Seperti yang diperintahkan oleh Xhuan, Chazdhiz dan Qibul sudah berada di ruang rapat. Mereka bertiga duduk mengitari meja bundar yang terbuat dari kayu.
Dan para tetua itu masih tak mau buka suara, mereka malah melipat tangan didepan dada sambil tertunduk, bisa dipastikan wajah Xhuan saat ini, ya! Wajah menghakimi.
Brak!
Kedua tetua itu terlonjak kaget hampir saja terjungkal kebelakang saat leader menggebrak meja tersebut.
"Tidak ada yang salah dalam pertempuran kemarin, ini bisa menjadi pembelajaran agar tidak terlalu senang ketika memenangkan sesuatu," ucap Xhuan dingin, karna dia tau hal yang terjadi pada Arya adalah serangan mendadak kala semua anggota sudah sekarat.
"Seharusnya tank tidak mudah goyah," ucap Qibul seakan menyalahkan Chazdhiz.
"Gue nggak akan goyah kalo Zair nggak nabrak gue," balas Chazdhiz.
Kemudian dua orang itu kembali berdebat, Xhuan segera mengeluarkan tombaknya dia mengarahkan benda itu kepada para tetua dan menggores dahi mereka hingga berdarah, menyadari darah yang mengucur dari dahi, kedua orang itu berhenti bertengkar dan menatap Xhuan seakan meminta penjelasan.
"Kenapa hm? Gue udah bilang nggak ada yang salah dan kalian masih berdebat? Terkadang cara seperti ini lebih berguna untuk menyadarkan orang yang memiliki sifat keras kepala," ucap Xhuan, kini dia sedang bersikap sebagai leader tegas seperti pemimpin guild lainnya.
"Gue mau kalian baikan, karna jika hal itu tidak terjadi, Dark Danger akan hancur, pemimpin tidak bisa melakukan apa-apa tanpa anggota begitu juga sebaliknya," imbuh Xhuan lalu bangkit dari duduknya setelah itu keluar ruangan. Meninggalkan dua pria yang masih terdiam dengan darah yang masih mengalir.
Tiba-tiba Xiao Yui datang dengan perban serta obat-obatan lainnya kemudian mengobati Chazdhiz dan Qibul dengan hati-hati. Dia datang atas perintah sang leader.
(。’▽’。)♡
Ketika Fedrick dan anggotanya berjalan menuju tempat pelatihan, tiba-tiba langkah cowok itu berhenti.
"Duluan," perintah Fedrick lalu dituruti oleh anggota-anggotanya.
Seorang gadis dengan rambut diikat keatas tengah belajar menggunakan bowgun, keringat yang keluar dari kulitnya menambah kesan cantik gadis itu. Tanpa sadar Fedrick menarik senyumnya.
"Ekhem! Khanzair lagi hm?" olok Sandro yang ternyata masih setia menunggunya.
"Bukankah aku menyuruhmu duluan? Kenapa masiu disini?" tanya Fedrick langsung merubah ekspresinya datar.
Sandro tertawa kecil, "Kau menyuruh kami duluan karna ingin melihat gadis itu kan? Berhenti berbohong Drick, anda suka dengan dia tapi dia tidak suka dengan anda."
Kata-kata itu membuat Fedrick mengepalkan kedua tangannya, dia bersiap untuk memukul mantan wakilnya itu akan tetapi dia berhasil mengendalikan emosinya.
"Ck, kita lanjutkan perjalanan." Sebelum pergi dia melihat kearah Khanzair lalu memalingkan wajahnya membuat sang mantan wakil memandang remeh.
Begitu keduanya sampai disebuah bangunan yang memiliki halaman rumah besar, anggota yang tengah berlatih langsung membungkukan badan sebagai tanda penghormatan.
Fedrick berjalan dengan angkuh keruangan pribadi para tetinggi, disana Blackswan serta Rynsama asik mengobrol. Fedrick menggebrak meja yang digunakan kedua wakil barunya untuk menumpu tangan.
"Dimana tanggung jawab kalian?" tanya Fedrick tajam.
"Le-lead..." panggil Rynsama gugup.
"Dimana tanggung jawab kalian!" tanya Fedrick tanpa mengubah pertanyaannya, kali ini dia meninggikan suara. Karna dalam peraturan Dark Rose, lead pantang mengulangi perkataan.
"Maaf—" Hanya itu yang bisa dikatakan oleh dua gadis tersebut.
"Aku memberikan kalian tanggung jawab untuk mengawasi anggotaku, dan ini yang kalian lakukan? Bagaimana jika dalam turnamen nanti Dark Rose kalah?!" Fedick kembali menggebrak meja, dia tak peduli tangannya terasa panas, amarah sudah menguasainya.
"Ini tidak akan terjadi lagi," ucap Blackswan.
Fedrick mendengus kesal, "Saya sudah menurunkan seseorang dari kedudukan wakil, jadi jangan membuat saya kecewa atau kalian akan kembali ke titik awal, " ancam Fedrick yang membuat kedua gadis itu langsung bergegas keluar untuk melaksanakan tugas.
"Pfftt... Kau lebih galak dari biasanya," ucap Sandro kembali mengolok leadernya.
"Berhenti mengejekku, sialan! Sekarang beritau aku apa misi Dark Danger selanjutnya?" tanya Fedrick lalu menarik satu kursi dan mendudukinya.
Raut wajah Sandro berubah seketika, "Kosmos."
(。’▽’。)♡
Kamito dan Blackkuma sedang menjaga Arya ketika Xiao Yui sedang mengobati para tetua.
