Together with Them?

By ManisnyaSeokjin

137 26 87

[Slow Update] Bagaimana rasanya, kalau kau harus tinggal serumah bersama 7 laki-laki remaja tampan? Walau 1 l... More

[1]
[2]
[3]
[CAST TwT]
[4]
[6]
[7]
[8]
[9]
[10]

[5]

9 2 0
By ManisnyaSeokjin

Holaaaa semuanyaaa!!><

Ada yang masih inget sama akuu??

Kayanya gak ada yah:)

Gimana kabar kalian??

Semoga dalam keadaan sehat jasmani dan rohani😁

Untuk melepas rasa rindu (maybe:v)

Cussss langsung baca ˃ᴗ˂

_Happy Reading_

Tuh mobil, kenapa ngikut terus sih?

Hars melirik ke arah samping tempat duduk penumpang. Melihat Cika yang tak hentinya memainkan jari-jari tangan dengan raut muka gelisah.

"Cik."

Panggilan dari Hars tak digubris oleh orang yang dipanggilnya.

"Cika Oktaxairdan."

Hars memanggil nama lengkap Cika dengan nada yang lumayan keras. Akhirnya orang yang dipanggil merespon juga, walau dengan perasaan yang kaget.

"A-ada apa, Bang?"

"Lo kenapa? Dari tadi liat kaca spion melulu."

"A-a... Itu... Cuman..."

"Cuman?"

Cika ingin memberitahu Hars tentang keresahan yang ada dalam dirinya, namun ia merasa kelu untuk berbicara. Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Cika, Hars pun memelankan laju mobil yang ia kendarai agar bisa fokus mendengar suara gadis di sampingnya. Menarik dan mengeluarkan napas secara perlahan, agar ia bisa mengucapkan kalimat dengan benar.

"Cuman... Entah perasaan gue saja atau apa, mobil di belakang ngikutin kita terus dari tadi."

Hars langsung melihat kaca spion, benar apa yang dikatakan Cika. Padahal bisa saja mobil yang ada di belakangnya mendahului mobil yang dikendarai Hars, karena jalanan di samping kosong untuk bisa menyalip. Ia mulai menjalankan mobil dengan laju yang cukup cepat, dan mobil di belakang mengikuti laju cepatnya.

Pikiran Cika berkecamuk. Takut orang yang ada di dalam mobil tersebut, ingin menculik atau membegal mereka. Banyak sekali kasus pembegalan, penculikan, apalagi pembunuhan diberita. Apa yang harus dilakukan Hars dalam situasi sekarang?

Mengingat dirinya sedikit bisa bela diri, ia akan menangkap pelaku tersebut di daerah tempat tinggal Cika. Dan juga, di sana selalu ada penjaga keamanan yang sedang berjaga. Jika pelaku itu memakai senjata tajam, Hars akan langsung memanggil polisi atau pun penjaga keamanan yang ada di sana akan segera melakukan tindakan.

"Lo tenangin diri dulu. Gue punya plan untuk mengatasi situasi sekarang," ujar Hars yang masih fokus menyetir.

Cika hanya menjawab dengan anggukan kepala. Dia sedang berpikir bagaimana mengatasi kegelisahan yang masih belum kunjung reda. Dan sekejap, ia tahu apa yang harus dilakukan untuk menghilangkan rasa gelisahnya.

Oke, Cik... Mending fanchant boy group kesayangan lo. Kim Namjoon, Kim Seokjin, Min Yoongi, Jung Hoseok, Park Jimin, Kim Taehyung, Jeon Jungkook, BTS..!

Hars yang melihat sekilas kelakuan gadis di sebelahnya hanya menatap dengan bingung. Pasalnya Cika menggerakan tangan seakan sedang menyemangati idol favoritnya, sembari berkomat-kamit tak jelas dengan mata tertutup.

"Lo... Lagi ngapain?" tanya Hars penasaran. Takut gadis tersebut kena surupan arwah fans idol yang bergentayangan karena belum sempat bertemu.

Cika mematung mendengar pertanyaan dari Hars. Merutuki diri sendiri atas kelakuannya yang memalukan. Menoleh ke samping kanan, lalu tersenyum kaku.

