•
•
•
Terpaan hangat sinar matahari pagi yang menyiram paras cantik Lalisa, sukses membuat kedua mata gadis itu mengerjap. Salah satu tangannya terulur, menghalangi bias cahaya sebelum akhirnya kedua mata itu terbuka perlahan.
"Sudah bangun?"
Sebuah suara seketika mengalihkan atensi Lisa. Gadis itu menoleh, dan ia mendapati presensi Jungkook yang telah rapi dengan setelan kemeja serta dasi yang membelit leher pria itu.
Masih dengan wajah khas bangun tidur, Lisa perlahan bangun dan mendudukkan diri. Merapikan surainya dan mengikatnya ke atas asal.
"Mandilah, setelah itu kita sarapan. Oh ya, aku tadi meminta Somi agar memilihkan baju ganti untukmu. Entahlah, kau akan menyukainya apa tidak."
Lisa mengernyit, baju ganti? Bukankah ini di rumahnya? Dan tentu ia punya banyak baju lain bukan?
Sempat menggerutu dalam hati, Lisa tersadar akan sesuatu.
"Tunggu, sarapan? Apa beberapa Maid mu datang kemari Jung?"
Mendengar pertanyaan Lisa, Jungkook sempat terdiam sejenak sebelum akhirnya pria itu mengangguk perlahan.
"Ya, setelah ini aku akan mengantar mu pulang. Ibu sangat mengkhawatirkan mu Lisa."
"Ah begitukah?" Raut wajah Lisa menyendu, gadis itu merasa sangat bersalah tentu saja.
Menyadari perubahan raut wajah Lisa, Jungkook tesenyum simpul.
"Tak apa, lagipula ibu tahu kau bersamaku. Lekas mandi dan berbenah. Setelah itu kita sarapan." Jungkook kembali mengulang ucapannya. Salah satu tangan pria itu terulur, mengusap lembut puncak kepala Lisa.
"Baiklah,"
Lisa beranjak dari peraduannya, membuat Jungkook menarik tangannya dari puncak kepala Lisa. Namun, saat pria itu hendak memutar tubuh, Jungkook terhenyak kala Lisa menyambar salah satu pipinya dengan sangat cepat.
"Terimakasih untuk segalanya, Jungkook!"
Setelah berucap demikian, Lisa melesat memasuki kamar mandi. Meninggalkan Jungkook yang masih terpaku di tempatnya.
Sebenarnya, kecupan-kecupan seperti ini adalah hal biasa bagi mereka berdua. Namun, selalu Jungkook yang memulainya terlebih dahulu. Jadi, saat Lisa yang mendaratkan kecupan padanya, Jungkook seperti merasa ada yang berbeda.
Degupan dada ini, mengapa menjadi sangat cepat?
•••
Di petang yang telah merambat ini, Jungkook melangkahkan kakinya lebar. Setelan formal yang seharian ini melekat di tubuhnya, kini tak lagi terlihat rapi. Jas pria itu telah tanggal, dengan lengan kemeja yang tergulung hingga sebatas siku.
Langkah Jungkook berhenti tepat di depan sebuah pintu berwarna coklat dengan nomor unit 544. Sempat terdiam beberapa saat, Jungkook menghela napas sejenak sebelum akhirnya menekan bell pintu.
Dan tak lama kemudian...
Cklek,
"Oppa!"
Seorang gadis dengan senyum mengembang sempurna lantas menghambur ke pelukan Jungkook. Mendekap tubuh kekar itu dengan erat. Seorang gadis yang tentu saja adalah Kim Sera. Ya, Jungkook memang memutuskan untuk mengunjungi gadis itu setelah Satu Minggu lamanya mereka tidak berjumpa. Padahal, dulu Jungkook sangat sering mengunjungi gadisnya itu.
"Oppa, mari masuk." Sera melepaskan rengkuhannya dan berganti dengan meraih lengan Jungkook. Menggandeng pria itu masuk setelah pintu tertutup rapat.
