tw // skinship without consent , violence , blood
cw // mention of cannibalism
kamis ini nggak ada kegiatan untuk keduanya. chenle dari pagi cuma diam di kamar ngalamun sedangkan jisung nggak tau ngapain dia. terakhir jisung ngabarin chenle dia lagi gitaran katanya.
"babiii!"
"apasih?!" balas chenle tanpa ngalihin perhatiannya dari langit-langit kamar. nggak perlu dilihat juga sudah pasti itu sahabatnya. jisung itu sebenarnya nggak bisa ditebak keberadaannya. baru tiga puluh menit yang lalu bilang lagi di rumah nanti tiba-tiba sudah di depan gerbang mainin klakson sambil manggil-manggil chenle.
"jalan yok! nggak bosen apa lo? ayo mengalihkan perhatian dari hidup gelap lo," cerocos jisung.
"males gum," ujar chenle. dia kemudian ngebenamin wajahnya di bantal, nggak ngacuhin sahabatnya itu.
"ayo ah!" seru jisung sembari ngebanting tubuhnya di sebelah chenle.
"sok gayaan lo. biasanya aja cuma gelundungan di kasur," ujar chenle.
"ya makanya ayo jalan. timezone ayo, udah lama nggak main," balas jisung.
chenle ngedecih pelan, "kebanyakan nonton tiktok lo."
"daripada gelundungan di kasur doang, ayo ah," ajak jisung lagi. tanpa aba-aba jisung ngerebahin tubuhnya di atas tubuh chenle yang sedaritadi masih tengkurap.
"berat guuum!" seru chenle.
"ayo nggak?!"
"nggak mauuu!"
"ayo gue jajanin chatime!"
"oke."
jisung mukul punggung sahabatnya jengkel, "mata duitan banget."
"ya siapa yang nggak mau gratisan, anjing?" balas chenle. setelahnya chenle ngedorong tubuh cowok di atasnya kasar. "dikira badan lo seringan kapas kali," katanya.
"jutek amat," ujar jisung. cowok itu kemudian ngecup pipi chenle kilat.
"nyebelin banget nyebelin banget!" seru chenle kesal sambil nekan pipi sahabatnya kencang. cowok itu baru ngelepas tangannya dari pipi jisung ketika sahabatnya sudah ngerengek kesakitan.
"sebentar gue ganti celana dulu," ujar chenle sembari turun dari kasurnya. dia langsung narik satu celana jinnya kemudian masuk ke kamar mandi.
sembari nunggu chenle beres-beres, jisung ngambil gitar sahabatnya di sebelah keyboard dan dia mainin asal.
"pengen suhr gue astaga," celetuk jisung ketika chenle keluar dari kamar mandi.
"besok kalau lulusan, buat self reward," kata chenle.
jisung nyebikin bibirnya, "oke lah."
"flanel merah lo gue pake ya?" tanya chenle. dia narik kemeja jisung kemudian noleh ke arah sang pemilik.
"boleh," ujar jisung sembari naruh gitar chenle kembali ke tempatnya.
"nggak ganti baju lo?" tanya chenle.
"nggak, males. gini aja udah ganteng," jawab jisung. ya benar memang tapi dibanding chenle yang sekarang pakai turtle neck putih dan kemeja flanel merah jisung sebagai luaran, penampilan jisung kayak orang nggak niat keluar padahal dia yang ngajak.
"ganti baju ah, kayak baju tidur," kata chenle lagi sambil makai kemeja merah itu.
"nggak mau. biasanya juga gini lo aja yang bikin gue tambah kucel," balas jisung. cowok itu cuma pakai kaos putih dan jaket hitam sebagai luaran.
"tolong lipetin," pinta chenle sambil ngulurin tangannya.
jisung ikut ngulurin tangannya, "sini."
chenle lari kecil ke arah sahabatnya kemudian langsung ngedudukin tubuhnya di pangkuan jisung.
yang lebih muda ketawa pelan lalu ngecup pipi chenle gemas, "sayangnya gum!"
"nggak panas sayang pake dobel gini?" tanya jisung sambil ngelipat lengan kemeja yang chenle pakai.
"nggak. gue agak kedinginan," jawab chenle.
"nggak kenapa-napa tapi kan?" tanya jisung lagi sambil nyentuh dahi sahabatnya.
"nggak gum, agak nggak enak tapi nanti baik sendiri kok," jawab chenle.
jisung ngangguk pelan, "kalau pusing bilang, oke?"
"iya," balas chenle.
"sudah. gantengnya babi gue," kata jisung. tangan cowok itu nepuk perut chenle beberapa kali sebelum cowok itu bangkit dari pangkuannya.
