Aldebaran membasuh wajah nya berkali kali dari air wastafel yang ia biarkan mengalir.
Mengatur nafas nya yang kini sudah sedikit normal tanpa merasa ada yang mengganjal lagi.
Ia menatap pantulan diri nya dari cermin di depan nya.
Tampak berantakan sebab wajah, rambut, dan jas nya tak luput menjadi korban cipratan Air yang ia basuh asal ke wajah nya.
Alhasil lelaki itu pun basah kuyup.
Bahkan tatanan rambut nya pun sudah tak berbentuk.
"Huffftt...Mikir apa sih lo Al..Al.."
Ucap nya, sambil menepuk nepuk pipi nya beberapa kali. Berharap agar bayangan wanita itu cepat menghilang dari pelupuk mata nya.
Padahal momen itu terjadi sangat singkat, tak sampai hitungan jam. tapi siapa sangka momen sesingkat itu justru kini terus menari nari di otak nya.
Berhasil menjadi candu yang adiktif walaupun Al berusaha menolak nya.
Benar kata Roy, Andin memang memiliki pesona nya sendiri.
Bukan hanya cantik, tetapi wanita itu juga seolah mempunyai sesuatu bak magnet di bola mata nya yang mampu menyihir siapapun lewat sorot indah nya.
Bahkan kini, al merasa ada yang menggugah kembali hati nya setelah sekian lama, getaran itu kembali menyapa nya.
Lewat tatapan teduh nya, juga Garis senyum indah yang Andin miliki, yang kini sukses menggoyahkan pertahanan seorang Aldebaran.
"Inget Al lo udah punya istri, bisa bisa nya lo malah ngebayangin perempuan lain" batin nya
Sementara itu, Andin berjalan dengan tertatih meninggalkan ruangan Al.
Setiap kali sepatu nya mengenai bagian yang lecet, ia langsung meringis kesakitan.
Entah pertanda buruk atau apa, tapi andin merasa setiap kali berada di dekat Al dia pasti akan mendapat kesulitan.
Di sisi lain, Eva dan kedua teman nya yang baru saja selesai makan siang melihat Andin yang terlihat baru saja meninggalkan ruangan boss besar nya.
Ketiga nya menatap keheranan, pun pasti dengan tanda tanya besar di benak masing masing.
Keluar dengan tertatih sambil beberapa kali terlihat merapikan baju, membuat prasangka buruk Eva semakin kuat terhadap Andin.
"Eh eh tunggu, itu si andin kan"
Dua wanita di samping nya kompak mengernyitkan dahi mengikuti arah telunjuk Eva.
"Eh iya iyaa .. itu si andin anak baru itu kan ?" Sahut renita
"Wah abis ngapain dia dari ruangan nya pak Al ? Kita aja karyawan lama gak pernah masuk ke ruangan nya pak Al" ucap denise.
"Ya ngapain lagi.. ya pasti abis di pake lah. Bener kan kecurigaan gue selama ini, dia tuh pasti ada main sama petinggi perusahaan mangka nya bisa gampang masuk sini" ujar Eva.
Eva kemudian mengeluarkan ponsel nya.
Mengambil beberapa foto andin, layak nya seorang paparazzi.
Lalu tersenyum picik setelah beberapa foto Andin berhasil ia dapat kan dan sudah tersimpan otomatis di ponsel milik nya.
"Let's play Andin..."
***************************
Jam dinding menunjuk kan pukul 09.00 malam.
Beberapa karyawan terlihat sudah mulai merapikan barang barang nya dan bersiap pulang.
Tersisa Andin dan Dimas, salah satu teman seruangan nya yang juga masih berkutit di depan komputer.
Masih ada empat file yang harus andin selesaikan, sedangkan perusahaan menerapkan aturan agar setiap karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan hari itu juga.
Di tengah fokus nya, bunyi ponsel Andin mengalihkan perhatian nya.
Tertera nama marni disana.
Marni
Send a photo.
Senyum Andin kembali merekah dalam hitungan detik ketika melihat isi pesan Marni.
