MORNING
" Sudah pagi." Bisiknya yang hanya diam berbaring diatas ranjang besar ditengah ruangan luas nan mewah itu.
Mengerjap kan mata birunya yang silau dengan sorot cahaya matahari yang menyusup masuk dari celah tirai hitam yang menutup jendela besar disampingnya.
Sinarnya sedikit memberikan penerangan temaram dalam ruangan gelap itu, mencipta siluet siluet hitam dari setiap furniture mahal yang memenuhi setiap sudut ruangan.
Ini pertama kalinya untuk Eros tidur diatas ranjang nyaman didalam dikamar mewah seperti ini. Namun absennya seseorang membuatnya tidak dapat menikmati semua kenyamanan dan kemewahan ini.
Pelariannya semalam dengan Ares telah membawanya ke kastil megah yang berdiri kokoh diatas pulau pribadi milik Ares ini.
' Ares...'
Otaknya yang terus memanggil pria sempurna itu, namun dirinya yang tanpa bisa melakukan apa apa karena permintaan Ares yang memintanya menunggu, benar benar membuatnya frustasi.
" Urghh...!!."
Eros semakin menenggelamkan diri didalam selimut tebal hangat berbahan lembut yang ada diatas ranjang.
Masih tercium diujung hidungnya aroma kejantanan dan kehangatan dari tubuh keras yang memeluknya semalam.
" Ares..." Desahnya.
Ingin sekali dia memeluk tubuh kekar itu sepuas hatinya. Melumat bibir lembut itu. Menikmati panasnya aroma kejantannan yang menyelimut tubuhnya. Merasakan lagi panas tubuh itu menyatu dalam kulitnya.
Dia benar benar menginginkan Ares sekarang!!.
' Tapi, dimana Ares ?. Kenapa dia belum kembali?.'
Pertanyaan itu melintas di otaknya untuk ke seribu kalinya sejak semalam, membuat Eros kesal keluar dari selimut hangatnya.
Sejak mendarat di kastil semalam, setelah meminta Eros untuk menunggunya dikamar ini, Ares pergi untuk membicarakan penyerangan pada gedung Wolf Firearm.
Dan dia belum kembali hingga sekarang!.
Dia ingin sekali mencari Ares, tapi Ares memintannya menunggu. Dia tidak ingin membuat Ares marah dengan tidak menuruti perintahnya.
Eros tau serangan semalam tidak mungkin dibiarkan begitu saja dan Ares pasti masih sibuk mencari tau dan merencanakan pembalasan untuk siapa saja dalang dibalik serangan yang menghancurkan Wolf Firearm dan juga yang menginginkan nyawanya.
Tentang serangan semalam, orang yang bertanggung jawab dalam serangan itu terkesan nekat dan berlebihan. Bahkan mereka tidak perduli betapa mencoloknya serangan yang mereka lakukan. Seolah mereka berniat menyingkirkan Ares tidak peduli apapun konsekuensinya.
Tapi yang pasti dia akan habisi siapapun yang menginginkan Ares mati dan dia akan buru dalang dibalik serangan semalam.
Tetapi yang lebih penting sekarang, Eros ingin sekali melihat Ares!. Ingin berada didekatnya!. Menyentuhnya!!.
Bagaimana bisa tidak melihat Ares sebentar saja membuat Eros begitu merindukan pria bertato itu!!.
Bagaimana bisa dia menyukai seseorang sampai hilang akal seperti ini!!.
Dia turun dari ranjang hanya memakai brief boxer menutup bagian privatnya.
Menapakan kakinya diatas lantai beralas karpet yang terasa lembut ditelapak kakinya. Berjalan mendekat jendela dia membuka tirai yang seketika membuat seluruh ruangan terang oleh cahaya pagi yang masuk dari jendela.
Dari balik jendela besar itu dia bisa melihat birunya langit yang menyentuh permukaan laut yang bergelombang. Kilauan yang terbentuk oleh pantulan matahari pagi diatas air bagai ribuan kristal yang tersebar diatas lautan.
Eros terkagum dengan pemandangan indah dibalik jendela. Gerumbulan pohon yang tumbuh mengelilingi pulau bagai pagar pembatas antara tebing dan lautan. Jalan jalan setapak yang seolah tanpa batas menghilang dibalik rimbunan pepohonan. Dan pelabuhan kecil diujung pulau dengan perahu fery tertambat disana.
Setelah puas menikmati indahnya pemandangan itu Eros kembali berjalan ditengah kamar, matanya semakin jelas melihat semua furnitur furnitur mewah yang mengisi setiap sudut ruangan bernuansa hitam ini.