"ayo," ujar chenle. tangannya narik kedua tangan sahabatnya.
"kajja!"
🏳️🌈
sekitar pukul setengah sebelas mereka sudah sampai ke salah satu mal di kota mereka.
"gum gum," panggil chenle setelah turun dari motor.
"apa sayangku? hm? kenapaa?" balas jisung sambil ngangguk-nganggukin kepalanya, persis kayak ngomong sama bayi.
chenle ngedecih pelan sebelum ngebalas jisung, "pengen nonton deh."
"lihat aja di web nya ada apa aja sekarang, nanti kalau ada yang mau ditonton langsung aja," balas jisung sembari ngerapiin rambut sahabatnya. chenle yang setuju kemudian nganggukin kepalanya. "oke, let's go," kata jisung. dia turun dari motor dan tangan kanannya langsung dirangkul sama yang lebih pendek.
"menantea," celetuk chenle ngebaca salah satu brand franchise minuman.
"kenapa namanya menantea sih?" tanya jisung.
"nggak tau, gue nggak ngikutin bang jer," jawab chenle.
"bang jer kenapa cita-citanya nggak jadi pejabat aja ya? kan sesuai sama namanya," ujar jisung.
"kan mau jadi menteri, pejabat dong," balas chenle. dia nyandarin kepalanya di kepala sahabatnya, "kenapa namanya pejabat?"
"karena menjabat satu unsur penting negara?" jawab jisung ragu. "jabat tuh memegang kalau nggak salah. ya memegang satu tugas penting negara," lanjutnya.
"chatime tuh harusnya dihabisin sambil ngobrol nggak sih?" celetuk jisung ngelempar pertanyaan acak lainnya.
"kenapa deh?" tanya chenle.
"kan chatime, chat time. waktu berbincang," jelas jisung.
chenle ngangguk-ngangguk pelan, "iya juga."
"eh kartu timezone lo ada kan?" tanya jisung kemudian. yang ditanyain cuma ngegumam pelan buat ngejawab sahabatnya.
"beliin chatimenya, gue isiin saldo," ujar chenle sambil ngedorong jisung ke arah berlawanan.
"cium dulu," kata jisung sambil nundukin tubuhnya sedikit.
"gila lo emang," kata chenle sambil nepuk dahi jisung kasar. pundak yang lebih tinggi dia dorong lagi, "sanaa!"
"iye iye, kayak biasa?" tanya jisung. setelah dapat anggukan kepala dari sahabatnya, dia langsung pergi.
sedang jisung beli minuman, chenle masuk ke area timezone untuk ngisi saldo kartunya. setelah saldo kartu keisi, chenle milih buat duduk di depan area timezone buat nungguin sahabatnya sambil mainan hape.
pagi ini nggak ramai karena masih hari kerja dan anak-anak sekolah sudah masuk lagi. cuma ada beberapa orang yang belanja buat kebutuhan harian atau cuma jalan-jalan nyari angin kayak chenle dan jisung.
sekitar sepuluh menit kemudian jisung sudah kelihatan ngehampiri chenle.
"cepet banget?" tanya chenle heran waktu cowok itu sudah ada di hadapannya.
"nggak antri," jawab jisung singkat.
"bola bola apa yang basket?" celetuk chenle sembari bangkit dari duduknya.
"bola basket," jawab jisung datar.
"yeee bener," sahut chenle sama lempengnya.
"apaan sih?"
"nggak tau."
"ini ngapain lagi berhenti di tengah-tengah?" celetuk jisung waktu keduanya berhenti di tengah area timezone.
"lah."
"udah lah ayo foto dulu," ujar jisung sambil narik tangan chenle ke photo booth. salah satu kegiatan wajib mereka kalau lagi ke mal itu foto di photo booth. pokoknya kalau ketemu photo booth harus masuk.
kurang lebih dua jam mereka di timezone. dari foto di photo booth, main capit boneka, dan lain-lain. sebagian besar waktunya mereka habisin buat ngambil boneka begitu juga saldo di kartu chenle. ya untung dapat juga, lumayan dapat tiga bisa buat pasukan pelindung waktu tidur. tiket yang mereka dapat dari hasil main juga bisa dituker sama beberapa camilan. ya lumayan lah buat refreshing.
"mau makan apa?" tanya jisung.
karena sekarang sudah hampir tengah hari mereka mutusin buat makan siang. istirahat juga soalnya capek ngumpatin mesin capitnya daritadi.
"mau makan aku nggaaak?" balas chenle sambil ngerengkuh tangan sahabatnya.
"van, besok kalau konsul lagi coba tanya ke dokternya. kayaknya lo ada gejala baru deh," kata jisung.
"anjing."
"ke food court aja ayo," ajak jisung.
