Satu Tawa Dua Luka [COMPLETED]

By aladayly

2.5K 956 388

27 November "Kita itu beda." "Maksud lo?" "Kita senafas tapi tak selaras." "Dih apa si?" "Kita sedetak tapi t... More

Prolog
1- Cowok Aneh
2 - Garis Zig-Zag
3 - Kotak Makan Misterius
4 - Langit Malam
5 - Biola Berkhianat?
6 - Hujan dan Dia
7 - Main Hujan
8 - Gara-Gara Hujan
9 - Askal Lagi
10 - Lukisan Thanos
11 - Insiden Botol Minum
13 - Karena Nyamuk
14 - Ayok Gelut!
15 - Tamparan Keras
16 - Cowok Polos
17 - Bertengkar?
18 - Saran dari Athan
19 - Berpisah?
20 - Perihal Berpisah
21 - Hari Bersama Papa
22 - Obat Bius?!
23 - Cowok Jahat!
24 - Merasa Kehilangan?
25 - Bertengkar Lagi?
26 - Persiapan Keberangkatan
27 - Tak Terduga
28 - Terancam
29 - Jendela dan Dia
30 - Dia Kembali
31 - Kebahagiaan Baru
32 - Rencana Lomba Melukis
33 - Gerobak Sampah
34 - Keanehan Athan
35 - Fahira dan Lukisan
36 - Permintaan Qiya
37 - Privat Room
38 - Askal Berubah?
39 - Satu Rumah?
40 - Proyektor?
41 - Karena Video
42 - Tentang Rasa
43 - Yola Berubah?
44 - Sebuah Berita
45 - Kabar Buruk
46 - Rasa Kecewa
47 - Truth or Truth
48 - Ingkar?
49 - Sakit Jiwa?
50 - Beauty and The Beast
Epilog

12 - Semakin Rumit?

44 18 7
By aladayly


Setelah memperingati Athan di taman tadi, Biola memutuskan untuk berjalan sampai ke rumahnya. Hingga saat ini, Biola sudah sampai di depan pagar rumahnya dengan ekspresi yang tidak mengenakkan.

Kedua bola mata Biola menangkap mobil putih yang terparkir di bagasi rumahnya. Ia sedikit asing dengan mobil tersebut, karena Mauren tidak pernah mempunyai mobil berwarna putih. Wanita itu penggila warna merah, makanya warna mobilnya senada dengan warna kesukaannya.

Dengusan nafas pelan terdengar dari hidung Biola. Kakinya kembali melangkah membuka knop pintu utama.

Cklek

Keadaan di dalam rumah rupanya sedang ramai, namun tak berselang lama orang-orang yang sedang duduk di sofa ruang tamu itu menghentikan kegiatannya ketika Biola membuka pintu.

"Ola?" panggil seorang pria dewasa.

Suara itu. Suara yang sudah sejak lama tak menghiasi pendengarannya. Suara yang bahkan sedikit asing baginya sekarang.

Pria bernama Alvian itu bangkit dari duduknya lalu menghampiri Biola yang kini termenung. Dengan secepat kilat, Alvian—Papa Biola berhambur memeluk anak gadisnya.

"Apa kabar, nak?" tanya Alvian mengelus rambut milik Biola yang terurai.

Gadis itu hanya terdiam dengan tatapan nanar nya. Segala rasa bercampur di benaknya. Jujur, Biola sangat rindu dengan sang papa, tapi rasa benci dan kecewa di dalam hatinya terlalu mendominasi. Sehingga rasa rindu itu berubah menjadi rasa sakit yang sebelumnya tak pernah Biola rasakan.

"Ola? Baik-baik aja, kan?" Alvian mengurai pelukannya sembari menatap mata sang anak.

"Kok anak Papa nangis?" tanya Alvian.

"Ayah, dia cengeng, kan? Aku aja anak ayah nggak nangis!" celetuk seorang anak kecil berumur sekitar tujuh tahun.

Alvian menolehkan wajahnya ke belakang seraya terkekeh. "Anak Ayah gak ada yang cengeng."

"Tapi Tante itu cengeng, Ayah!!" ucap anak kecil itu lagi.

Biola menatap ke atas guna menahan lapisan air matanya yang kian memberontak. Merasakan pergerakan dari Biola pun, Alvian kembali memusatkan perhatiannya pada Biola.

"Cerita sama Papa. Ada apa?" tanya Alvian.