Sofa, meja, tirai, ranjang, lampu gantung, bahkan karpet yang injak, semua barang barang dengan nilai tinggi.
Canggung dia mencari celananya yang dia lepas sekenanya semalam ditengah ruangan yang dipenuhi barang barang mewah ini.
Dia kaya oke!!. Tapi dia tidak memiliki istana mewah sebagai rumahnya atau furnitur mahal memenuhi kamarnya. Yang dia punya hanya apartemen kosong dan sebuah kasur yang dia gelar sekenanya ditengah ruangan.
Lagi pula dia jarang dirumah. Dia selalu diluar menjalankan misi misinya. Jadi dia sama sekali tidak memikirkan untuk memiliki mansion mewah atau istana megah untuk huniannya.
Dan juga semua uangnya banyak dia habiskan untuk membeli senjata.
Eros memakai celananya yang akhirnya ia temukan dibawah kaki ranjang.
Ingin menghilangkan kebosannanya, ia putuskan untuk menjelajah kamar ini, namun langkahnya terhenti dengan apa yang dilihat oleh matanya.
Eros baru sadar ada 4 pintu didalam kamar!!.
Satu pintu jauh didepannya, satu pintu lagi disamping ranjang dan dua pintu lagi menghadap ranjang.
" Urrmm...?." Mengarah kemana semua pintu pintu ini!. Apa ini semua semacam pintu rahasia?!.
Penasaran Eros memutuskan membuka pintu terdekat dari tempatnya berdiri yaitu yang ada disamping ranjang.
Saat pintu dibuka secara otomatis lampu dalam ruangan itu menyala. Seketika itu juga Eros dibuat terpukau dengan apa yang ada didalamnya.
Normalnya, walk in closet diisi dengan baju baju mahal yang dilengkapi dengan aksesoris aksesoris mewah. Tetapi tidak dengan Ares yang mengisi walk in closetnya dengan deretan senjata api dengan berbagai model dan ukuran yang terpajang rapi memenuhi setiap dindingnya.
Eros terkekeh. " This is so Ares. Kemarin tumpukan senjata dibawah ranjang. Sekarang koleksi senjata di walk in closet. Dimana lagi dia menyimpan senjata senjata nya?.'' Gumamnya sambil berjalan masuk kedalam ruangan itu. Mengagumi setiap senjata yang tersimpan disana.
Tidak hanya senjata api namun jenis senjata lain juga tersimpan disana, katana, pedang, pisau, bahkan sampai brass knuckle.
Eros melarikan jarinya diatas sepasang brass knuckle berwarna emas yang diletakan diatas rak yang tergantung didinding.
" Apa ini emas asli?. " Tanya Eros penasaran sambil memasukan ke empat jarinya kedalam lubang lubang cincin senjata itu kemudian melayangkan kepalan tangannya seolah melayangkan tinjuan pada musuh dengan brass knuckle melingkar disetiap jarinya.
" Wow!." Decak Eros kagum.
Baginya senjata adalah bagian dari dirinya. Yang menyelamatkannya. Yang membuatnya bertahan hidup. Yang melindunginya. Eros tidak pernah ingat apakah tangannya pernah kosong tanpa memegang senjata ditangannya.
Tetapi sekarang dia memiliki alasan lain untuk menggengam senjata dikedua tangannya, bukan karena profesinya tetapi untuk melindungi orang yang paling berharga dihidupnya sekarang.
Ya, untuk melindungi Ares!.
Lagi pula dia mendapatkan julukan Hitman paling mematikan bukan tanpa alasan, kan?.
Eros berjalan semakin dalam. Terkagum dan mencoba setiap jenis senjata baru yang tersimpan didalam lemari dinding itu.
Sampai langkahnya terhenti di bagian dinding yang kosong tanpa terpajang senjata, namun dipenuhi dengan tempelan foto dan artikel diatasnya.
Penasaran Eros mendekat untuk melihat lebih jelas foto foto itu. Mengenal beberapa wajah yang ada disana.
Anggota Lawless Family.
Dua yang dia kenal adalah Saros Lawless dan Josiah Lawless, dua pemimpin Lawless family yang telah tewas, namun dia tidak terlalu memperhatikan wajah wajah lainnya.
Kenapa foto semua pemimpin Lawless terpajang disini?.
Bukankah Ares juga bagian dari keluarga ini?. Tapi kenapa sekarang dia berdiri sendiri dengan Wolf Firearm?.
Lalu kenapa salah satu pemimpin Lawless family menginginkan Ares mati dengan menyewanya untuk membunuh Ares?.
