five years later.
sam memperhatikan kyle terus menerus dihadapannya, dengan paduan sinar matahari tepat terpantul pada wajah manis kyle, seakan akan memang dia pemandangan paling menarik siang hari nan panas ini.
kepekaan manusia tau saat ia ditatap lekat lekat dengan seseorang, seperti kyle sekarang balik menatap manik indah sam.
"sibuk banget lagi ngapain?" sam melipat kedua tangan dengan infus disalah satunya dan sedikit mencodongkan tubuhnya agar kyle tau ia tertarik untuk berbicara dengannya.
"belajar, bentar lagi kelulusan" semenjak memasuki usia ganjil yaitu 15 tahun sedangkan sam masih beranjak 14 tahun. "dapet nilai jelek pun kamu bakal tetep lulus"
walau tau jawabannya sam tetap memaksa kyle agar tak terlalu fokus pada buku sedangkan ia yang jelas jelas dihadapannya terabaikan begitu saja seperti cake yang baru ia bawa dari luar. sam mengambil garpu dan mangambil cream diatasnya, dengan jiwa penuh perhatiannya menyodorkan tepat dihadapan bibir mungil kyle.
kyle melahapnya, wajah manisnya mendelik merasa tak ada kue didalamnya, "sam doang yang gak suka liat aku belajar"
"buku gak bakal nanyain kamu udah makan belum, tidur jam berapa semalem. ketara kan siapa yang lebih gak suka kamu"
"lho kamu beneran gak suka sama aku?"
"suka cuman segini" kedua tangan sam membentuk bulatan kecil didepan dadanya. "sedangkan cinta itu segini" bulatan yang ia buat dengan kedua tangannya membesar, "pikir aja aku sebatas suka atau udah cinta sama kamu" melihat wajah memerah dari kyle salah satu hobbynya selama ini, sam pura pura meminum air agar kyle tak terlalu merasa malu dan berujung pergi dari sini.
"iya aku juga cinta sama sam, danny yang bukan kakak kamu aja segitu bucinnya apalagi aku yang kakak kamu"
sam terkekeh, kepala yang sejak awal berdiri tegak perlahan menurun menatap kakinya sendiri sembari tersenyum, tersenyum melihat takdirnya begitu pantas ditertawakan.
"kamu udah nentuin masuk sekolah mana?"
"sekolah daddy, travis dan justin juga lagi berusaha buat masuk sekolah yang sama kayak aku"
"enaknya" kedua mata bulat itu melirik kehadapan sam, melihat paras tampan dari adiknya yang bisa bisanya selalu dibilang bahwa ia saudara yang paling tua. dari samping, hatinya mencelos melihat kedua mata kelam yang terpancar terang dari adiknya. apa semua orang tertipu dengan senyum tampannya? hingga tak menyadari tatapan gelap dan kosong bagai lautan indah tanpa air.
"gimana kalo sam? kamu gak mau nyoba sekolah? gak bosen home schooling?" pertanyaan berjejer dari kyle tak membuat sam marah atau kesal, ia tersenyum dan senyumnya semakin lebar melihat kyle menyampingkan bukunya begitu saja.
"enggak, jadinya ngerepotin teman kelas sedangkan disini memang tugas dokter untuk ngurus aku" wajah kyle sangat tak suka dengan jawaban yang keluar dari mulut sam.
"no no, apa aku harus pecat dokter disini biar kamu tau kalo itu juga tugas aku"
sam tak bisa menahan tawanya, ia tak tau apa kyle paham dengan perkataanya dalam artian yang lain?. "haha jangan dong, kalo aku diurus sama yang bukan ahlinya. kamu mau aku makin sakit"
"aku gak ahli? siapa coba yang ngasih nafas buatan waktu kamu pingsan didekat danau waktu itu"
cerita itu bagai novel dengan klimaks yang membuat sam tersenyum mengingatnya. saat saat ia terjatuh tak bisa menahan rasa sakit dan keterkejutan, saat itu pula kyle terkejut mendengar ucapan justin. diumur sepuluh tahun kyle berusaha memahami sam yang menyuruh seluruh anggota kerajaan bungkam atas penyakitnya dari kyle maupun masyarakat.
dan dengan polosnya kyle memberinya nafas buatan, memang tuhan tak ingin membiarkan kyle yang sangat ia sayangi meneteskan bahkan berkaca kaca sedikit pun rasanya sam ingin marah, membayangkan kyle menangis dan melukai diri sendiri. sam rasanya ingin memarahi tuhan diatas sana karena memberi penyakit yang membuat kylenya sedih, namun apa yang ia bisa lakukan selain berdoa? berdoa agar dirinya cepat dipanggil pun ia tak tau apa kyle akan menyusulnya nanti dengan sifat keras kepalanya itu?
"kamu gak lagi bayangin aku kan?"
"emang aku harus ngapain lagi selain bayangin masa depan?"
"astaga, kamu bener bener sudahlah" sam terkejut melihat kyle merapihkan buku bukunya kedalam tas, dan beranjak ingin pergi meninggalkannya. sam menahan tangan kyle. "mau kemana?"
"ada jadwal les, ada yang kamu butuhin?"