"pengen mi ayam," celetuk chenle.
"nggak jadi makan kamu?" tanya jisung.
chenle langsung ngelepas rengkuhannya di tangan jisung, "lo juga gila nggak usah ngatain gue gila."
"nyenyenye."
sampai di area food court, jisung dan chenle langsung mesan makan siang mereka dan ngebayar pesanan mereka.
"ke yogya besok mau naik apa?" tanya chenle setelah ngedudukin tubuhnya.
"terserah, gue ayo semuanya sih," jawab jisung.
"mobil sendiri atau kereta aja?" tanya chenle lagi ngasih pilihan ke sahabatnya.
"kalau mobil enaknya bisa ke sana sini sendiri, jadi nggak ribet sih," jawab jisung. tangannya narik tangan chenle yang nganggur di atar meja kemudian jemari sahabatnya itu dia mainin.
chenle nganggukin kepalanya kemudian ngerebahin kepalanya di atas meja, "iya. jadi stay di magelang aja kan sampai selesai libur?"
"iya biar irit," jawab jisung.
"taun depan lo yang liburan di surabaya," ujar chenle.
jisung ngangguk pelan, "eh mama jadi resign?"
"jadi, sekitar mei-juni kata beliau," jawab chenle. "nggak pake anxiety ring ya lo?" tanya chenle sewaktu sadar nggak ada cincin di jari-jari tangan sahabatnya.
"ketinggalan," jawab jisung pelan.
"sini tangan yang satunya," pinta chenle dan langsung jisung lakuin.
akhirnya sembari nunggu pesanan datang, mereka saling mainin jari-jari tangan keduanya.
"lah kita nggak jadi nonton?" celetuk jisung.
"lah iya, ya udah sih gue udah capek," balas chenle.
"habis makan langsung pulang?" tanya jisung tepat ketika pesanan mereka sampai.
"iya," jawab chenle. "makasih mbak," ujar chenle ke karyawan yang nganter pesanan mereka.
"ih mau juga dong disenyumin giovana," ujar jisung setelah karyawan tadi berlalu dari meja mereka.
"nggak boleh."
"jahat."
"tiba-tiba inget leo," celetuk chenle.
"emang gitu. kata orang kalau seseorang udah pergi apa aja bisa ngingetin soal dia, gue liatin kulkas juga langsung inget tu anak," sahut jisung.
"ya kalau lihat kulkas emang harus dia," ujar chenle sebelum ketawa bareng sama cowok di depannya.
singkat cerita, leo pernah nggak sengaja nabrak pintu kulkas sampai hidungnya berdarah. sudah nggak ada orangnya juga masih diketawain terus itu kejadian sama jisung dan chenle.
tiga puluh menit mereka selesai makan dan berlalu ke tujuan terakhir mereka. jisung mau beli beberapa bumbu dan bahan masakan jadi mereka ke supermarket baru setelah itu pulang.
"do you really tired?" tanya jisung waktu chenle ngecup lehernya sekilas.
"i do, nggak papa tapi. santai aja, gue masih kuat," jawab chenle yang suaranya agak kerendam karena kehalang bahu yang lebih jangkung.
"dinner mau gue masakin?" tanya jisung. senyum lebarnya ngembang ketika lehernya kembali dikecup chenle, sekarang lebih lama. "udah males ngomong ya? i'll be fast then," ujarnya kemudian sambil ngusap lembut poni chenle.
"ngantuk," lirih chenle.
"iya ini bentar."
🏳️🌈
keduanya sudah ada di parkiran sekarang. setelah beberapa menit beli beberapa barang di supermarket akhirnya bisa pulang.
"gue ke toilet bentar, van," ujar jisung tiba-tiba waktu chenle lagi makai helmnya.
"lah nggak tadi aja?" tanya chenle.
"kebeletnya sekarang! bentaar!" seru jisung sembari berlalu dari samping sahabatnya. cowok itu langsung lari ninggalin chenle ke kamar mandi terdekat. ada-ada aja tiba-tiba kebelet kencing, padahal tinggal pulang.
chenle ngedengus kesal sambil ngelepas helm yang sudah kepasang di kepalanya tadi. dia kemudian duduk di atas motor jisung dan mainin hape sembari nungguin sahabatnya.
beberapa menit kemudian ada satu tangan yang ngelingkar di pinggangnya dan jelas cowok itu kaget karena sebelum tangan itu ada dia nggak nyium wangi jisung sama sekali yang berarti itu bukan sahabatnya. waktu chenle mau ngecek itu tangan siapa tiba-tiba tangan itu sudah lepas dari pinggangnya. dia ngernyitin dahinya bingung karena apa yang terjadi terlalu cepat dia tangkap.
sekarang sudah ada dua orang cowok di belakang chenle, satu sahabatnya dan cowok lain ternyata kakak tingkatnya di kampus. chenle mikir cepat apa yang baru aja terjadi dan bisa dia simpulin kalau kakak tingkatnya yang ngerengkuh pinggangnya. rengkuhannya lepas karena pasti jisung ngedorong kasar tubuh kakak tingkat chenle ngejauh.