"Baru pulang oppa? Sudah makan belum? Atau, oppa mau membersihkan diri dulu?" Suara Sera kembali menguar, mencerca Jungkook dengan berbagai pertanyaan.
"Aku sudah makan, dan nanti saja aku membersihkan diri di rumah." Jawab Jungkook. Pria itu lantas mendudukkan diri di sofa, meraih remote dan menyalakan televisi di hadapannya.
"Bagaimana pekerjaan mu oppa?" Nada suara Sera terdengar manja. Gadis itu mendudukkan diri tepat di sisi Jungkook. Menyandarkan kepalanya di dada bidang kekasihnya itu yang bahkan wajahnya masih terlihat lelah.
"Pekerjaan ku baik-baik saja. Maaf, akhir-akhir ini aku sangat sibuk sampai tidak sempat mengunjungi mu," Jungkook tersenyum tipis seraya mendaratkan sebuah usapan lembut pada puncak kepala Sera.
Mendengar ucapan Jungkook, Sera tersenyum manis. "Tak apa oppa, itu memang sudah menjadi tanggung jawab mu bukan? Lagipula, aku percaya padamu." Sera berucap seraya kembali mendekap erat tubuh Jungkook.
Tak ada balasan apapun dari Jungkook. Pria itu termangu, rasa bersalah seketika menyergap benak Jungkook. Hingga kemudian, suara Sera yang kembali menguar seketika menarik atensi pria tampan bergigi kelinci itu.
"Oppa, tapi kau... Tidak memiliki wanita lain kan'?"
Jungkook tergagap, kedua mata pria itu mengerjap cepat sebelum akhirnya ia sedikit menunduk, membuat wajahnya seketika berhadapan dengan wajah Sera yang tengah mendongak guna menatapnya.
"Apa maksudmu, Sera?"
Sera menghela napas. Gadis itu melepaskan dekapannya dan menyandarkan punggungnya pada badan sofa.
"Tidak ada apa-apa oppa, sebenarnya aku sama sekali tidak bermaksud. Namun, aku merasa akhir-akhir ini kita semakin menjauh. Dulu, sesibuk apapun dirimu, pasti kau akan selalu menyempatkan diri untuk berkunjung. Iya kan?"
"Kau merasa aku berubah?"
Sera mengangguk. "Sangat. Kau susah untuk ku hubungi dan seperti mengabaikan ku." Suara Sera terdengar sendu, raut sedih terpatri jelas di wajah gadis itu.
"Hentikan pemikiran mu itu, Sera. Tak ada yang berubah dariku." Sanggah Jungkook. Tak ada penjelasan yang mampu ia berikan pada gadis itu selain sebuah sanggahan. Karena sungguh, perkataan Sera adalah benar. Jungkook mengakuinya, dalam hati.
Kendati raut wajah Sera sempat berubah sendu, namun dengan cepat gadis itu kembali memasang raut ceria. Kedua tangannya terulur, melingkar lembut di tengkuk Jungkook.
"Lupakan oppa, aku hanya bercanda."
Jungkook terdiam, tak menanggapi ucapan Sera. Hingga akhirnya pria itu terkesiap kala tiba-tiba Sera mempertemukan belah bibir mereka dan memagut bibirnya lembut.
Sera memejamkan matanya, menikmati pagutan yang ia ciptakan. Hingga seperdetik berikutnya, Sera terhenyak saat Jungkook melepas paksa pagutan bibirnya.
"Kenapa, oppa?" Sera mengernyit tak mengerti. Sungguh ia merasa heran. Tak biasanya Jungkook seperti ini.
Bukannya memberi jawaban atas keterkejutan Sera, Jungkook justru mengusak wajahnya kasar. Karena alasan pria itu hanya refleks saat memutus ciuman itu sepihak. Entahlah, Jungkook pun tak mengetahui mengapa.
