Kara masih setia menunggu Devan untuk menjawab pertanyaan nya. Terhitung sudah beberapa menit setelah Kara mengucapkan pertanyaan nya tadi, Devan masih enggan bersuara. Devan hanya terus memandangi lekat mata Kara yang juga sedang memandangnya.
"Devan jawab, atau kamu mau minta pendapat aku? " tanya Kara dengan nada lembut.
"Kalau aku. Hm, kalau aku pilih hubungan kita yang selesai van" Hampir. Hampir saja pertahanan Kara runtuh, namun bukan Kara namanya jika tidak bisa mempertahankan topeng nya.
"Kenapa?" Dari sekian lama Devan terdiam, akhirnya hanya satu kata itu yang mampu ia ucapkan.
"Karena hubungan kita..." belum sempat Kara melanjutkan sudah terlebih dahulu di potong oleh Devan.
"Bukan itu" kata Devan yang dibalas Tatapan bingung oleh Kara. "Kenapa kamu bisa sekuat ini ra, kenapa kamu bisa terlihat seolah olah kamu gak kenapa kenapa?" tanya Devan.
"Emangnya aku kenapa? Aku gak kenapa kenapa Devan. I'm Ok" elak Kara
"Oke, tapi kenapa kamu malah pilih hubungan kita yang berakhir ra?" tanya Devan lagi
"Jadi kamu mau nya gimana van?, apa kamu pikir hubungan kita masih bisa untuk di pertahankan?, kamu gak berniat tetap pacarin aku dan selingkuh sama Dina kan van?"
"Enggak Kara enggak, apa masih bisa kamu kasih aku kesempatan kedua? Kita perbaiki hubungan kita. Kita tata ulang dan kita mulai dari awal lagi hubungan kita" ucap Devan
"Terus Dina mau kamu kemanakan Devan?"
"Aku bakalan putusin Dina. Dan setelah itu cukup kamu satu satu nya. Aku janji gak bakalan ulangin lagi kesalahan aku. Maafin aku Kar, kamu mau kan kita mulai dari awal lagi?" Mohon Devan.
"Dan biarin kamu nyakitin satu hati lagi, iya van begitu maksud kamu?. Devan, sekarang kamu udah nyakitin satu hati yaitu aku, terus nanti saat kamu coba sembuhin hati aku lagi, kamu malah bakalan nyakitin hati lainnya, hati Dina. Begitu van? Aku baru tau kalau kamu juga punya sifat egois van" Ucap Kara tak habis pikir dengan jalan pikiran Devan.
"Terus gimana Kara. Aku gak mau kehilangan kamu, aku gak mau kamu pergi dari aku. Aku sayang kamu" Ucap Devan sembari memegang tangan Kara.
"Van, kamu sadar gak? Dengan kamu memilih selingkuh dari aku, secara gak langsung kamu udah nyuruh aku pergi perlahan dari kamu"
"Maaf, maafin aku. Kasih aku kesempatan buat perbaiki semua yang usah aku rusak Kar" Devan terus saja memohon kepada Kara.
Namun Kara tetap pada keputusannya "Van, kamu pasti sering dengar perumpamaan kaca kalau udah pecah gak bisa kembali utuh. Kalaupun masih bisa di perbaiki pasti udah gak sesempurna sebelumnya. Sama kayak hubungan kita" Kara menjeda ucapannya sejenak kemudian meneruskan nya lagi
"Dari pada kamu terus berusaha memperbaiki apa yang udah gak bisa diperbaiki. Mending kamu lanjutin apa yang sedang kamu bangun. Aku yakin, Dina punya apa yang gak aku punya. Makanya dia bisa singkirin posisi aku disini" Telunjuknya menunjuk dada Devan "Di hati kamu. Jadi, jangan buang waktu kamu untuk memperbaiki apa yang udah gak bisa di perbaiki. Tapi pertahankan apa yang udah kamu punya sekarang. Dan aku akan mundur.
Karena, semenjak kamu bawa orang lain dalam hubungan kita. Konsekuensinya Jelas, bahwa aku yang harus mundur".
"Jadi, Udah gak ada kesempatan lagi ya Kar? " Tanya Devan tersenyum kecut. Sekarang ia baru benar benar merasakan apa itu arti kehilangan.
Kara tersenyum "Semoga langgeng. Jangan pernah ulangi kesalahan yang sama. Semoga gak ada Kara lainnya setelah ini ya van". Meskipun hatinya hancur, namun ia akan terus memaksakan senyum palsu itu.
"Iya Kar, tadi kamu yang cerita. Sekarang kamu mau dengar cerita aku gak?" Tawar Devan
"Boleh. Aku mau dengar"
Hari itu. Mereka lewati dengan bercerita tentang banyak hal.
Mulai dari cerita Kara bertemu dengan lelaki yang mirip dengan Devan hingga cerita Devan tentang lelaki brengsek yang menyakiti hati yang tulus mencintainya.
Hola guys
Part ini pendek nya bingung mau nulis apa lagi heheh.
Jangan lupa vote dan komen nya:)
#SupportUMKM
See you🔥