"ngapain ngerangkul-rangkul?" tanya jisung datar. saat itu juga chenle langsung turun dari motor, jaga-jaga kalau yang satu nggak mau ngalah dan akhirnya jisung meledak.
"lo siapa, anjing?!" sentak cowok lain yang ada di sana.
"penting banget? lo yang siapa kayaknya main rangkul-rangkul nggak pakai izin," balas jisung.
"ya berarti gue siapa juga nggak penting," balas cowok itu.
"bajingan," umpat jisung sebelum akhirnya ngelangkah maju dan nonjok keras pipi yang sedikit lebih tinggi darinya.
"GUMELAR! UDAH ANJING!" teriak chenle kemudian langsung narik kedua tangan sahabatnya dan dia kunci di belakang tubuh cowok jangkung itu. nggak lama jisung dapat balasan yang ngebuat chenle dan jisung kedorong berbarengan karena chenle yang berada tepat di belakang tubuh jisung. "KO ANDRE! UDAH! GUE NGGAK MAU YA SAMPE SEKURITI DATENG!" teriak chenle marah.
"lo pergi aja! gue hubungi lo nanti," ujar chenle setelahnya. cowok yang chenle panggil andre itu pergi setelah natap sinis jisung yang pergerakannya masih chenle kunci. ya ikut kelas taekwondo dua tahun berguna juga kalau punya teman sejenis jisung gini. "lo nyebelin," ujar chenle sambil ngeratin kunciannya di kedua tangan jisung.
"fuck, sakit van," umpat jisung.
chenle ngedecak kesal sebelum ngelepas kedua tangan sahabatnya itu, "tolol."
"siapa itu?" tanya jisung sembari ngusap luka di ujung bibirnya.
"ko andre, kating. lo kalau nyari-nyari dia habis ini awas lo," ancam chenle. "hadap sini," perintah chenle sambil narik kerah kaos sahabatnya.
"sakit anjing van," umpat jisung lagi waktu pipinya ditekan chenle.
"biarin, salah siapa nyari gara-gara," sahut chenle. "luka lagi kan lo, jelek," lanjutnya.
jisung ngerutin dahinya jengkel, "siapa nyari gara-gara? gue? beneran gue?"
"diem. ngapain nadanya gitu? takut gue sama lo? nggak anjing," balas chenle. dahi jisung dia dorong agak kencang, "mata gue tinggal lima watt anjing tadi. langsung dua lima watt sekarang."
"upgrade, berterima kasih harusnya lo," ujar jisung.
"lo jangan pake fisik bisa nggak sih?" tanya chenle dengan suara yang agak serak. darah dari luka jisung yang alir lagi langsung chenle tahan pakai tisu yang baru dia keluarin, "nggak suka gue."
"keburu hilang emosinya," balas jisung santai.
"oh emang suka gue sedih ya lo?" tanya chenle.
jisung ngedesah frustasi, "nggak gitu van."
"ya terus gimana?" tanya chenle. "emang gue tuh nggak suka liat lo luka karena lo jadi jelek? kagak, lo mau ada luka mau kagak ada mah jelek terus, anjing," lanjutnya.
pipi jisung kembali chenle tekan agak keras, "sakit?"
"ya sakit bajingan," jawab jisung kasar.
"ya gue nggak suka kalau lo sakit, monyet! mikir gum astaga!" seru chenle kesal. "apalagi kalau sampai ninggalin bekas. awas aja kalau lo punya bekas luka lagi," lanjutnya.
"emang mau diapain?"
"gue ungkep terus dijadiin toping bubur bareng kacang, seledri, sama kecap. bubur gumelar," jawab chenle.
jisung ketawa kecil dengar jawaban sahabatnya, "serem juga."
"iya, serem," ujar chenle.
pipi chenle di tangkup dan jisung kecup hidung cowok yang lebih pendek, "ya udah, maaf ya sayaang."
"dimaafin."
"sekarang ayo pulaang!"
"nanti puk puk."
"iya, puk puk.
🏳️🌈
selamat pagi, selamat siang, selamat sore, selamat malam, selamat kamu masih bernapas dan bisa membaca fudanshi kembali. give applause for yourself👏🏻
iya oke dadah. kembali lagi kapan"👍🏻 btw, sisa 6 chapters ini cerita homo👍🏻