🍁🍁🍁
H
A
P
P
Y
R
E
A
D
I
N
G
*****
Berita tentang bangkrutnya perusahaan Felix sekarang sudah menyebar kemana-mana. Banyak orang yang masih tak percaya tentang hal itu. Mereka sempat mendengar desas desus bangkrutannya Giordan Grup itu dikarenakan telah menyinggung keluarga Vadresson. Untuk lebih detailnya mereka kurang tahu. Jika soal menyinggung keluarga Vadresson, memang patut perusahaan Felix mengalami nasib malang. Memangnya siapa yang berani menyinggung keluarga itu?
Masih di Vadress Company. Saat ini di ruangan Axel sangat ramai. Bagaimana tidak ramai kalau sekeluarga datang semua hanya untuk melihat keadaan princess mereka? Ya walau pun kurang tiga adik nakal Axel yang masih sekolah.
Padahal mereka bisa saja melihat keadaan Zify kalau sudah sampai di mansion nanti siang. Memang mereka para orang tua mendengar laporan dari bodyguard jika princess mereka ditampar, tapi bagaimana jika princess mereka mempunyai luka lain? Atau kepalanya berdarah kah karena terbentur? Siapa tahu laporan para bodyguard itu kurang jelas. pikirnya merasa khawatir.
Zify sudah bangun dari tadi karena terusik dengan kegiatan Reyson yang selalu mencium pipinya ketika tidur. Abangnya ini sangat jahil.
"Kenapa kalian semua ke sini?" Tanya Axel memijit pelipisnya merasa pusing dengan ini semua.
Sekarang mereka sedang duduk di sofa dengan Zify yang berada di pangkuan sang Daddy yang sedang bermain game menggunakan ponsel milik Daddy-nya.
"Tentu saja untuk melihat keadaan princess" jawab Opa
"Bukankah nanti siang di mansion juga bisa?" Tanya Axel.
"Kami ingin melihat keadaannya sekarang" sahut papa Arvel.
"Memangnya kalian tidak bekerja?" Tanya nya lagi.
"Tidak!" Jawab para orang tua serta saudaranya yang lain dengan kompak.
Axel jadi gereget sendiri dengan mereka semua "menyebalkan".
Kantor yang seharusnya jadi tempat bekerja sekarang malah jadi seperti tempat reuni. Pekerjaan Axel di serahkan ke Sean dulu sekarang karena dia ingin menemani keluarganya sebentar. Beruntung ruangan Axel ini sangat luas.
Sebenarnya tidak masalah jika keluarganya berkunjung semua di kantor Axel. Hanya saja waktunya tidak tepat. Seharusnya sekarang dia bisa berduaan dengan Zify saja tanpa ada yang mengganggu, tapi.. ya begitulah malah kebalik.
"Mengapa kau membawa Zify ke kantor? Harusnya kau membawanya pulang untuk istirahat, jika terjadi sesuatu dengan cucuku bagaimana?kau membuat kami semua khawatir Axel" ucap Oma dengan mengomel.
Zify meletakan hp Daddy-nya di meja ketika mendengar ucapan sang Oma seperti memarahi abangnya itu. Dia tidak mau abangnya kena marah gara-gara dirinya.
"Oma ini bukan salahnya bang Axel kok, tadi Zify sendiri yang minta ikut ke kantor abang. Zify bosan Oma di rumah terus lagian Zify juga gak papa, nih lihat pipi Zify udah sembuh kan hehe.." sahut Zify dengan suara imutnya tak lupa dia menunjukan pipinya yang mulai pudar lebamnya dengan lucu.
Axel yang melihat Zify membelanya ikut tersenyum. Hanya princessnya ini yang mampu membuatnya tersenyum.
"Benarkah?"tanya Opa.
"Iya Opa" sahut Zify dengan menganggukan kepalanya beberapa kali. Jika seperti ini kedua pipi gembulnya ikut terombang-ambing.
