Hallo semua assalamualaikum, jawap nda? Ga jawab dosa wleee hahahaha
Vote n comment juga astagaaa nangis nangis, marah marah tapi kelupaan vote gimana sihhh😭🔫
Eh happy reading
Tidak ada yang tahu tentang takdir , yang terukir akan pudar , yang berjanji juga akan mengingkari
Jangan terlalu kuat untuk rasa cemburu, biarlah dia ingin dekat dengan sesiapa pun, dia ada life sendiri lagipula itu anaknya, sadar diri lebih baik dari pada langsung tidak sadar akan posisi mu saat ini.
Keliatan saat ini Juna hanya terduduk diam dan menunduk di bangku tepat di depan ruang ICU yang didalamnya terdapat Acel yang berjuang untuk kembali.
"Heii, Juna sayang sabar ya, ingat ini bukan salah Juna. Juna udah bikin hal yang benar, buktinya Juna bawa Acel ke rumah sakit kan? Semua ini sudah ditakdirkan" Kata mommy Arnie yang tak kenal arti penat menyemangati anak semata wayangnya itu
"Benar kata mommy mu, sekarang kita berdoa saja supaya Acel gapapa" kata daddy Melvin
"Dad, mom" panggil Juna dengan suara pelannya menatap daddy dan mommynya secara bergantian
"Anak mommy mau cerita?" Tanya mommy Arnie, ya sampai saat ini mereka belum mengerti dan mengetahui mengapa Acel bisa kecelakaan. Ini saja mereka tau anaknya di rs karna salah satu bodyguard yang turut serta menemani Acel dan Juna yang menelfon Melvin
"Semua gara-gara si tua bangka itu. Jika saja Juna ga biarin adek pergi duluan pasti semua ini ga akan terjadi. Acel pergi katanya ingin pulang, pas keluar..." Mengalir lah cerita yang Juna ketahui tanpa ada tertutupi pun kepada kedua orang tua nya
Mendengar cerita Juna, membuatkan api kemarahan Melvin semakin ingin meledak. Bisa-bisanya seorang Dailan Ernest Mildred seperti itu kemana rasa iba dan kasih sayangnya kepada seorang anak kecil apa otaknya ketinggalan di toilet apa gimana fikir daddt Melvin
"Ini semua bukan salah Juna, untuk Dailan tenang saja daddy bakal bikin dia semakin menyesal telah menelantarkan anaknya sampai seperti ini" Kata daddy Melvin dan hanya diberi anggukan oleh Juna dan juga mommy Arnie. Karna mereka tau jika Melvin sudah berucap seperti itu maka dirinya akan menuntaskan segala apa yang telah diucapkan tadi "Membuat Dailan Ernest Mildred menyesal".
Tidak lama kemudian terdengarlah deringan handphone milik Juna yang menandakan panggilan masuk dari seseorang
"Leon👾."
"Hallo Jun, Acel sama lo kan? Dia baik-baik saja kan? Video yang gue liat tadi itu bukan dia kan?" Tanya Leon non-stop
"Huftt.. semua itu benar ke rumah sakit X sekarang juga, Acel masih di ruang ICU" Kata Juna membuatkan hati Leon sedikit gusar
"Lo tenang di sana, ingat ini bukan salah lo, ini takdir. Bentar lagi gue sampai!" Kata Leon memberi semangat kepada temannya itu, karna dirinya tau saat ini yang lebih terpukul adalah Juna karna kejadian itu diliat langsung oleh Juna sendiri, tanpa aba-aba Juna langsung saja mematikan panggilan secara sepihak.
Tidak lama kemudian, terlihat dari pandangan Juna saat ini, ketiga abang dari temannya yang saat ini berada di dalam ruangan icu terlihat gusar dan berjalan menuju ke arah Juna
"Di mana adek gue Jun?" Tanya Shandy dengan matanya yang membengkak, mungkin sehabis menangis karna mendengar semua itu fikir Juna
"Masih di dalam" jawab Juna seadanya membuatkan ketiga mereka terduduk dengan kepala yang menunduk
Salah satu dari mereka hanya mampu membatin sambil menatap pintu ruangan yang belum terbuka
"Maaf gue ga bisa jagain ade sama seperti dulu, maaf gue lalai ga bisa jadi seorang pelindung untuknya, gue menghancurkan segala nya maafin gue Cel" batin salah satu dari triple S yang saat ini menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya membiarkan air matanya mengalir ke tangan dan tidak terlihat orang
Tidak lama terdengar lagi suara sepatu berpadu lantai yang dipijaknya membuatkan perhatian mereka teralih ke orang itu. Bersamaan dengan itu pintu yang sedari tadi mereka tunggu juga terbuka
"Bagaimana dengan keadaan adek saya? Dia baik-baik saja kan? Jawab jangan diem aja anda!!" Marah Samuel sambil menarik kerah jas putih milik dokter itu
"Tenang tuan muda Samuel, maaf atas berita yang harus saya sampaikan pada kalian sem.." ucapannya terhenti saat ucapan Steward duluan memotongnya
"Jangan bertele-tele" katanya dengan suara dinginnya, namun ketahuilah dirinya juga sangat mengkhawatirkan keadaan Acel saat ini
"Maaf, kami tidak bisa berbuat apa-apa lagi
"Keadaan tuan muda Acel saat ini sangat lah kritis, pendarahan yang berlaku di kepalanya alhamdulillah sudah dioperasi secepatnya, maaf karena dengan lancangnya kami berbuat seperti itu. Untuk selanjutnya, tuan muda Acel tetap akan kami pantau di ruang icu karna kondisinya tidak memungkinkan untuk beristirahat di ruang rawat" jelas dokter itu membuatkan mereka menunduk lesu mendengar penjelasan itu.