"Nggak cukup buat ceritain semuanya," balas Biola setelah sekian lama terdiam. Ia sangat kecewa dengan Alvian. Pria itu meninggalkannya selama satu tahun. Dan selama itu juga Alvian tak pernah menghubunginya.

Ingat kan Biola pernah mengirim pesan pada papanya itu? Ya, dibalas saja tidak. Memang Alvian itu sepertinya tidak peduli lagi terhadapnya, pikir Biola.

"Papa bakal nginep di sini sama adek kamu selama tiga hari. Jadi, kamu bisa cerita sepuasnya sama Papa," ujar Alvian tersenyum.

"Tiga hari?" tanya Biola tak percaya. Setelah meninggalkannya selama satu tahun, pria itu kembali hanya untuk tiga hari?

Alvian mengangguk, "Iya. Papa ke sini untuk kamu. Mama baru kamu nggak bisa ikut, dia ada urusan pekerjaan di Surabaya menggantikan Papa. Jadi, Papa sama adek kamu aja yang bisa jengukin kamu."

"Padahal Papa nggak usah jengukin," ucap Biola menahan kekecewaannya.

Alvian tersenyum sesaat lalu menangkup pipi anak gadisnya. "Kamu anak Papa, jadi bagaimanapun kamu tanggung jawab Papa."

"Papa ngomongin tanggung jawab?" tanya Biola menatap mata sang papa. Ia mencoba untuk menyalurkan rasa kecewanya lewat kontak matanya.

"Selama satu tahun, tanggung jawab Papa terhadap Biola gimana?" tanya Biola.

"Oh, Papa kan kerja. Jad—"

"Jadi Papa sibuk, gitu kan?" potong Biola.

"Sayang... Papa itu emang sibuk kerja, tapi ini Papa meluangkan waktu untuk menjenguk kamu, kan?"

"Satu tahun sama tiga hari itu beda jauh, Pa. Bahkan nggak setengahnya. Sebenarnya Papa ini masih menganggap Biola anak atau nggak sih?"

"Ola, kamu tetap anak Papa. Tapi kamu harus mengerti, tanggung jawab Papa sekarang bukan kamu aja, Kaysa juga bunda baru kamu itu tanggung jawab Papa juga."

"Ada tiga tanggung jawab Papa, kan?" tanya Biola.

Alvian menganggukkan kepalanya seraya tersenyum.

"Tanggung jawab ke satu, siapa?" tanya Biola.

"Bunda baru kamu, kar—"

"Oke, tanggung jawab ke dua?" potong Biola.

Alvian menatap ke arah Kaysa—anak dari istri barunya saat ini.

"Oke, cukup jelas," putus Biola. Dia menatap pria dewasa itu lekat.

"Biola tanggung jawab Papa ke tiga. Jadi, daripada Papa capek bolak-balik Thailand-Indonesia, mending Papa gak usah jengukin Biola lagi."

Biola hendak melangkah namun sang papa mencegahnya. "Ola anak Papa, kamu ada masalah apa sebenarnya?"

Biola menolehkan wajahnya ke arah Alvian, "Masalahnya ada di Papa. Papa yang nggak pernah ngertiin Biola."

"Ola, Papa kan udah bil—"

"Iya, Pa. Biola emang harusnya tau, Biola bukan prioritas Papa sama Mama lagi. Kalian udah sibuk sama keluarga baru kalian," potong Biola.

Alvian hendak berbicara namun tatapan nanar Biola menghentikan niatnya seketika.

"Biola bisa, Pa. Biola bisa hidup tanpa Mama dan Papa." Tepat saat itu juga, lapisan di bola mata Biola pecah. Gadis itu menatap ke arah Bi Marti yang tengah menepuk-nepuk Kaysa agar tertidur.

"Ola, Pap—"

"Biola punya Bi Marti. Seenggaknya, dia gak membiarkan Biola merasa sendiri," ucapnya lirih lalu berlari ke arah kamarnya.

Alvian dengan cepat mengikuti Biola. Namun sayangnya, langkah kaki Alvian kurang cepat, hingga Biola berhasil masuk dan mengunci pintu kamarnya.

"Ola, sayang. Kamu salah paham, Nak. Buka pintunya, Papa mau bicara!" teriak Alvian dari luar kamar Biola.

Biola yang berada di dalam kamar pun hanya menundukkan kepalanya. Bahunya bergetar seiring rasa sakit itu kembali menguasai benaknya. Biola rindu tapi Biola sakit.