Apakah serangan semalam juga ada hubungannya dengan Lawless family?.
Berbagai pertanyan muncul satu persatu dalam otak Eros. Namun tak satupun dia mendapat jawaban dari pertanyaan pertanyaan itu.
'' ...Tapi mau itu penjahat kelas teri atau keluarga mafia, aku akan habisi mereka semua yang berani menyentuh Ares!.'' Dengan mata biru sedingin es Eros menatap tajam semua wajah yang ada didalam foto yang terpajang diatas dinding itu.
Terlalu serius dengan pikirannya Eros tidak menyadari Ares yang telah berdiri bersandar dipintu menikmati sosok setengah telanjang yang berdiri memunggunginya, memamerkan tubuh tinggi dengan balutan otot dibawah kulit putihnya.
Eros memiliki tinggi hampir sama dengan Ares namun masa tubuh mereka berbeda. Eros yang dikatakan memiliki tubuh ramping berotot seperti perenang sedangkan Ares memiliki full body muscles seperti 'Chris Evans'.
" Ah, kau menemukannya," Ucap Ares yang seketika membuat Eros membalik badan karena keterkejutan oleh Ares yang datang tiba tiba. " ,Rahasiaku."
Eros panik menjauh dari dinding yang dipenuhi foto karena ucapan Ares membuatnya sadar dia telah lancang masuk kedalam ruang pribadi tanpa izin dari sang pemilik.
" Sorry..." Bisik Eros.' Apa Ares akan marah padanya?.' Batinnya panik
Eros tidak ingin Ares marah padanya!?.
Namun Ares sendiri hanya tertawa dengan wajah bersalah Eros. " No. Tidak masalah." Ucapnya seraya melangkah masuk kedalam ruangan.
" Seharusnya aku yang meminta maaf karena telah membuatmu menunggu lama."
Eros hanya terdiam, namun dia bisa merasakan detak kencang jantungnya yang melihat Ares berjalan mendekatinya.
"Apa kau menyukainya?." Tanyannya dengan tangan yang mengulur untuk menyentuh bagian sisi leher Eros. Tersenyum melihat Eros yang mengikuti setiap gerak tangannya.
" Hmm...?."
" Semua senjata ini?. " Ares kembali bertanya dengan hati yang merasakan kepuasan yang luar biasa saat ia mampu melukis setiap inci kulit putih itu dengan semburat merah yang menambah erotisme tubuh yang ada didepannya ini.
" ...iya..." Jawab Eros dengan wajah memerah merasakan jejak panas dari ujung jemari itu yang menjelajah diatas kulit lehernya.
Dia sangat menginginkan Ares, namun ketika objek nafsunya itu berdiri didepannya, Eros hanya berdiri menikmati setiap sentuhan yang diberikan Ares untuknya.
" Semua ini milikmu sekarang." Ucap Ares yang terkekeh sesaat mendengar desahan lembut yang keluar dari bibir Eros karena sentuhannya.
" Seperti yang aku janjikan, aku akan berikan semua senjata yang kau inginkan." Jemarinya tak berhenti yang kini menelusuri jejak merah kebiruan yang menghias kulit leher Eros.
Bekas yang tertinggal dari nafsu buasnya semalam.
Ingin dia membuat lagi tanda tanda itu. Menutup semua tubuh pemuda didepannya dengan lebih banyak bekas yang ia tinggalkan dari puncak gairahnya.
Untuk Eros sendiri dia sama sekali tidak mendengarkan apa yang diucapkan Ares. Dia terlalu menikmati setiap sentuhan pria itu dan mengangab suaranya sebagai white noises yang menenangkan.
Ares hanya tertawa melihat Eros yang menutup kelopak matanya. Menikmati setiap sentuhannya, sama sekali tidak mendengar semua perkataannya.
" Lagi pula kau akan segera memakainya." Bisik Ares ditelinga Eros.
Merasakan hembusan panas ditelinganya membuat Eros terkesiap. Seketika membuka mata birunya, melihat Ares begitu dekat didepannya. Eros tidak bisa lagi menahan diri, melumat bibir yang tersaji didepannya sepuas hatinya.
Menyelusupkan lidahnya kedalam mulut Ares yang dibalas dengan pria besar itu mengisap lidahnya. Merasakan manis disetiap tautan lidah mereka.
Setiap desahan yang dibuat Eros hanya membuat Ares semakin bernafsu untuk menikmati tubuh pemuda didepannya.
Tapi tidak sekarang!!.
Ares melepas rengkuhannya di pinggang Eros. Mengakhiri ciumannya hanya untuk melihat mata biru itu menatapnya dengan kecewa.