"Oppa, ada apa dengan mu? Kenapa kau berubah seperti ini?" Kedua mata Sera mulai berkaca kaca. Sesak memenuhi rongga dada gadis itu. Rasanya, seperti di campakkan.
"Maaf." Hanya itu yang menguar dari belah bibir Jungkook. Pria itu lantas berdiri, melangkah lebar menuju dapur. Meraih sebuah botol mineral dari dalam lemari pendingin, dan meneguknya dengan cepat.
Dheg!
Lisa. Mengapa gadis itu tiba-tiba melintas dalam angannya?
Grep,
Belum selesai dengan benaknya yang tiba-tiba bergejolak hebat, Jungkook merasakan sebuah pelukan erat dari belakang. Lengkap dengan suara lirih yang terdengar bergetar.
"Oppa, ada apa dengan mu? Kenapa kau berubah seperti ini?"
Jungkook masih terdiam, kepala pria itu berdenyut hebat. Mengapa ia harus terjebak di situasi seperti ini? Dan, mengapa ia merasa sebuah benaknya bergejolak tak menentu? Ada apa dengannya?
"Jika kau mencintainya, jadikan ia milikmu seutuhnya, Jungkook."
Jungkook memutar tubuhnya, pria itu menangkup rahang Sera dan mempertemukan belah bibir mereka berdua. Bahkan tangan Jungkook bergerilya, melepas dua teratas kancing baju Sera.
Entahlah apa yang ada di dalam benak Jungkook. Pria itu memejamkan matanya serta menghentikan gerakan tangannya. Kendati bibir keduanya masih saling bertaut, Jungkook tak lagi membalas lumatan Sera. Benak pria itu kembali bergejolak hebat. Batinnya terasa sangat kusut, seperti ada rasa bimbang dan...
Lisa!
Wajah gadis itu kembali hinggap di angan Jungkook. Memenuhi benak pria itu dengan senyum manis dan kemudian tangis Lisa semalam. Sebuah pilu yang membuat Jungkook memeluk tubuh mungil gadis itu dengan erat.
Srak,
Lagi-lagi Jungkook memutus pagutan sepihak Sera. Bahkan pria itu memegang pundak Sera dan sedikit mendorongnya hingga memberikan jarak terbentang bagi mereka berdua.
"O-oppa.."
Wajah Jungkook memerah, bayang-bayang Lisa terus memenuhi benak pria itu. Entahlah, ia merasa seperti sedang mengkhianati Lisa. Namun, bukankah kekasihnya adalah Sera?
"Maafkan aku."
Jungkook memutar tubuh, melesat pergi dari sana bahkan tanpa menoleh sedikitpun. Benak pria itu berkecamuk, seolah membentuk sebuah benang kusut yang tak berujung.
Dengan langkah lebar, Jungkook meninggalkan apartemen Sera. Sepertinya ia tak tahu jika di belakangnya, Sera telah terisak. Yang jelas, Jungkook hanya ingin segera bertemu dengan Lisa.
Sangat aneh, tapi ia merasa bersalah pada gadis yang berada di rumahnya itu.
•••
"Oppa, kau sudah pulang?" Suara Somi menguar kala kedua mata bulat gadis itu menangkap presensi Jungkook yang telah memasuki rumah itu.
Suara Somi membuat Jungkook menoleh ke arah adiknya itu. Dan, ternyata di sana ada Lisa. Gadis itu juga menoleh ke arah Jungkook hingga membuat tatapan mereka saling beradu.
"Kenapa terengah seperti itu Oppa? Siapa yang mengejar mu?" Somi kembali bersuara kala presensi Jungkook telah berada tepat di hadapannya dan Lisa. Wajar jika Somi merasa heran, karena napas Jungkook terdengar memburu. Bahkan, Lisa pun turut di buat heran.