Mereka semua sontak tertawa melihat pemandangan yang menggemaskan itu. Zify yang tidak tahu apa-apa melihat semua orang satu persatu dengan wajah bingungnya yang justru membuat wajahnya tambah imut.
"Kalian kok ketawa sih?" Ucapnya yang masih bingung.
"Kau lucu baby hahaha.." ucap Reyson yang masih tertawa memegang perutnya.
"Princess abang gemesin banget sih jadi pengen karungin deh" ujar Dirga dengan menguyel nguyel kedua pipi adiknya.
"Abang kok Zify di karungin sih? Nanti Zify jadi sesek tauk" ucap Zify cemberut dan melepaskan kedua tangan Dirga di pipinya.
Semua orang berhenti tertawa ketika mendengar ucapan polos dari Zify. Ya ampun Zify Zify...🤦
"Loh kenapa berhenti ketawa?" Tanya nya lagi dengan mengedip-ngedipkan matanya yang bulat.
"Tadi ketawa ditanyain sekarang berhenti ketawa juga ditanyain, gimana sih kamu sayang" ujar Mama dengan tersenyum menggelengkan kepalanya.
Zify menoleh kearah Mamanya dengan wajah bingung lalu beralih menatap kembali Dirga.
"Abang Zify nanya loh tadi, kenapa abang mau karungin Zify? Abang mau buang Zify ya? Abang udah gak sayang Zify lagi..? Hiks hiks.."
Zify menangis mengetahui maksud pernyataan Dirga tadi. Apa abangnya ini mulai bosan dengannya? Apa abangnya ini mulai membencinya?pikir Zify.
"Huuaaa.. Daddy.. bang Dirga udah gak sayang Zify hiks hiks huaa...." Tangis Zify pecah dengan memeluk leher sang Daddy.
Semua orang menepuk jidat mereka melihat kepolosan Zify. Hadeuhh padahal maksud perkataan Dirga bukan itu, batin mereka menggelengkan kepala.
****
Matahari sudah berganti dengan bulan. Malam ini di kediaman Vadresson sedang melaksanakan makan malam bersama. Semua anggota keluarga sudah berkumpul di meja makan begitu pula dengan Zify. Seperti biasa, setiap makan semua orang dilarang bicara. Jadi hanya ada bunyi sendok dan piring yang beradu dalam keheningan.
Zify yang ngambek dengan Dirga tadi sudah baikan karena bujuk rayu Dirga. Sebenarnya Zify ini orangnya gak bisa marah lama-lama dengan seseorang apalagi dengan abangnya yang notabennya keluarganya sendiri. Apalagi dia ini punya sifat polos, jadi kalau dirayu atau dibujuk dengan baik dia akan menurut.
Di sisi lain Axel merasa kesal karena rencananya gagal. Harusnya princessnya ini marahan terus dengan Dirga jelek itu. Dengan begitu posisis Dirga bisa tergeser di hati Zify serta saingannya bisa berkurang dan Zify bisa menempel dengan dirinya terus.
Tapi itu semua tak sesuai ekspetasi. Adiknya ini polos dan mudah memaafkan.
Bukannya bagus ya punya adik yang mudah memaafkan seperti Zify?
Memang dasar Axel maunya jadi nomor satu terus dihati Zify. Padahal kan abangnya bukan dia saja. Susah kalau diajak berbagi!
Skip_
Sekarang Zify sudah berada di kamarnya. Dia berguling kesana kemari di ranjangnya, karena gabut mungkin? Zify menatap langit-langit kamar entah memikirkan apa. Jika dipikir pikir dirinya ini belum mempunyai yang namanya ponsel. Dia juga ingin seperti yang lain memiliki ponsel. Apa dia minta saja ya sama Daddy-nya. Tapi dia masih malu jika minta pada sang Daddy.
Tak lama kemudian pintu kamarnya terbuka menampilkan sosok Arhan dengan membawa sesuatu ditangannya. Arhan tersenyum sebentar melihat Zify yang juga menatapnya. Baru dua langkah memasuki kamar adiknya, eh si Axel ikut masuk juga tanpa diajak.
