

Tidak ada satupun yang menjawab pertanyaannya.

"mungkin tupai" monolognya.

Sebenarnya Anindya tidak bodoh, dia hanya ingin mengelabuhi musuhnya. Dari tadi Anindya sadar ada yang mengikutinya, entah sejak kapan. Tapi yang pasti orang tersebut hanya memata matainya saja bukan untuk menyakitinya.

Jika kalian tanya alasannya kenapa? dia juga tidak tau jawabannya, hanya mencoba berpikir positif untuk men-sugesti dirinya sendiri. Yaaa walau jika orang tersebut ingin mencoba membunuh dirinya, akan dia pastikan orang tersebut yang akan mati sebelum menyentuh diri nya.

Setelah cukup lama berjalan dihutan tanpa tujuan yang jelas, dan tentu saja tubuh nya mulai lelah, tapi tidak mungkin Anindya beristirahat di hutan ini. Bahaya yang selalu mengincarnya kapan saja, tentu bukan hal yang bagus untuk dijadikan tempat istirahat barang sejenak.

"keluarlah" ujar Anindya entah kepada siapa. Hanya angin yang membalas perkataannya dengan menggoyangkan dahan-dahan pohon.

"ohh come on, it's not time for playing hide and seek! i'm tired!" ujar Anindya tanpa sadar menggunakan bahasa asing. Tentu saja dirinya sadar apa yang telah dilakukannya. 'sial! pintar sekali mulut ku ini!' kesalnya

"baik lah kalian yang meminta ini! akan ku tebas kepala kalian satu-satu jika kalian masih tidak ingin menunjukan diri kalian!" geram Anindya.

"1.."

"2"

"Ti-"

Beberapa orang keluar dari tempat persembunyiannya, dengan seluruh pakaian yang menutupin tubuh mereka dari atas kepala hingga ujung kaki, yang hanya menyisakan bagian matanya saja.

Anindya tau masih ada beberapa orang lagi yang enggan untuk keluar dari tempat persebunyiannya, jangan kira Anindya tidak tau! dia sangat tau betul dimana orang tersebut.

Anindya mulai mengeluarka busur panah dan anak panah untuk membidik orang tersebut, beberapa mata-mata disana sudah siaga akan tindakan yang akan dilakukan Anindya. Tak lama Anindya melepaskan anak panahnya dan..

Brakk

Terdengar suara benda jatuh dengan sangat keras.

"sudah kukatakan tadi! jika kalian masih ingin sembunyi, silahkan...." kata Anindya yang menjeda ucapannya.

"tapi jangan salahkan aku jika ingin bernasib sama dengan nya" lanjut Anindya tak lupa dengan seringai dibalik cadarnya.

Tak lama beberapa orang keluar lagi dari tempat persembunyiannya, walaupun masih ada yang tetap bersembunyi.

"terserah!" ujarnya dengan malas.

Anindya menatap mereka dengan tajam dan aura intimidasinya yang sangat kental, membuat para mata-mata itu tak berani mendongakan kepala mereka. Jika tuan mereka tau perlakuan mereka, maka dapat dipastikan nyawa mereka akan hilang saat itu juga. Kenapa?? Karena mereka diajarkan untuk menatap mata lawan bicara mereka, setinggi apapun derajat orang tersebut, meski raja sekalipun.

"kalian!" ujar Anindya dengan tajam.

"tunjukan aku jalan ke istana!" lanjutnya.

Membuat suasana yang tegang kini menjadi membingungkan. Salah seorang dari mereka maju dari barisan. "saya bersedia putri!"

Anindya menganggukan kepalanya. "kalian semua boleh pergi, lanjutkan tugas kalian memata-mataiku!"ujar Anindya dengan menekan kata 'memata-mataiku'.

Sebenarnya Anindya malas untuk mengintrogasi mereka dan dirinya sangat lelah, dia hanya ingin segera mengistirahatkan tubuh dan pikirannya.

Sungguh! beberapa hari belakangan ini benar-benar melelahkan! bukan tanpa alasan Anindya berbicara seperti itu, tapi itu benar adanya! hampir tiap malam Anindya tidak bisa tidur, karena pembunuh bayaran selalu mencoba membunuhnya belakangan ini. Tentu saja sekarang yang dia butuhkan saat ini hanya istirahat yang tenang! hanya itu.

Orang tersebut menuntun kuda yang dinaiki Anindya menuju kerajaan. Anindya duduk diatasnya dalam diam dan anggun.

__oOo__

Tanpa sadar mereka telah sampai di gerbang masuk menuju istana.

Sebelum mereka benar-benar masuk ke istana terdapat gerbang yang sangat tinggi yang dijaga oleh beberapa prajurit dan ksatria, setelah melewati itu terdapat kediaman warga desa atau rakyat bisa. barulah nanti akan terdapat gapura besar, perbatasan antara warga desa atau kasta yang menengah ke bawah dengan kediaman para petinggi kerajaan, yang kasta mereka jauh lebih tinggi dari para rakyat biasa.

"tuan putri kita telah sampai" ujar mata-mata itu. Walaupun tanpa diberi tahu Anindya sudah tau mereka sudah sampai di depan gerbang masuk kerajaan.

Anindya hanya diam, tak membalas perkataan mata-mata tersebut.

"maafkan saya putri, saya tidak bisa mengantar anda untuk masuk lebih dalam ke istana" ujarnya lagi.

Anindya berdehem "ekhem kau boleh pergi" usirnya tanpa melihat orang itu.

"terima kasih putri" ujar mata-mata itu lalu membungkuk hormat dan menghilang begitu saja.

Anindya menjalankan kudanya dengan pelan menuju gerbang itu. tentu saja saat sudah dekat dia langsung di hadang oleh para prajurit.