"Ini... Gue lagi menghilangkan rasa gelisah," ujar Cika menahan malu.

"Dengan cara goyang-goyangin tangan di depan sambil komat-kamit?"

"Lebih tepatnya lagi melakukan fanchant."

"Fanchant itu apa?" tanya Hars dengan alis yang tertaut.

"Bang Hars gak tahu fanchant?"

"Gue gak bakalan nanya kalo tahu."

Cika menyengir kuda dengan jawaban Hars. Ternyata lucu juga melihat laki-laki di sampingnya menampakkan wajah datar atas pertanyaan darinya.

"Fanchant itu sebuah yel-yel yang diteriakkan oleh penggemar saat idol tampil di panggung membawakan lagu-lagu mereka," ujar Cika seperti guru yang menjelaskan pertanyaan dari anak muridnya.

Hars mengangguk mengerti dengan penjelasan yang diutarakan oleh Cika. Dalam hati, ia mengucap syukur karena Cika sepertinya sudah menghilangkan rasa gelisah.

"Coba gue mau denger fanchant idol yang lo gemari."

"Gue? Fanchant?"

"Bukan, tapi hantu. Yaiyalah lo Cika, siapa lagi yang ada di sini selain lo dan gue," greget Hars, ingin sekali menjernihkan otak Cika yang entah sedang polos atau bodoh.

"Oke, gue coba fanchant salah satu Boy Group Korea kesukaan gue."

Menarik napas dengan perlahan, lalu mengeluarkan karbondioksida tersebut dengan sekali hentak.

"Yang Jungwon, Lee Heeseung, Park
Jongseong, Shim Jaeyoon, Park Sunghoon, Kim Sunoo, Ni-ki, En-hypen!" Sorak Cika dengan semangat, bahkan kedua tangannya terangkat ke atas seakan sang idol telah memenangkan sebuah penghargaan.

Hars segera menahan tawa dengan tangan kiri yang menutupi mulut, agar suara yang akan dikeluarkan tidak kebablasan. Namun di balik itu, Hars merasa tenang karena Cika yang sepertinya sudah tidak merasa gelisah kembali dibanding beberapa waktu yang lalu.

Tanpa terasa, mobil Hars telah sampai di depan gerbang rumah Cika. Mobil yang terus mengikuti mereka pun, ikut berhenti di belakangnya. Sebelum keluar dari mobil, Cika sempat membuka suara terlebih dahulu.

"Bang, gimana dong? Gue takut mereka ngelakuin hal yang macem-macem."

"Gak apa-apa. Gue bisa sedikit bela diri untuk ngelindungi lo," balas Hars. Tangan kanannya mengusap rambut Cika dengan perlahan, agar si empu bisa tenang. Namun bukannya tenang, jantung Cika terasa ingin meleleh dengan perlakuan dari Hars. Dalam hati ia memohon, semoga pipinya tidak menampakkan semburat merah.

Mereka berdua keluar terlebih dahulu, dengan Cika yang memeluk erat kantong plastik yang berisikan cemilan kesukaannya. Menanti dengan was-was, karena pintu mobil yang mereka diikuti terbuka perlahan.

"Woi, Cik! Tega bener ya lo, ninggalin kita," teriak gadis pendek yang keluar dari mobilnya.

Ternyata mobil yang mengikuti Cika dan Hars adalah mobil milik keluarga Ned. Dua gadis yang ada di mobil pun ikut keluar. Diantara mereka ada yang membawa tas dengan motif gambar logo BTS. Cika menepuk jidat, bisa-bisanya ia lupa membawa tas di kelasnya. Dia benar-benar lupa untuk membawa tasnya terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah.

Ketiga sahabatnya menghampiri gadis tiang listrik tersebut. Bisa dilihat dari raut wajah mereka yang terlihat kesal. Cika hanya bisa menampilkan cengiran rasa bersalah kepada sahabat seperjuangannya.

"Lo tingkat kelupaannya udah di atas rata-rata," celetuk Aci.

"Ini tas lo, Cik," ujar Rain sambil memberikan tas milik Cika.

"Gue udah telepon lo beberapa kali, tapi gak aktif," ucap Ned dengan suaranya yang nyaring.