Penat dan lelah nya seketika hilang saat melihat putra kesayangan nya yang tengah tersenyum dengan mata bulat nya menghadap kamera.
Noah tampak lahap memakan makan malam nya di foto itu.
Semenjak mulai bekerja andin meminta marni untuk sesering mungkin melaporkan apapun kegiatan Noah hari itu.
Selain sebagai salah satu cara untuk mengawasi Noah, hal itu juga menambah semangat nya dan tentu penawar rasa rindu nya ketika harus berjauhan.
"Noah gak boleh keseringan makan mie ya mar.. "
Marni
"Baik bu, soal nya tadi agak sedikit rewel pas nungguin ibu pulang"
"Bilang ke Noah sebentar lagi saya pulang"
Andin pun melanjutkan pekerjaan nya setelah meletakan kan ponsel nya kembali.
Waktu terus berjalan sampai kini jam sudah tepat pukul 10.00 malam.
Dimas juga sudah terlihat mengemasi barang nya.
Memasuk kan nya ke dalam tas ransel yang selalu ia bawa.
Sedangkan di meja andin masih tersisa dua tumpuk file yang masih belum selesai.
Wanita itu tampak sangat teliti ketika harus membaca satu persatu paragraf yang ada.
Memastikan tidak ada satu pun yang terlewati. Atau kerja dua kali.
"Ndin belum selesai ?"
"Belum nih pak, masih dua lagi"
"Aku bantuin yah"
"Gak pak gak usah, makasih.. pak dimas pulang aja duluan"
"Beneran ? Kamu sendirian loh nanti"
"Iya pak gak papa, sebentar lagi juga selesai kok"
"Yaudah, duluan yaa"
Pria itu pun melenggang pergi.
Benar benar menyisakan Andin yang masih sibuk mengayunkan jari jemari nya dengan lihai di atas keyboard.
Beberapa menit berlalu Andin baru menyadari sekeliling nya yang sudah setengah gelap.
Suasana langsung terasa hening dan mencengkam.
Sontak ia pun mempercepat ketikan jari nya. sambil sesekali menahan nafas akibat degupan jantung nya yang seolah akan melompat keluar.
Buliran bening tampak mulai merembes keluar dari pori pori wajah nya.
Membasahi kulit area wajah nya, terutama kening.
Andin takut.
Tiba tiba..
"Ndin"
Suara berat itu tiba tiba terdengar dan sontak membuat andin terkejut.
Ia lantas memutar tubuh nya dan mendapati Aldebaran yang sudah berdiri di belakang nya entah sejak kapan.
"Astaga pak.. bapak bikin kaget aja"
"Kenapa belum pulang?"
"Masih ada beberapa kerjaan lagi pak"
"Sudah malam, kamu bisa lanjutin besok"
"Gak papa kok pak, ini nanggung sedikit lagi"
"Pulang, Andin.."
"Tapi.."
"Saya bilang pulang, pulang.."
Tanpa aba aba Al langsung menggandeng tangan Andin.
Sedikit menyeret nya sehingga membuat andin refleks berdiri karna terkejut.
Detik berikut nya al langsung membawa nya keluar.
"Pak, lepasin.. kerjaan saya belum selesai, kalo saya di pecat bapak mau tanggung jawab ?"
Al tak menggubris ocehan andin yang terus terdengar mengiringi langkah kaki mereka sepanjang meninggalkan koridor yang nampak sudah sepi.
Mengabaikan Andin yang tengah memberontak mencoba melepas cengkraman tangan nya yang menggenggam erat pergelangan tangan wanita setinggi pundak nya itu.
Andin terus meminta al melepas nya seperti hal nya anak kecil yang meminta di lepas kan oleh om om yang tengah menculik nya.
"Dimana rumah kamu?"
"mau apa ?"
"Saya antar pulang"
"Gak usah"
Degh.
Langkah mereka terhenti. Lebih tepat nya Aldebaran tiba tiba menghentikan langkah cepat kaki nya.
Menatap andin yang kini tak mau kalah balas menatap Al dengan sedikit mendongak ke laki laki tinggi itu.