Ares tertawa. " Not now." Mengusapkan ibu jarinya diatas bibir Eros yang basah karena saliva.
" When?." Bisik Eros diantara nafasnya yang tak beraturan.
" Setelah kita membalas serangan semalam." Jawab Ares dengan seringai tertungging di bibir merahnya yang hanya membuat Eros menatapnya terpesona.
"Kau sudah mengetahui siapa dalang dibalik serangan semalam?." Tanya Eros menundukan kepalanya yang entah kenapa dia merasa malu untuk melihat wajah Ares.
Ares yang tak pernah bosan melihat tingakah malu malu Eros, terkekeh. Lengan besarnya kembali merengkuh pinggang Eros. Merapatkan tubuh pemuda itu pada tubuhnya dan melihat dinding dibelakang Eros. " Mereka."
Mendengar jawaban Ares, Eros menolehkan kepalanya yang tertunduk untuk melihat apa yang dilihat Ares.
Dinding penuh foto pemimpin Lawless Family.
Mengerutkan keningnya, mengingat lagi salah satu pemimpin Lawless Family menyewanya untuk menyingkirkan Ares.
Dan serangan semalam juga didalangi oleh keluarga mafia ini!.
Kenapa mereka gencar sekali memburu Ares?.
" Kenapa mereka mengincarmu?." Pertanyaan ini yang sejak tadi membuatnya penasaran.
Ares mengalihkan matanya dari foto foto itu untuk melihat Eros disampingnya dengan senyum yang tersungging. " Entahlah." Jawabnya.
Eros melihat senyum itu. Merasa tidak puas dengan jawaban Ares yang terdengar ambigu ditelinganya, namun dia tidak lagi mempertanyakannya.
" Kau tau aku bisa dengan mudah menghabisi mereka semua kalau kau memintaku."
Ares tertawa. " Ah, tawaran yang menarik. Tapi bukan itu rencananya baby. Aku tidak menginginkan nyawa mereka. Yang aku inginkan adalah kekuasaan mereka. Semua wilayah yang mereka kuasai. Nama besar yang mereka miliki. Membuat mereka semua tunduk padaku."
Eros melihat mata gelap itu yang dipenuhi keserakahan dan ambisi besar yang hanya membuncahkan nafsunya.
" Oke." Sahut Eros dengan senyumnya. " Kapan kau akan lakukan serangan balasan pada mereka?."
" Besok malam."
" Secepat itu!?."
" Mereka mengundangku untuk datang. Entah apa lagi yang mereka rencankan."
" Jebakan." Tebak Eros. Karena tidak mungkin ini sebuah undangan formal mengingat pihak yang mengundang adalah keluarga mafia yang memburunya.
Ares mengangkat bahunya. " Mungkin."
" Kau akan menerima undangan mereka?. "
" Tentu saja. Tidak sopan ,kan kalau kita menolak sebuah undangan." Jawab Ares tenang.
Sesaat Eros melihat Ares. Menyadari sifat dari pria obsesinya ini. Mungkin dia pria dengan banyak sisi misterius. Namun juga pria normal yang memiliki ambisi besar dengan kepercayaan yang diri tinggi.
Dan Eros hanyalah laki laki simpel yang akan menuruti dan mengikuti semua keinginan dan kemauan Ares tanpa mempertanyakan semua alasan dibalik semua yang Ares lakukan.
" Oke. Lalu apa rencanamu selanjutnya?."
" Berusaha untuk hidup."
" Aku akan menjagamu untuk tetap hidup." Sahut Eros serius yang dibalas kecupan dipuncak kepalanya oleh Ares.
" Sure baby."
___
Malam sebelumnya...
Ares duduk disofa ditengah ruangan dikelilingi para anggotanya.
Suasana tegang pekat terasa meyelimut disetiap sudut ruangan.
Semua diam, menunggu sang ketua untuk bicara. Hanya kepulan asap yang bergerak meliuk liuk dari ujung batang rokok yang terselip dibibir Ares.
" Kita balas mereka yang berani menyerang kita. " Ucap Ares yang dibalas gemuruh, ' YAAA!!.' dari setiap anggota yang memenuhi ruangan besar itu.
" Thena ada ditangan mereka Ares?." Ucap Damon mengingatkan dengan wajah tegang.
" Bahkan mereka berani membawa salah satu anggota ku." Ares menghembuskan asap rokok dari bibirnya. " Apa yang mereka rencanakan?." Tenang dia bicara namun matanya serius menatap lawan bicaranya.
" Mereka menginginkanmu datang untuk menjemputnya."