"Hehehe... Maaf yah sahabat-sahabat ku yang tercinta. Gue beneran lupa kalo tas gue belom diambil. Terus, Handphone gue lowbat. Jadi, gue gak tahu kalo kalian chat atau nelpon gue," ujar Cika dengan nada bersalah sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Gimana gak lupa? Orangnya aja dijemput sama..." ucap Ned menggantung dengan mata yang melirik sekilas ke arah laki-laki tinggi di samping Cika.

Hars menatap bingung sekumpulan gadis remaja tersebut yang melirik dirinya dengan tatapan seperti menginterogasi.

"Cik, lo pindah gebetan nih sekarang?" tanya Rain dengan senyuman yang menurut Cika menyebalkan.

"Wah... PGB dong Cik!" ucap Ned dengan semangat.

Mereka yang mendengar ucapan Ned, memasang muka kebingungan. Tentunya bingung dengan perkataan yang dikeluarkan oleh gadis pendek tersebut. Sepertinya harus memiliki IQ kepahaman tingkat tinggi jika berteman dengannya.

"PGB itu singkatan dari Pajak Gebetan Baru."

Mereka menganggukan kepala beberapa kali tanda mengerti, sambil bibirnya membentuk huruf O salah satu diantara mereka.

"Bisa aja lo kalo bikin singkatan gitu. Dan juga siapa coba yang lagi punya gebetan baru?"

"Eyyy~ jangan pura-pura gak peka lo," ujar Aci sambil menyenggol tangan Cika dengan tangannya.

Rasanya ia ingin menjahit mulut sekawanan perempuan tersebut karena sembarangan berbicara, ditambah berbicara di depan lelaki jangkung di sebelahnya.

"Ha.ha.ha terserah lo aja lah," Cika hanya menanggapi dengan wajah pasrah, dan jangan lupakan suara tawa yang ia keluarkan dengan terpaksa.

"Kalo gitu, gue pergi dulu. Ada urusan di kampus," karena memang mobil yang mengikuti mereka adalah milik sahabatnya, Hars tidak ada keperluan lagi di sini.

"Oh! Ya, Bang Hars. Makasih udah nganterin gue dan juga maaf bikin repot."

"No problem, kok."

"'Pergi dulu', berarti bakal ke sini lagi dong ya?" goda Ned dengan menggerlingkan matanya kepada Cika.

Hars menanggapi ucapan Ned dengan senyuman tipis, lalu pergi memasuki mobil miliknya. Setelah
tak terlihat di hadapan mereka, Cika langsung menatap tajam tiga sahabatnya yang telah membuat ia harus menahan gejolak malu.

"Kalian..."

"Eit! Nanti dulu ngomelnya. Mending kita masuk dulu ke rumah lo, di sini panas. Perut gue juga daritadi ngedugem terus," potong Ned dengan tangan yang mengusap perut.

Macam ibu hamil aja.

"Tenggorokan gue juga seret nih. Pengen minum yang cold and fresh," tambah Rain mengikuti.

"Yeee lo pada malah numpang makan dan minum. Tapi gue juga sama, yooo masuk!"

Salah satu diantara mereka ada yang menarik dan mendorong tubuh Cika masuk ke dalam pekarangan rumah bercat cream tersebut, tanpa mengetahui bagaimana raut wajah dari pemilik rumah yang mereka masuki.

Apa salah dan dosaku kawan...

•••

Kamar dengan dinding berwarna putih, dihiasi oleh gambar kelopak bunga sakura yang bertaburan. Segala sesuatu yang ada di kamarnya berdominan tentang sakura, termasuk kamar mandi. Walaupun begitu, tetap terlihat elegan dan segar saat kita menempatinya.

Apalagi sekawanan gadis yang sedang bersantai-santai di karpet dengan nuansa tak jauh dari sakura. Tak lupa ditemani berbagai camilan -termasuk camilan pemberian dari Hars, yang tentunya lebih dihabiskan oleh si penerima- dan minuman yang direkomendasikan oleh Rain.

"Khehh.. Gak ada yang lebih nikmat selain makan camilan dan minum kaya gini," ucap Cika dengan suara yang sangat menikmati apa yang ia makan dan minum.

"Gue lebih nikmat kalo makan seblak."