Andin dengan cepat melepas genggaman itu.
Kilat di mata nya seakan menyampaikan bahwa ia tidak suka di perlakukan seperti itu oleh laki laki yang juga menatap nya tak kalah tajam dengan garis rahang yang tercetak jelas di wajah tampan nya.
"Cukup ya pak, bapak gak bisa seenak nya sama saya. Bapak pikir bapak siapa ?"
"Saya Aldebaran adara dan saya ANTI PENOLAKAN"
Ucap nya dengan penuh penekanan di akhir kalimat seolah ingin menunjukan kekuasan nya.
Mendengar ungkapan itu andin yang belum tahu siapa Al justru menyeringai.
Senyum simpul di ujung bibir nya seolah menggambarkan keraguan.
Entah apa yang Andin pikirkan.
Tapi yang jelas hal itu makin membuat Al geram.
Baru pertama kali sepanjang hidup nya ia di remehkan, bahkan di tolak apalagi oleh karyawan nya sendiri.
Ia pun kembali meraih pergelangan tangan andin dan kali ini sedikit memaksa nya.
Tak ada pilihan lain, andin pun terpaksa mengikuti langkah laki laki di depan nya itu.
Sesaat kemudian, tiba lah mereka di depan gedung.
Di sambut dua petugas keamanan yang malam itu masih berjaga.
Satu berperawakan tinggi sedikit kurus dan satu lagi berperawakan sedikit kekar.
"Malam pak Al" sambut kedua nya.
Al mengangguk sebagai jawaban.
"Mana mobil saya"
"Sedang di siapkan pak, mohon tunggu sebentar"
Tak lama mobil sedan keluaran merk ternama itu pun tiba.
Mobil berwarna hitam dengan plat B 01 AL yang tampak segagah pemilik nya kini sudah terparkir tepat di depan Al dan juga Andin.
Tampak salah seorang keluar dari mobil lalu menyerahkan kunci ke Aldebaran dengan sopan dan sedikit membungkuk.
"Silahkan pak" ujar nya seraya memamerkan senyum terbaik nya
Al langsung berjalan memutar mengambil sisi sebelah pengemudi.
Sedangkan Andin masih berdiri mematung di tempat.
Saat wanita wanita di luaran sana berebut ingin berada di satu mobil dengan Al, andin justru memalingkan wajah nya tanpa minat melirik sedikitpun.
"Heh kenapa diam? Masuk"
"Enggak"
"Saya bilang masuk, masuk.."
"Pak !!"
"Masuk atau saya pecat"
Dan ya. Lagi lagi andin menjadi anak baik malam itu karna sudah beberapa kali terpaksa menuruti kemauan Al.
Mobil pun langsung melesat seketika.
Membelah jalanan ibu kota yang malam itu masih tampak ramai lalu lintas yang berlalu lalang meskipun sudah hampir tengah malam.
**********************
See you on the next chapter🤍
Oh ya cuma mau ngasih tau, mungkin ada dari temen temen yang notice;
👩 : kok cerita nya lama banget, satu chapter cuma buat jelasin satu kejadian
👧 : kok gak di bikin rangkum aja, biar gak kepanjangan baca dll..
So, kalo kalian baca book aku yg lain kalian jg akan nemuin alur yg sama. Yg mungkin kalo ini di muat di sinetron bakal kena protes karna alur nya kelamaana hehe.
Aku memang type orang yang sejujur nya gak bisa main lompat2 dari satu topik se topik lain nya dalam satu chapter, karna aku pikir gak nyambung aja cerita ini belum selesai udah nyambung ke yg lain, yakan ??
Karna mau ku, kalian bisa bener2 ngerasain feel nya. Bisa bener2 ada di dalam suasana yang aku gambarkan di setiap chapter meskipun aku belum sebagus itu, dan masih perlu banyak belajar lagi.
Jadi inti nya, aku memang type yg mendetail gaess
Sometime bisa lebih satu chapter hanya untuk menuntaskan suasana 'hari itu' hehe.
Yauddd itu aja, any critics or saran ? Let me know 😁😊❣