"Apa kamu bisa ketemu Acel dok?" Tanya Leon yang tadi sempat terdiam. Serasa dunia nya runtuh mendengarkan ucapan dokter itu
"Untuk saat ini, kalian bisa menemui tuan muda secara bergilir. Hanya 3 orang lah yang bisa masuk ke ruangan ICU" jelasnya lagi setelah itu memilih memberitahu beberapa orang buat membawa Acel ke ruang rawat khusus zone merah(zone kecemasan)
"Baru aja gue temuin lo kemaren cel, tega lu sama gue? gue udah sayang lo kayak adek kandung gue Cel, jangan ninggalin gue." Batin Leon sambil membawa langkahnya duduk disamping Juna
"Ini semua gara-gara si tua bangka itu!!" Marah Samuel yang langsung saja pergi dari sana sebelum itu dirinya juga sempat memerintah adeknya untuk tetap disini
"Kalian disini saja, abang bakal ketemu si tua bangka itu. Jaga Acel ya abang percayai Acel pada kalian" kata Samuel setelah itu memilih pergi dari sana
Sementara di mansion,
"Puas melihat anak mu merenggang nyawa dan malah memilih Ino? Percaya sebuah penyesalan akan hinggap di diri kamu dek, abang ga nyangka seorang Dailan Ernest kegoblokan yang ga bisa dibanggakan orang" kata Damian menatap ke Dailan dengan tatapan jijiknya ke adeknya itu
"Dia bukan a.." ucapannya terpotong dengan Damian
"Bukan anak lo? Sure? Padahal Tuhan sudah membantu lo menemui anak itu. Awal ko bilang ingin menjaganya ingat Dailan!! Kamu sendiri yang dengan semangatnya bilang udah punya anak sekilas Ano!! Terus mana hatimu untuknya?! Apa kau kubur hanya karna Ino! Ingat Dailan penyesalan itu menyakitkan mau seberapa kamu minta maaf jika tangan itu ga bisa gapai lagi semua sia sia Dailan! Mau kamu sujud sekalipun jika Tuhan sudah berpaling dari mu tiada maaf bagimu lagi. Permata yang kamu bilang bukan anak mu itu adalah orang yang selama ini kamu cari!! Mana hati Dailan?! Mana rasa iba dan sayang mu ke Acel jika ga ada dia kamu dan anak-anakmu tidak akan menyatu seperti ingat!!! Balas jasanya kalian berhutang budi dengannya!! Tapi kamu ga sadar diri!! Udah dibaikin di sayang tapi? Apa yang kamu balas? Sakit di hati!! Mikir Dailan kamu punya otak apa kamu ga punya otak? Yang di kepala itu apa isinya sampah?!!" Marah Damian membuatkan Dailan hanya terdiam
"Dia yang mulai, dia mengganggu ku dan Ino" kata Dailan lagi buat membela dirinya
"Allah!! Dailan dengar!! Ino bukan siapa siapa mu, kamu!! Punya Acel!! Acel butuh kasih sayang!! Acel masih kecil umurnya saja sama kan kayak Ano? Kenapa kamu ga bisa sayang dia serupa dengan itu?! Apa karna kamu kasian pada dia?! Kenapa ga anter langsung ke panti hm kenapa kamu sibuk-sibuk dulu membawa nya kemansion dengan abal-abal permata, kesayangan bullshit bodoh!! Pengusaha terbodoh yang rendah gue ketemu ya kamu Dailan!! Belum tau cerita sebenar kan? Apa abang kasih tau kebenaran nya kau akan menyesal dengan apa yang kamu perbuat? Tapi tidak berguna lagi untukmu menyesal mungkin ini udah takdir yang kamu pilih. Ingat takdir itu emang datangnya dari Tuhan tapi yang memilih cara itu adalah kita manusia melangkah tanpa tau konsekuensi dan asbab ke depannya" Kata Damian serasa ingin saja dirinya membunuh adeknya saat ini. Kenapa begitu bodoh kayak orang ga dikasih pendidikan fikir Damian.