Arhan menatap barang yang dibawa Axel lalu menatap wajah abangnya.
"Apa?!" Tanya Axel ketus.
"Tidak"
Mereka pun menghampiri adiknya yang menatap mereka bingung. Mereka berdua duduk di samping Zify.
Baru saja Axel hendak bicara, pintu kamar Zify terbuka lagi dan pelakunya ialah Dirga.
Dirga bergabung di ranjang Zify dengan tangan yang menenteng sesuatu.
"Beby abang punya sesuatu buat kamu" ucapnya mengeluarkan barang yang dia bawa dan ternyata itu adalah ponsel keluaran terbaru yang sangat diidam-idamkan banyak orang.
"Wah... I_ini beneran buat Zify?" Tanya Zify yang masih tak percaya bisa memiliki ponsel itu.
"Iya baby, gimana baby suka gak?"
Zify yang hendak menjawab tidak jadi berbicara karena keduluan Axel.
"Tidak! Baby ini terima punya abang aja ya" ucap Axel memberikan ponsel yang sama seperti Dirga.
"Gak boleh! Ini aja baby, terima punya abang. Abang sudah beli buat baby loh masak gak diterima sih kan abang jadi sedih" ujar Arhan merubah mimik wajahnya menjadi sedih.
Sekarang Zify jadi bingung harus pilih yang mana.
"T_tapi.."
"Udah gak ada tapi tapian, baby terima aja semuanya kalo gak mau buat kakak aja, ya kan?" Ucap Elfan
Semua orang menatap Elfan kaget. Entah sejak kapan Elfan masuk ke kamar Zify, tiba-tiba saja sudah nongol kayak mas-mas poci.
"Sejak kapan kau di sini?" Tanya Arhan dan yang lain menatapnya menuntut jawaban.
"Sejak tiga menit yang lalu" ucapnya santai.
"Sudahlah bang kalo Zify gak mau kasih ke aku aja, ponsel Elfan tadi tuh jatuh pas di sekolah terus layarnya pecah" adu Elfan dengan menunjukan ponselnya yang retak sedikit.
"Ini semua gara-gara temen Elfan yang bangsat" umpatnya saat mengingat Rigel dengan sengaja menyenggol tangannya hingga ponselnya terjatuh.
Zify yang mendengar kata asing di telinganya pun bertanya langsung karena penasaran.
"Kak bangsat itu apa?" Ucapan polos Zify membuat ketiga abangnya menatap tajam Elfan.
Elfan jadi bingung sendiri. Ini harus alasan bagaimana? Mana abangnya natap dia tajam lagi, kan horor.
"E eh.. i_itu baby salah denger, tadi tuh kakak bilang sebangsa gitu" ucap Elfan dengan keringat yang mulai timbul di dahinya.
Zify mengerutkan dahinya bingung. Masak sih dia salah dengar?
"Ooh.. sebangsa ya, berarti Zify salah denger tadi" kata Zify yang mulai percaya. Para abangnya pun bernapas lega.
"Kau kenapa masih di sini, keluar sana!" Usir Axel.
Elfan menatap jengkel abang tertuanya ini "Yaudah aku minta ke Papa aja, huh dasar pelit." Elfan berbalik menuju pintu kamar.
"Papa Elfan minta ponsel baru!!!"
Teriak Elfan setelah keluar dari kamar Zify. Namun karena suara Elfan ini sangat keras seperti ibu-ibu kompleks jadi masih kedengaran sampai kamar.
Setelah jin pengganggu keluar, mereka menatap Zify lagi.
"Pokoknya abang gak mau tahu baby harus terima punya abang titik" tegas mereka kompak yang tidak ingin di bantah.
Akhirnya mau tak mau Zify menerima ketiga ponsel itu.
"Di ponsel baby sudah abang masukin nomor kontak abang, jadi kalo perlu apa-apa baby tinggal hubungi abang aja" ujar Dirga dengan senyum.
Zify pun mengecek ponsel pemberian Dirga. Zify menatap Dirga bingung. Abangnya ini menamai kontaknya sendiri.