Ares tertawa. " Tidak dapat dipercaya mereka memainkan permainan kekanakan seperti ini. Baiklah, Akan aku berikan apa yang mereka inginkan. Mereka menginginkanku untuk datang maka aku akan datang."
" Tapi Ares, sudah jelas ini jebakan. Kita tidak tau apa yang akan mereka rencanakan setelah kau mendatangi mereka!." Panik Damon yang merasa Ares bertindak gegabah.
" Lalu apa kau ingin aku biarkan mereka yang sudah menyerangku tanpa mendapat balasan?."
Mendapat tatapan tajam Ares membuat Damon seketika mengelak. Cepat dia menggelengkan kepalanya. " Bukan begitu maksudku!!. Aku hanya tidak ingin kau mati sia sia dalam jebakan mereka!!."
Ares menyeringai. " Mereka sudah tiga kali berencana untuk membunuhku Damon. Apa kau pikir mereka akan biarkan berhasil untuk ke empat kalinya."
Damon spontan menjawab. " Tidak!!."
" Mereka yang menginginkanku datang hanya mempermudah rencanaku untuk membalas mereka. Akan aku perlihatkan siapa yang mereka tantang sebenarnya." Ucap Ares masih dengan seringai diwajahnya.
Damon sendiri hanya bisa menelan ludah melihat seringai Ares. Dengan jantungnya yang bedegub kencang menyembunyikan ketakutan namun juga kekaguman .
" Kita butuh rencana." Ucap Damon setelah mengambil nafas panjang untuk menenangkan degub jantungnya. " Mata mata kita sudah mendapatkan denah gedung yang akan mereka gunakan untuk pertemuan kita."
" Sebuah klub malam dengan ruang bawah tanah. Hanya ada dua pintu untuk keluar dan masuk untuk lantai atas yang digunakan untuk klub malam itu. Namun hanya ada satu pintu masuk dan keluar untuk ruang bawah tanahnya. Ruang tertutup tanpa jendela atau jalan lain untuk keluar."
" Kemungkinan mereka akan menemuimu disana..." Jelas Damon.
" Hmm..." Ares masih dengan ketenangannya melumat puntung rokoknya diatas asbak kristal diatas meja kecil disamping sofanya. " Siapkan semua senjata, kita akan menyerang malam itu juga!. Posisikan semua orang ditempat strategis untuk melakukan serangan dadakan."
" Bersembunyilah dimana mereka tidak dapat melihat kalian. Habisi mereka satu persatu secara diam diam. Aku tidak ingin mereka menyadari rencanaku untuk melakukan serangan balasan."
" Aku sendiri akan menemui mereka ditemani beberapa orang untuk mengalihkan perhatian mereka."
" Baik!!." Sahut bersamaan semua anggotanya.
" Bubar." Perintah Ares yang seketika semua orang yang memenuhi ruangan besar itu membubarkan diri untuk bersiap seperti yang ketua mereka perintahkan.
Damon melihat Ares yang beranjak dari tempat duduknya ,berjalan menjauh mengikuti anggotanya yang perlahan keluar dari ruangan besar itu.
Ini bukan pertama kalinya Damon merasakan ketakutan kehilangan sosok yang dia kagumi.
Rasa putus asa yang mencengkram hatinya karena dia yang tak mampu melakukan apapun untuk menghentikan situasi terburuk yang mungkin terjadi dengan rencana pembalasan Ares.
Setelah kematian Saros seseorang yang dia junjung tinggi sebagai pemimpin Lawless Family, dia tidak ingin kehilangan Ares, satu satu nya orang yang mampu membalaskan kematian Saros.
Tanpa sadar Damon menggerakan kakinya. Mengejar Ares. Menghentikan langkah pria bertato itu dengan menarik lengannya.
" Aku tidak ingin melihatmu mati sebelum kau membalaskan dendam Saros." Ucapnya serius dengan tatapan yang terselimut keputus asaan.
" Tenang saja Damon, aku akan hancurkan Lawless Family." Ucap Ares dengan senyum menawan diwajah tampannya namun mata kelamnya menjanjikan kematian.
Tbc____
Why neck that full of kiss mark look so sexy to me.
_,_,_,_,_,
Ngomong ngomong hampir sebulan buat aku nyelesein chp ini.
Hanya chapter ini saja hampir satu bulan!!!.
Bukan karena males ya aku lama gak up, tapi memang nulis itu lebih susah dari membaca.
Jadi terimakasih buat yang udah vote, komen, bahkan follow akun ku atau nyimpen semua tulisanku di reading list atau perpustakaan pribadi kalian.
Tolong doakan untuk update selanjutnya gak selama ini...