Namun bukannya menjawab pertanyaan sang adik, Jungkook justru meraih pergelangan tangan Lisa hingga membuat gadis itu berdiri. Tanpa bicara, Jungkook membawa Lisa masuk ke dalam kamar, meninggalkan sang adik yang mengernyit heran akan tingkahnya.
"Jungkook, kau kenapa?" Lisa bertanya di sela-sela langkah mereka. Namun, Jungkook tak bergeming sedikitpun.
Cklek,
Brak.
Pintu kamar telah tertutup rapat. Entah apa yang ada di pikiran Jungkook, yang jelas pria itu mengunci tubuh Lisa di dinding dan menatap iris legam gadis itu lamat-lamat.
"Jung, ada apa dengan mu?" Lisa bertanya bingung. Terus terang ia tak mengerti apapun di sini. Terlebih manik legam yang menatapnya lekat itu. Pria ini, kenapa?
Segala pertanyaan yang berputar di benak Lisa sama sekali tak mendapatkan jawaban. Gadis itu justru terbelalak kala Jungkook tiba-tiba memagut bibirnya dengan panas. Bukan hanya itu, lumatan Jungkook terasa menuntut. Pria itu menelusupkan lidahnya ke dalam mulut Lisa, tanpa mengendurkan pagutannya sedikitpun.
"Jung, apa yang kau lakukan?" Lisa bertanya bingung. Gadis itu bergerak gelisah, berupaya menghindari lidah Jungkook yang kini telah menelusuri leher jenjangnya.
"Ahh,, hentikan Jungkook..." Lisa mendorong perlahan tubuh pria di hadapannya itu kala ia merasa Jungkook mulai menggerayangi tubuhnya. Dan sontak saja, dorongan pelan ini seketika menyadarkan pria tampan itu. Ah, sial! Bisa-bisanya Jungkook hampir lepas kendali.
Jungkook menarik tubuhnya menjauh. Mengusak kasar wajahnya sendiri seolah tengah merutuki perbuatan yang baru saja ia lakukan. Hampir saja ia melecehkan Lisa, padahal batin gadis itu tengah terluka. Sepertinya, ia benar-benar gila.
"Maafkan aku, Lisa." Suara Jungkook menguar lirih, pria itu melemparkan pandangan ke lain arah, mencoba menghindari tatapan Lisa padanya.
Tak ingin berpikir macam-macam, Lisa berdehem pelan. Gadis itu lantas menyentuh lembut lengan Jungkook. Pria itu sepertinya tengah bingung, bahkan sentuhan lembut Lisa sampai membuat Jungkook sedikit terjingkat.
"Tak apa. Bersihkan dirimu, setelah itu beristirahatlah."
•••
Sungguh! Jungkook tak bermaksud sedikitpun melecehkan Lisa. Apa yang ia lakukan beberapa saat lalu adalah murni dari kata hatinya. Gadis bermata indah itu terus memenuhi benak Jungkook. Bahkan, membuat Jungkook meninggalkan Sera begitu saja. Dan... Entahlah, bagaimana keadaan Sera sekarang, Jungkook sama sekali tak mengetahuinya.
Guyuran air hangat yang melewati setiap inci tubuh Jungkook, terasa sedikit menenangkan bagi pria betubuh kekar itu. Dengan kepala menengadah dan kedua mata yang terpejam, perlahan Jungkook mulai mengurai satu persatu benang kusut yang bersemayam di dalam benaknya. Membuat keadaan pria itu menjadi jauh lebih baik.
Klik,
Jungkook mematikan shower, meraih handuk untuk mengeringkan tubuhnya sebelum akhirnya berganti pakaian. Dan sosok Lisa yang berada di dalam kamarnya, membuat Jungkook memutuskan untuk berganti pakaian di kamar mandi. Keputusan yang tepat, bagi Jungkook.
"Sudah selesai? Ini teh hangat, untuk mu."
Iris legam Jungkook menangkap presensi Lisa yang melangkah dengan sebuah cangkir di tangannya. Sepertinya gadis itu meminta pada seorang Maid saat Jungkook membersihkan diri.