"Sama, Ned. Gue juga," ucap Aci sambil mengambil Phoki rasa Strawberry.

"Kalo gue sih, netral aja," ujar Rain setelah meminum Floridana.

"Jadi... Gimana lo bisa dianterin sama Abang jangkung handsome?" Untuk kedua kalinya Ned menggoda Cika, namun dengan menaik turunkan alis.

Ini yang paling membuat Cika merasa sebal jika digoda seperti ini oleh orang, apalagi orangnya adalah Ned. Pasalnya ia akan merasa salah tingkah atau gugup saat menjawab alias menanggapi suatu pertanyaan yang seperti menggoda dirinya. Bukan menggoda dalam artian tanda kutip.

"Ya... Karena Abang gue nyuruh Bang Hars ngejemput, jadinya bisa dianterin. Seharusnya sih dianterin sama Bang Jake, tapi lagi ada urusan katanya."

Mendengar penjelasan dari Cika, kepala mereka mengangguk-angguk tanda mengerti. Tapi sepertinya masih ada sahabatnya yang ingin kembali menggoda.

"Gugup ya Neng? Sampe tangan gak bisa diem ke sana kemari," Untuk ketiga kalinya pun ia mendapat godaan lagi, namun bukan Ned melainkan Aci.

"Sekali lagi lo pada ngegoda lagi, gue bakal ganti password WiFinya" ancam Cika disertai penekanan disetiap kata yang ia lontarkan.

"Eyy~ Jangan dong Cik. Gue gak bisa download anime secara free."

"Iya, iya. Gue gak ngegoda lo lagi deh. Suerrr..." ucap Ned dengan muka memelas sambil jari tangannya membentuk piece.

"Tapi entah kalo nanti," lanjutnya.

Cika menahan geraman dan tangan yang ingin mencakar gadis cempreng di depannya karena gemas bin greget.

Mereka pun melanjutkan pembicaraan berbagai topik dari anak tetangga Ned yang mencuri es krim di Alpamart, Bomi -kucing milik Aci- yang selalu pulang telat ke rumah, dan lain sebagainya.

Pembicaraan yang terasa begitu cepat berlalu namun berangsur lama tersebut terpaksa dihentikan, karena waktu yang sudah menunjukkan pukul lima sore. Cika mengantarkan para sahabatnya turun dan pulang sampai pintu gerbang rumah.

"Hati-hati di jalan. Jangan keluyuran kemana-mana, langsung pulang ke rumah."

"Iya, iya Kanjeng Mamah," ledek Ned sambil membungkuk hormat dengan kedua tangan disimpan di atas perut seperti adat Korea.

"Ganti password WiFi ah~"

"Ish! Ancamannya yang itu melulu. Yang lain napa," sebal Ned.

"Ya udah, gue gak bakal ngasih link haram konser."

"Jangan yang itu juga dong. Itu mah wajib dikasih, gue kan gak pro kaya lo nyari link haramnya," melas Ned.

"Udah, udah ah. Ini mau kapan pulangnya? Gue belum ngasih makan Cimi sama Bomi," ucap Aci sambil berjalan menghampiri mobil milik keluarga Ned.

"Gue juga takut dimarahin sama Ayah," risau Rain.

"Oke. Hati-hati kalian."

Mereka menganggukan kepala. Melambaikan tangan kepada Cika setelah masuk ke dalam mobil, lalu pergi menyisakan satu orang yang masih berdiri di depan gerbang. Selepas tidak terlihat lagi mobil yang dinaiki oleh sahabatnya, ia pun masuk ke rumah.

Sesampainya di rumah, ia menghela napas sebentar melihat pemandangan rumah yang sepi setelah kepergian tiga gadis yang menjadi sahabatnya. Namun, tidak membuat perasaan Cika menjadi sedih atau murung. Ya... bisa dibilang ia terbiasa sendiri.

Justru dengan keheningan rumah ini, ia bisa bebas mendengarkan musik sekeras apapun dan bernyanyi sesuka hati tanpa ada yang mengomeli dirinya. Pak Dakar alias Ayahnya masih bekerja, sedangkan sang Mamah juga pasti sedang bergosip ria dengan tetangga. Lalu, Jake...