-♡♡♡-

"Bel, kok gue jadi keinget Ola ya," ucap Loly menghela nafas.

Arbel yang kini tengah memakaikan masker wajah pada Kezy pun mendengus sebal. "Jangan inget-inget dia lagi deh, Ly."

Loly mematikan ponselnya lalu menyimpannya di atas nakas yang terletak di samping kasur milik Arbel. Malam ini mereka bertiga akan tidur bersama di rumah Arbel karena esok adalah hari libur.

"Tapi biasanya, kalo kita nginep gini, dia pasti ikut. Dan setiap kita maskeran, pasti cuma dia yang gak ikut gara-gara gak mau ribet." Loly menampilkan ekspresi sedihnya.

Arbel menghentikan kegiatannya lalu menatap Loly jengah. "Kalo lo mau temenan sama si penikung itu, ya sana, Ly. Gue gak maksa lo buat gabung sama gue dan Kezy."

"Bel, Kez, bukannya gue bela dia. Tapi setelah gue pikir-pikir, masa kita berantem gara-gara cowok doang sih?"

"Menurut lo emang sepele, Ly. Tapi bagi gue, Ola udah keterlaluan nikung gue dari belakang," balas Arbel bersikukuh. Sepertinya gadis itu sangat tidak suka dengan Biola saat ini.

"Kita belom denger penjelasan dia loh, Bel," ucap Loly.

Arbel menyimpan mangkuk maskernya secara kasar lalu menatap Loly. "Lo tetep mau di sini atau lo sekalian jadi temen dia?"

"Eh udah dong, jangan berantem. Tadi aja kita akur, masa berantem," ujar Kezy mencoba melerai.

"Temen lo ngeselin," balas Arbel memutar bola matanya.

"Ya sorry, maksud gue bukan mau bikin lo kesel," ujar Loly.

"Jangan bahas dia lagi. Gue males." Arbel menetralkan ekspresinya.

"Bentar, gue mau tanya satu lagi." Loly meringis pelan ketika Arbel menatapnya tajam.

"Rencana kita untuk menguak alasan Ola berubah, gimana?" tanya Loly.

"Gak usah dilanjutin, itu gak penting lagi sekarang," jawab Arbel jutek.

Kezy yang melihat suasana berubah menjadi tak enak pun seketika menepuk bahu keduanya. "Guys, gimana kalo kita camping di balkon kamar lo aja, Bel?"

Kedua gadis itu mengikuti arah pandang Kezy. Sepertinya ide Kezy bagus untuk direalisasikan di malam yang sejuk ini.

"Oke," balas Arbel dan Loly setuju.

"Tapi kalian jangan berantem lagi, oke?"

Kedua gadis itu mengangguk menanggapi ucapan Kezy.

Akhirnya Arbel, Loly, dan Kezy saling merangkul berjalan menuju balkon kamar Arbel. Sang pemilik rumah mengambil tenda yang berada di laci meja riasnya. Setelah itu, ia menghampiri kedua temannya lagi.

"Kalian pasang ini, gue ambil camilan di bawah, oke?"

"OKE, BEL," ucap Loly dan Kezy bersamaan.

Selama beberapa menit mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing, akhirnya tenda berukuran cukup besar itu sudah terpasang di balkon kamar Arbel. Sang pemilik rumah pun berjalan ke arah Loly dan Kezy dengan beberapa snacks di tangannya.

"Lo kebiasaan ya, Bel. Selalu sedia snacks di rumah," kekeh Loly.

Kezy mengangguk-anggukkan kepalanya setuju, "Kalo gini caranya, gue mau nginep setiap hari!"

"Nginep aja, gue kan tinggal sendiri," balas Arbel terkekeh kecil. For your information, Arbel itu anak tunggal dan di rumahnya ini, ia memang tinggal sendiri. Kedua orang tuanya tinggal di Sulawesi untuk mengurus bisnis mereka yang berkembang pesat di sana.

"Lo ngapain liatin snacks ring itu, Ly?" tanya Kezy ketika melihat Loly mengamati snacks ring keju.

"Gue keinget O—" Ucapan Loly terhenti ketika melihat mata Arbel yang sudah memancarkan kekesalan. Pasti Arbel peka dengan apa yang akan diucapkannya. Karena gadis itu pasti tahu, snacks ring keju itu adalah camilan favorit Biola setiap mereka menginap di rumah Arbel.

"Gak jadi deh," lanjut Loly setelah menggantungkan ucapannya.