Pangeranku🥰
Axel dan Arhan melihat nama kontak itu merasa panas sendiri.
"Baby.. abang juga sudah memasukan kontak abang di ponselmu" ucap Axel yang menahan cemburu.
Cemburu??
"Abang juga baby" timpal Arhan.
Zify pun melihat nama kontak Arhan dengan geleng-geleng kepala.
Sayangku😘
Lalu dia membulatkan matanya saat melihat nama kontak Axel.
Kekasihku❤️
"Hei apa apaan kau ini, itu terlalu berlebihan" protes Arhan pada Axel.
"Apanya yang berlebihan?" Axel memutar bola matanya malas dan beralih menatap yang lain.
"Nama kontak mu terlalu berlebihan pokoknya harus ganti" ujar Arhan tidak suka.
"Memangnya kau tidak sadar nama kontak mu juga berlebihan" balas Axel tak mau kalah.
"Itu masih wajar, sedangkan kau?" Jawab Arhan.
"Hei nama kontak kalian ini sama-sama berlebihan tidak usah saling tunjuk kalian berdua ini sama saja" ucap Dirga menengahi perdebatan itu.
"Terserah" ucap keduanya kompak.
Zify yang melihat itu jadi tersenyum sendiri. "Abang kok malah berantem sih, Zify gak keberatan loh sama nama kontaknya malah Zify suka hihi.."
Melihat adiknya tersenyum membuat mereka ikut tersenyum puas.
"Kau dengar sendiri bukan jika princess tidak keberatan dengan nama kontak ku" Axel tersenyum mengejek kearah Arhan.
Arhan berdecih malas meladeni makhluk di depannya ini.
"Sudah-sudah ini sudah malam sekarang baby tidur ya" ucap Dirga.
Cup
Cup
Cup
Satu persatu dari mereka mencium kening Zify sebelum keluar dari kamar.
"Ingat! Jangan begadang baby" peringat Axel sebelum keluar kamar dengan Zify yang mengiyakan saja.
Sekarang tinggal Zify sendiri. Dia mulai membaringkan badannya miring ke kanan menatap tiga ponsel mahal yang baru dia dapatkan dari ketiga abangnya.
Tadi dia sangat ingin memiliki ponsel dan sekarang dia memilikinya malahan ponsel mahal keluaran terbaru lagi, dan dia mendapatkannya tiga sekaligus dari ketiga abangnya.
Dia bingung ketiga ponsel ini mau diapakan? Bukankah satu saja sudah cukup?
'Memangnya begitu ya kalo orang kaya, satu kontak untuk satu ponsel? Zify simpan aja deh ponsel dari bang Arhan sama bang Dirga, jadi Zify pakai ponsel dari bang Axel aja. Tapi... Nanti bang Dirga sama bang Arhan sedih lagi kalo gak dipakai ponselnya. Emm..... Yaudah deh Zify pakai semuanya aja biar mereka gak sedih'
"Hoaammm.... Selamat bobok para readers!"
.
.
.
.
To be continue...
Yuhu...
Yang kangen sama Zify angkat kakinya.. eh ralat maksudnya angkat tangannya hehe...😁
Author mau kasih tau nih untuk para readers!🥳
Nama kotanya nanti Author bakal ganti pas revisi ya! Untuk sekarang Author masih pakai nama samaran aja dulu. Kan Author pernah bilang ke kalian kalo cerita MPF ini masih mentahan. Masih banyak kesalahan dalam penulisan yang belum Author perbaiki.
Banyak sih yang ngeluh tentang nama kotanya kenapa pakek Y dan X.
Ya itu karena Author bingung mau kasih nama apa? Apalagi Author ini masih pemula.
Kalian boleh kok kasih saran nama kota yang cocok untuk cerita MPF ini😊
Thanks buat Vote nya!
Makasih juga untuk komentar2 sebelumnya. Komentar kalian itu semangat Author loh🤗
See you in the next chapter😘😘