Kamito menusuk-nusukkan jarinya ke pipi kiri Arya pelan, "Ini orang udah kayak simulasi meninggoy."
"Jangan dimainin, nggak sopan," peringat Blackkuma.
Tak lama kemudian, Xhuan datang dengan sebuah Kristal di tangannya, gadis itu mendekati Arya lalu menaruh kristal tersebut ditangan kanannya.
"Apa itu bun?" tanya Blackkuma.
"Kristal penyembuh, gue beli tadi," jawab Xhuan.
"Buang-buang koin," ucap Blackkuma.
"Trus lo mau Arya nggak ikut misi hah?" tanya Xhuan penuh penekanan.
Blackkuma bungkam kala kristal itu mulai mengeluarkan cahayanya dan mengangkat aura gelap yang menyelimuti Arya selama ini.
"Yang lainnya keluar dulu! dan panggil Yui kesini, " ujar sang leader. Dia dengan seksama mengamati perkembangan Kristal itu ditubuh Arya.
Saat blackkuma ingin mengatakan sesuatu, Kamito langsung mendorong paksa pria itu untuk keluar, karena sepertinya mood sangat leader sedang tidak bagus dan tak bisa dibantah.
"Semoga aja berhasil, " Kata gadis itu.
Dia duduk di salah satu bangku, tatapannya tak lepas dari Arya, menunggu kristal itu bekerja hinggal selesai.
"Bunda ada apa? " tanya Xiao Yui, wajahnya terlihat kebingungan karna ruangan Arya yang dipenuhi oleh aura gelap.
Selang beberapa menit aura gelap itu menghilang bersama dengan Kristalnya secara perlahan.
"Seharusnya sebentar lagi dia akan sadar, tolong jaga dia, " pinta Xhuan, dia beranjak dari tempat duduknya kemudian berjalan menuju portal.
Dia membuka hologram dan segera keluar dan tiba di tempat Khanzair yang masih fokus dengan latihannya.
"Serius amat, " tegur sang leader sambil bersandar di salah satu patung yang tak jauh dari gadis itu.
"Ah, biar kejadian kemarin nggak keulang lagi, makanya gue latihan, " kata gadis itu penuh semangat.
Xhuan tersenyum, dan segera mengambil bow yang sengaja dia bawa di punggungnya.
"Ayo sini biar gue ajarin, gue mantan archer lho, walaupun nggak terlalu bisa, tapi mungkin gue bisa membantu, " Katanya, dia berdiri di sebelah Khanzair dan mulai mengajarinya. Karna dulu Xhuan berada disalah satu guild yang anggotanya rata-rata memakai job anak emas atau lebih dikenal archer.
(。’▽’。)♡
Ketika kedua gadis itu kembali ke guild bar, mereka dibuat heran karena tak ada seorang pun disana namun suara berisik terdengar dari kamar guild.
Xhuan dan Khanzair saling memandang sebelum mereka bergegas menelusuri sumber kebisingan.
"Ada apa sih disana? " tanya Khanzair penasaran.
"Kayaknya Arya udah siuman, " jawab Xhuan lalu semakin mempercepat langkah menuju ruangan Arya.
"Hah siluman?"
"Siuman Za, nggak pakek l." Khanzair mengangguk paham.
Begitu sampai disana, Arya sudah siuman, namun terlihat sedikit lemas karena tak makan selama beberapa hari.
"Udah siuman Arya? " Taynya Xhuan yang menerobos kerumunan member untuk mencapai Arya.
"Iya bun, makasih buat kristalnya, " Kata Arya sambil tersenyum. Ia mendapatkan cerita dari Xiao Yui bahwa Xhuan menyembuhkannya dengan sebuah kristal.
"Nggak masalah, habis ini lo makan dulu biar nggak lesu kek begini," ucap Xhuan.
Ketika sedang asik mengobrol, Khanzair dengan suara cemprengnya menyapa cowok yang berada diatas kasur tersebut.
"Arya, apa kabar? " tanya Khanzair, dia duduk di dekat Arya sambil tersenyum riang.
Belum sempat Arya menjawab, Kamito menyela,"Awas dong, gue juga mau ngobrol ama Arya. "
"Ih kan bisa ngomong dari situ, kenapa mesti disini?! " kata Khanzair ketus.
"Idih, situ yang main terobos malah salahin kita lagi! " Blackkuma nggak mau kalah, dia menatap Khanzair kesal.
"Kalian kenapa sih, bang Arya masih harus istirahat tau! Kalian juga kan nggak Yui izinin sebenarnya buat kesini! " Gadis loli itu mulai kesal dan langsung mengusir mereka bertiga keluar dari ruangan.
Xhuan tertawa karena melihat tingkah absurd membernya, mereka bahkan masih bisa berdebat saat diluar ruangan.
"Kalau gitu istirahat dulu, malam nanti bakal gue umumin misi kita selanjutnya, jadi jangan banyak bergerak dulu, " peringat Gadis itu.
"Iya bun, " ujar Arya lemah, dia mulai duduk perlahan agak lebih mudah untuk makan.
Xhuan berjalan keluar dan menghampiri kedua tetua yang tengah duduk di meja bar.
"Malam nanti akan ada rapat, jangan sampai kalian bertengkar lagi apalagi saat misi. Atau kalian tau akibatnya. " Tatapan gadis itu dingin dan tajam, seperti tidak ada toleransi lagi.
Keduanya menundukkan kepalanya, mereka masih bungkam tanpa kata.