"Tumben Bang Jake belum pulang jam segini?" gumam Cika.

Melupakan kepulangan Jake yang mungkin terlambat saat melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul lima sore, ia bergegas mengambil handuk untuk membersihkan diri.

Tiga puluh menit berlalu, kedua orang tuanya sudah pulang dari aktivitas masing-masing. Mendengar ada kebisingan di lantai bawah, Cika segera turun sehabis menyelesaikan kegiatan wanitanya.

"Yah, Mah. Kapan pulang?" basa-basi Cika sambil menyalimi Pak Dakar serta Bu Irah.

"Baru aja pulang kok. Abangmu udah pulang?"

"Belum, Mah. Cika juga penasaran, tumben Abang belum pulang jam segini. Terus kalau memang pulangnya bakalan telat, pasti nelpon atau kirim SMS."

"Pasti Jake udah ngasih tahu teman-temannya," gumam Pak Dakar.

'Hm? Ngasih tahu? Ngasih tahu apa yah?'

"Ada apa, Yah?" tanya Cika dengan rasa penasaran yang tinggi.

Pak Dakar menghela napas dengan berat, seakan apa yang  ia katakan akan membuat sang anak tidak senang. Melihat Ayahnya yang seperti itu, entah kenapa firasatnya buruk namun tidak begitu buruk juga.

"Sebenarnya, Ayah sama Mamah harus pergi ke luar negeri."

Bagai tertimpa sesuatu di kepalanya, otak Cika mendadak kosong tetapi berat. Kedua orangtuanya akan pergi ke luar negeri? Kenapa?

Mengerti dengan raut muka Cika yang bertanya-tanya, Pak Dakar menjelaskan suatu hal yang belum ia jelaskan. Pak Dakar dan Bu Irah, terpaksa harus pergi ke luar negeri untuk mengurusi salah satu perusahaannya yang berada dalam ambang jurang. Ayahnya harus turun tangan untuk menangani masalah tersebut, dan sang istri turut ikut menemani suaminya.

"Yah, Mah. Kalian berdua beneran harus pergi ke luar negeri? Terus gimana aku sama Abang?"

"Iya, Ka. Mana mungkin Mamah gak ikut sama Ayah? Kasihan Ayah, gak ada yang bantuin buat selesain perusahaan."

"Tenang aja, Ka. Nanti, ada yang akan temenin kamu di rumah sama Abang."

"Eh? Siapa yang akan temenin aku sama Abang di rumah?"

"Teman-teman Abangmu akan tinggal disini sampai Mamah dan Ayah pulang."

"Hah?! Tinggal sama mereka?!"

_bersambung_


Chapter selanjutnya baru dimulai inti dari cerita ini😃

Setelah sekian dekade, akhirnya up juga yah:)

Bagaimana? Penasaran dengan alur cerita selanjutnya??

Tunggu dan nantikanlah kehidupan Cika para lelaki tuampann><

Jangan lupa jaga kesehatan kalian🙌🏻

Dan...

Don't forget to vote and coment, pleaseee😔

!DON'T COPAS!

Bonus pict :

Be like : Ketika Hars bingung melihat percakapan Cika dan sahabatnya

Salam sayang,

Ciseok🐹

Minggu, 12 Desember 2021

Continue Reading

You'll Also Like

688K 785 40
warning! Cerita khusus 21+ bocil dilarang mendekat!! Akun kedua dari vpussyy Sekumpulan tentang one shoot yang langsung tamat! Gak suka skip! Jangan...
1.9M 206K 43
Kanaya itu manusia, ya tentu tidak sempurna! "Prioritas utama Adella, ayah, kok! Bukan lelaki tak jelas seperti mereka." ... Kanaya Tabitha Saat kari...
2.7M 145K 85
[PRIVATE ACAK, FOLLOW SEBELUM MEMBACA] __ BELUM DIREVISI Highest Rank 🥇 #1 teenfiction (09/04/22) #1 garis takdir (17/04/22) #1 romance (17/06/22) #...
230K 20.1K 54
Jika dirinya Bintang, Dia adalah Bulan. Jika dirinya Kakak, Dia adalah Adik. Lantas, kenapa sosok adiknya sangat berkuasa? ** Tara, begitulah orang m...