Belum sempat Dailan membuka mulutnya,
Prokk..prokk..prokk
Terdengar tepuk tangan seseorang yang memasuki ruangan itu dengan langkah dan matanya menatap Dailan
"Tahniah ya atas pencapaiannya, menganggung-agungkan Calvino, melupakan permata sendiri. Baru kali ini gue ketemu sama orang punya sifat sebejat kayak lo, kenapa terlalu bodoh sih. Pertalian darah dalam keluarga yang utuh ga akan berceraian tapi ini? Lo sendiri yang menciptakan tembok besar di hidup kita dan Acel" kata Samuel. Ya dia lah Samuel, si sulung itu kini semakin marah setelah tahu beberapa kebenaran yang membuatkan luka dihatinya semakin bertambah
"Pertalian darah, ingat dia anak angkat bukan anak kandung" kata Hera yang baru masuk
"Kau diam perempuan iblis!! Terserah papi mau marah? Marah saja aku tidak peduli ini juga bukan mansion kalian, numpang mulu kerjaan? Pas itu ga tau diri pula memporak porandakan keharmonisan kami lewat anak sendiri. Ouh satu lagi, udah om gue pungut lo masih aja gegayaan gilak parah sih sinting juga ni orang, pelet ya lo pake buat bikin om gue suka elo? Kek nenek lampir malah wajah lo!!" kata Samuel membuatkan Hera hampir ingin menampar Samuel, namun tertahan seketika oleh tangan kekar yang mencengkram kuat tangan Hera
"Jangan pernah melukai ponakan ku pergi keluar" kata Damian setelah itu menyetak kuat tangan sang istrinya itu
"Samuel jangan kurang ajar!!" Kata Dailan
"Nyenyenye!! Gue gini karna lo.." kata Samuel lalu dengan langkah mendekat, lepasan demi kepuasan tinjuan mengarah ke Dailan. Samuel sepertinya sudah hilang akal memikirkan semua kejadian dan kemungkinan kemungkinan besar hak itu akan terjadi. Samuel takut jika hal itu akan terjadi.
Bughh..Bughh..Bughh..
"Mati saja lo tua bangka!! Kalau lo ga hidup pasti gue masih bersama Acel saat ini!! Kenapa ga lo aja ya yang kecelakaan biar mampus terus?! Ouh lupa dajjal ya mati nya nanti pas kiamat berlaku ya kan, lupa gue bapak gue tu dajjal. Udah diperlakukan baik, malah saat lo udah ngusir dia, dia malah sanggup memberikannya nyawanya! Menukar ganti nasib lo ke dirinya dengan menyelamatkan lo dari kecelakaan tapi apa lo minta maaf? Bawa dia ke rumah sakit? Sorry to say ga ada lo bikin semua itu, malah lo bilang dia lemah!! Gue janji atas nama Allah, lo akan menyesal selamanya karna menyia-nyiakan anak kecil seperti Acel, permata yang tersia-siakan" kata Samuel yang diakhirinya dengan senyuman miris. Tidak lama deringan handphone miliknya berbunyi dengan kuat
StewardErnst👽.
Bang, adek hiksss adek
Adek kenapa?
Ke RS sekarang hikss hikss
Pip..
"Jika terjadi apa-apa pada Acel, ingat sumpah gue tadi. Gue ga biarin lo bahagia setelahnya!!" Kata Samuel lalu pergi dari tempat itu
"Hera pergi keluar!!" Kata Damian dan diangguki saja oleh Hera, daripada berantem kata Hera dihatinya
"Abang mau cerita sedikit kebenarannya," kata Damian membuatkan Dailan menatap ke arah Damian
Flashback On
"Bagaimana kondisi anak saya dok?" Tanya seseorang itu kepada dokter dengan gurat wajah khawatir terpampang jelas di wajah cantiknya itu.
"M..
Dorrrr!!!!!
Di next chapter aja plesbeknya saia ngantuk oii bangun bangun auto up.. 1721kata itu oiii parah sihh.. maaf juga jika part ini gaje..
Kalau aku baik hati, mood okey ntar malam double(kalo rame mau)
Yaudah babaiii, eh btw kalian nangis-nangis marah-marah jangan lupa vote n comment juga👾👾