"em enggak, bisa bilang daddy sama papa? aku gak bisa hadir kelas piano nanti, aku ada jadwal kemoterapi nanti bisa ya?" kyle tersenyum simpul dan kepala nya mengangguk lucu sambil tangan mungilnya terulur mengelus surai lembut nan legam sam yang mulai memanjang. sam tersenyum dan ikut berdiri untuk melambaikan tangan kearah kyle yang perlahan menjauh.
hingga kedua mata kelamnya memastikan kyle benar benar sudah pergi, tangannya mendorong selang infus selagi kakinya melangkah. baru terhitung beberapa langkah, ia terdiam merasakan aliran deras diwajahnya, tangannya terulur mengusap hidungnya hingga cairan merah membekas ditangan seputih susunya.
ia terdiam, niatnya ingin menghiraukan terputus merasakan perasaan tak enak dari perutnya. dengan cepat tanpa berlari langkahnya membawanya menuju kamar mandi. seluruh dokter dan perawat mengenalnya saat ia berjalan cepat seperti itu, perawat yang menjaganya mengikutinya dari belakang.
sam menutup pintu salah satu bilik toilet lebih cepat sebelum perawat berhasil masuk.
hoek
mendengar sam mengeluarkan seisi perutnya beberapa kali hingga ia terduduk lemas dilantai yang dingin, perawat itu tentu khawatir.
"tuan muda?? anda didalam, mohon buka!! anda tidak kenapa kenapa kan??" merasa perawat itu pergi mencari bantuan, sam membuka pintunya dan berjalan keluar mengendap endap. walau lemasnya bukan main, dengan bantuan dinding dan memaksakan diri sam berhasil membuka pintu rooftop.
ini salah satu kebahagiaan kecilnya berhasil melarikan diri, sedikit bodoh memilih tangga akibat tak mau ketahuan dokter jika menaiki lift walau efeknya membuat tubuhnya bekeringat deras. bukankah pasien sepertinya harus berolahraga?
sam menumpukkan lengannya dan sedikit mencondongkan tubuhnya pada pagar rooftop.
dari atas sini ia bisa melihat banyak orang berlalu lalang dibawah, penjaganya dan salah satunya mengalihkan atensinya. siapa lagi jika bukan kakak manisnya itu.
sepertinya dokter ruby harus memasukkan kyle dalam obat yang wajib ia konsumsi. tidak perlu diminum seperti anti penghilang sakit cukup dilihat saja sudah menghilangkan rasa sakitnya.
"cute"
sejak 2 tahun terakhir kondisinya sudah bisa dibilang baik, tubuhnya sudah tak selemas dulu bahkan sudah tak mudah memar, kulit putih bersihnya juga sudah kembali dari awalnya banyak bercak bercak merah. sudah 5 tahun ia bertahan, lima tahun salah satu waktu terlama bagi pengidap kanker darah sepertinya.
senyum kecilnya merekah, menjadi pangeran sekaligus adik dikerajaan bukan seperti difilm sangat berbanding sam sangat menyukainya, senang sangat senang.
tubuhnya semakin ia condongkan, kakinya sedikit beranjak, sam membiarkan angin menerpa
apa ia mulai kambuh? perutnya merasa tidak enak lagi dan ia rasa ia terkena demam. kepalanya pula semakin sakit. rasanya berputar putar. apa angin memang segitu kencangnya dirooftop? sam merasa tubuhnya terdorong kebelakang jika tak ada dokter ruby menangkapnya dengan cepat.
"KODE BIRU"
teriakan panik dokter ruby dan tarikan pelayan yang menidurkan tubuhnya diatas ranjang keras khas rumah sakit, gerakan cukup tergesa gesa. tangannya terulur ingin menggapai tangan dokter ruby untuk menjauh dari ranjangnya. ia rasa dokter ruby mempunyai tenaga cukup kuat dengan perawat pria ini rasanya sam berada dimobil balap. membuatnya tersenyum sedikit.
bisakah dokter ruby menjauh? bukankah ia pernah bercerita ada pasien kanker jantung menunggu penanganannya. sam kuat, buktinya ia bisa berjalan dan bercanda ria dengan kyle tadi, melihat kyle dihadapannya entah kehadirannya adalah magic atau keajaiban seakan kaki sam sudah bisa berdiri tegak.
dokter ruby memasangkan alat bantu pernapasan padanya, membuka baju pasien yang ia kenakan. hingga kabel kabel yang tak ia mengerti tertancap pada dadanya yang mereka bilang untuk membantunya tetap hidup.
apa mereka pikir ia akan berpikir akan baik baik saja?
saat dokter ruby membuka wig yang tertata rapi dikepalanya, astaga apa dokter ruby membantah ucapannya? bukankah ia tak mau melepaskan wignya itu beberapa tahun terakhir. bagaimana jika kyle melihatnya? melihat ternyata rambutnya belum tumbuh dan sengaja dicukur terus menerus.
sam berjanji setelah tubuhnya terasa lebih baik ia akan menegur dokter setianya itu.
untuk kesekian menit ia tidak merasakan sakit, kedua matanya terpejam sangat berat untuk terluka seakan ada perekat diantara matanya.
untuk kesekian detik pula ia berharap dokter ruby berbohong kepada kyle tentang keadaannya saat ini namun apa kyle seperti 5 tahun yang lalu? bocah polos yang masih tak mengerti apa yang ia perbuat dan lakukan.
setidaknya sebelum semuanya gelap ia hanya tak ingin kyle tau.
itu akan membuatnya menangis.
" TO THE CONTINUED "