Jungkook tersenyum, pria itu lantas mendudukkan diri di sisi ranjang berdampingan dengan Lisa seraya menerima cangkir teh pemberian gadis itu. Menyesap perlahan, sebelum akhirnya meletakkan cangkir itu di atas nakas.
"Jadi, ada apa dengan mu? Apa yang terjadi?" Lisa bersuara lirih. Terus terang gadis itu merasa heran dengan tingkah Jungkook yang tiba-tiba menyerangnya itu.
Jungkook menghela napas, wajah pria itu terlihat sendu.
"Sejujurnya, akupun tak mengerti. Tapi, apa yang ku lakukan tadi adalah salah. Maafkan aku Lisa... Aku sama sekali tak bermaksud melecehkan mu." Sesal Jungkook.
Lisa menghela napas, sekelumit senyum tersungging di paras cantik gadis itu.
"Tak apa, memang kau kenapa? Apa ada masalah?"
Jungkook terdiam beberapa saat. Namun dengan sebuah helaan napas panjang, pada akhirnya ia memutuskan untuk bercerita.
"Sebenarnya hari ini, aku dan Sera hampir saja melakukan itu."
Dheg!
Lisa terdiam membisu. Sepertinya, ia sedikit terkejut.
Jungkook kembali menghela napas, dan melanjutkan ceritanya.
"Hari ini, aku mengunjungi Sera. Ia bertanya banyak hal padaku tentang sifatku yang menurut nya telah berubah. Bahkan, aku sempat memikirkan perkataan mu tentang menjadikan ia milikku seutuhnya. Tapi pada akhirnya, aku justru pergi begitu saja."
Ada sedikit rasa sesak yang menyergap benak Lisa saat ia mendengar semua penjelasan Jungkook. Lisa tak yakin itu apa, namun rasa ngilu itu, seolah telah menancap dan menimbulkan rasa sakit pada hati kecilnya.
Tersadar dari lamunannya, Lisa bersuara lirih.
"Mengapa? Mengapa kau pergi begitu saja?"
"Jika salah satu alasan ku adalah kau, apa itu terdengar seperti sebuah bualan untuk mu?"
Lisa mengernyit. "Aku?"
Jungkook mengangguk. "Selain rasa bimbang, salah satu alasan ku adalah kau, Lisa. Bayangan tentang mu terus menerus memenuhi kepalaku. Aku tak tahu mengapa, tapi itulah kenyataannya."
Lisa terdiam, gsdis itu tentu bingung dengan penuturan yang di berikan oleh Jungkook.
Mendapati gelagat kebingungan Lisa, salah satu tangan Jungkook terulur. Mengusap lembut pipi gembil gadis itu. Membuat sorot mata Lisa terangkat dan membalas tatapannya.
"Lisa, mungkin aku memang brengsek, tapi sungguh, aku sama sekali tak bermaksud melecehkan mu..." Jungkook menjeda ucapannya, menatap iris legam Lisa lamat-lamat.
"Meskipun aku tahu kau tengah terluka, tapi aku tak bisa berbohong jika aku menginginkan mu. Bolehkah?"
Lisa masih terdiam. Dada gadis itu bergemuruh hebat. Tak ada kebohongan dari sorot mata Jungkook, terlebih lagi 'penyerangan tiba-tiba' yang pria itu lakukan beberapa saat lalu adalah sebuah bukti nyata. Namun, saat pria itu seperti meminta saat dirinya tengah terluka, apa yang harus ia lakukan?
Entah berapa lama bimbang menyergap benak Lisa. Namun, ucapan yang menguar dari belah bibir Jungkook selanjutnya, membuat gadis itu semakin bimbang.
"Tenang saja, aku tak akan memasukkannya."
• TBC •
•
•
Chapter depan, chapter ihik-ihik 🙈🙈