Kezy menggeleng-gelengkan kepalanya lalu melanjutkan acara memakan camilannya. Ketika kedua matanya sedang mengedar menatap sekitar, dia tak sengaja menangkap sosok cowok yang menjadi idaman nya ketika di sekolah.

"GUYS COGAN!!"

Teriakan Kezy otomatis membuat Loly dan Arbel mengikuti arah mata gadis itu.

"Cepet samperin! Kesempatan gak datang lima kali!" antuasias Kezy menepuk kedua bahu temannya.

Akhirnya ketiga gadis yang tengah memakai masker greentea di wajahnya itu turun ke teras rumah Arbel. Mereka dengan cepat berlari ke arah supermarket depan rumah Arbel tanpa alas kaki.

"Hai!" Arbel menyapa cowok yang kini berdiri di depan supermarket.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Kezy seraya menetralkan nafasnya.

Azka yang melihat ketiga gadis yang tak asing di matanya itupun mengerutkan dahinya. "Kalian siapa?"

"Arbel."

"Kezy."

Hanya Loly yang tak berbicara. Gadis itu sibuk mencari pasokan oksigen karena kehabisan nafas.

"Kamu anak basket baru kan di SMA Cakrawala?" tanya Arbel seraya memainkan rambut panjangnya.

Azka menatap ketiga gadis itu, "Kalian kok bisa kenal saya?"

"Kamu kan ganteng!" celetuk Arbel mendapat tatapan tajam dari Kezy.

"Maafin temen aku. Mmm nama kamu, siapa?" tanya Kezy. Gadis itu mengulum bibirnya sendiri.

"Azka," balas cowok itu.

"Aku Arbel, wakil ketua cheers SMA Cakrawala!" kekeh Arbel.

Ah, Azka sekarang tahu mengapa dirinya merasa tak asing dengan mereka. Azka pikir, mereka adalah teman dari gebetan sahabatnya. Iya, Biola Arisha, gebetan dari sahabatnya—Askal.

"Kalian temannya Kak Biola?"

Mendengar nama Biola disebut oleh cowok yang disukainya membuat dengusan kasar dari Arbel terdengar sangat keras. Kezy berdeham pelan, mencoba untuk mengode Arbel agar tidak menampilkan ekspresi kesalnya.

"Iya," balas Loly ketika Azka menatap mereka satu persatu.

"Rumah Kak Biola dimana, ya?" tanya Azka lagi membuat Arbel semakin kesal. Mengapa Azka malah membahas Biola?!

"Biola gak punya rumah," ketus Arbel.

Kezy memaksakan senyumnya, "Di Jalan Anggrek, maksud Arbel."

Azka mengangguk-anggukkan kepalanya paham. "Yaudah, kalo gitu saya ke rumah Kak Biola dulu."

"Saya pamit," ucap Azka membungkukkan punggungnya sekilas lalu berjalan meninggalkan ketiga gadis itu.

"Liat kan? Dia nikung gue lagi! Udah Askal, sekarang Azka. Maunya apa sih tuh orang?" desis Arbel.

Kezy dan Loly meringis pelan lalu mengusap bahu temannya itu.

"Kita omongin ini besok sama dia."

-♡♡♡-

Ala's note :
Setiap nulis scene biola sama keluarganya, gatau kenapa suka kebawa🥺 ngerasa banget kalo Ola itu nyata...

Anw guys, selamat malam. Tetap semangat menjalani hari meskipun ya...stress...

Continue Reading

You'll Also Like

392K 37.5K 38
Bukan BL Arkanna dan Arkansa itu kembar. Tapi mereka sudah terpisah semenjak masih bayi. Dulu, orangtua mereka menyerahkan Arkanna kepada saudara yan...
67.5K 7.6K 22
"Perkenalkan. Namanya Kim Je Ah. Sahabat terbaikku dan juga calon istriku." Kalimat itu berhasil membuat Je Ah tercengang. Hajoon mengatakan kal...
AV By s h e y

Teen Fiction

2.7M 235K 41
Sequel ALTHAIA. Asgara Ardew Lazarus. Pria dingin anti sosialisasi ini menyebut perempuan adalah mahluk yang merepotkan, kecuali Mommy tersayang nya...
190K 4.7K 12
[FINISHED] Alhamdulillaah insyaaAllah sudah Tersedia di Toko Buku Kesayangan kalian ^^ Bersahabat baik, Queen dan Nora adalah dua pribadi yang berbed...