"siapa kau?"

"aku Putri Anindya"

para prajurit saling menatap kebingungan.

Walaupun berita kepulangan Putri Anindya dari pengasingan sudah menyebar keseluruh penjuru kerajaan. Tapi tetap saja tidak mungkin mereka langsung menyuruhnya masuk begitu saja.

Peraturan tetap peraturan!

"halah! jangan bohong kau! tunjukan buktinya jika kau memang Putri Anindya"

Anindya menatap malas mereka. "kuda ini bukti"

Prajurit saling tatap kembali dan langsung mengecek apa yang dikatakan oleh Anindya.

Sebenarnya mereka tidak yakin dia putri dari penampilannya yang lebih mirip mata-mata atau mungkin pencuri. Tapi, kuda yang bersamanya benar-benar milik kerajaan. Karena semua barang kerajaan termasuk hewan memiliki tanda yang telah dibuat. Meskipun dicuri, dengan mudah mereka dapat mengenalinya dengan cepat.

mereka saling tatap dan mengangguk.

"kami akan mengantarkan anda kepada raja, jika kau berbohong maka kau harus menanggung akibatnya!"

Anindya malas meladeni mereka, ia hanya ingin beristirahat.

Sepanjang perjalanan orang-orang manatapnya aneh dan tatapan lainnya yang sulit didefinisikan, mereka menatapnya terang-terangan seperti akan menghabisinya hidup-hidup. Tak lupa bisik kan mereka yang sangat keras, hingga membuat Anindya mendengarnya.

'berlebihan sekali! Tidak pernah melihat orang cantik kah?! Bersyukurlah kalian aku lelah!' gumamnya dalam hati.

Saat melewati pasar, tentu saja rasa lapar langsung menghampiri perutnya untuk minta diisi. Bagaimana tidak?! harum kue yang baru masak dan makanan lainnya membuat perut Anindya meronta minta diisi.

"berhenti! aku lapar!" titahnya

"tapi kau ha-"

"turuti perintah ku!" ujarnya Anindya dengan tegas.

Lalu dia turun dari kuda dan mampir kesebuah rumah makan.

"masuklah, aku yang akan membayari kalian" ujar Anindya tanpa menoleh ke mereka.

Saat masuk dia langsung disambut oleh pelayan yang sangat ramah. "selamat datang! mari saya tunjukan ke kursinya" sambut pelayan tersebut.

"silahkan dipesan" sambil memberikan buku menu dari kulit hewan "ingin pesan apa?" tanya nya kemudian.

Anindya mengernyit bingung, nama makanan disini sangat aneh dan dia sama sekali tidak familiar dengan nama makanan disini. "apa saja yang enak dan membuat kenyang" putus Anindya, kemudian memberikan buku menu itu kepada pelayan tersebut.

"baiklah tunggu sebentar" ujarnya.

para prajurit tadi ikut masuk dan duduk disamping meja Anindya, mereka cukup tau diri. Untuk makan di rumah makan ini tidak sembarang orang bisa masuk, selain harganya yang sangat mahal untuk kalangan seperti mereka, tempat ini biasanya hanya bisa dimasuki oleh kalangan bangsawan. Bukan berarti tidak boleh untuk kalangan bawah, tapi reputasi rumah makan ini yang membuat kalangan bawah enggan untuk masuk, karena jika mereka tidak bisa membayar makanan yang mereka makan, mereka akan dipermalukan didepan umum. sungguh miris!

Tak lama makanan yang ditunggu akhirnya datang.

Untuk porsinya lumayan banyak tapi, dari bentuk penyajiannya sangat meragukan.

"uhukk" prajurit yang disampingnya tersedak melihat wajah Anindya yang sangat cantik saat dia melepas cadarnya.

Anindya tau dia sekarang menjadi pusat perhatian. Persetanan dengan itu! lebih baik dia memikirkan perutnya terlebih dahulu.

Anindya makan dengan tenang dan layaknya seorang bangsawan, karena dia memang bangsawan. Tentu saja cara makannya yang elegan dan anggun tak lepas dari tatapan pengunjung rumah makan itu, ditambah parasnya yang sangat cantik.

Mereka benar-benar terpukau melihat Anindya, beruntung jam makan siang masih sedikit lama jadi, pengunjung rumah makan ini masih sedikit.

.

.

.

TBC (1318 words)

GA BOSEN UNTUK BLG

JGN LUPA VOTE, COMMENT AND SHARE!!

THANKS!!

Published, 16-09-2021

Maafin ya kalo gaada feel nya gitu, mood nya📉📉

See you😙

Continue Reading

You'll Also Like

Back to the Past? By Xzvy

Historical Fiction

3.3M 263K 79
⚠️WARNING TYPO BERTEBARAN!! DIPERHATIKAN DALAM MEMBACA!⚠️ Evlleca Amoure Blean. Putri seorang Kaisar yang balik kemasa lalu untuk mengubah seluruh ki...
410K 61K 86
"Became the Most Popular Hero is Hard" adalah judul novel yang saat ini digemari banyak pembaca karena memiliki visual karakter dan isi cerita yang m...
Won't Get Divorce! By Berry.

Historical Fiction

29.4K 3.6K 28
Ketika keinginannya untuk bisa mengulang waktu terwujud, Edith segera berusaha memperbaiki hubungannya dengan suaminya, Julian. Ia berjanji tidak aka...
BITTER TRUTH [END] By Angel

Historical Fiction

8.7M 1.1M 91
"Buktikan bahwa bukan kau yang meracuninya dengan pedang ini" ucap Duke Hevadal dengan wajah yang sedingin dinginnya pada putri kandungnya sendiri El...