🌷[16] Revenge|[MinChan]

By thevee19

31.3K 2K 368

Minho dan Bangchan sudah memiliki kehidupan kecil yang sempurna bersama kedua putra mereka, dan calon anggota... More

01: Baby
02. Salon
03. Mood
04. Family
05. Parfume🔞
06: Stay Home
07: Meet Her🔞
08: Who's Her?
09: Sad or mad
10. Stress
11. Fine
12. It's not Fine
13. Help me!🔞
15. search
16: Tattoo
17: find them
18: Having fun?
19: It's all about revenge
20: child criminal
21: let's just end it...
22: The End

14. Late🔞

1.5K 91 8
By thevee19


Happy reading.

.
.
.

"Get off... Get off ahk!"

Chan lelah, sangat lelah tapi demi harga diri dia tetap memaksakan tubuhnya untuk memberontak, memukul-mukuli dada Ian sebelum kedua tangannya di tahan di dua sisi kepalanya oleh orang itu. Bagian bawahnya sudah mati rasa karena di masuki paksa terus menerus, mereka menggunakan mulut dan lubangnya bergiliran tak membiarkan bagian itu menganggur.

Chan tidak tau sudah berapa lama tapi rasanya seperti selamanya, waktu mengerikan seperti berada di neraka. Teriakan keluar dari tenggorokan nya yang sakit sementara tawa senang keluar dari mereka yang melecehkannya dengan gila. Tubuhnya yang sudah sangat pucat terhentak-hentak, beberapa bagian yang merah adalah sudut matanya yang sembab, luka serta bekas darah di tubuhnya.

Selebihnya, seperti mayat. Chan tidak mengerti apa yang orang-orang ini inginkan darinya, dia tidak membuat masalah dengan siapapun bahkan tidak pernah bertemu siapapun di balik topeng itu.

Tapi kenapa? Kenapa dia selalu di perlakukan seperti ini? Sedari dulu dan bahkan sekarang. Chan rasanya ingin bertanya, dia ingin bertanya pada tuhan (jika memang ada) mengapa nasibnya selalu seperti ini?!

Kenapa?!

Tangisan anak-anak membuat Chan menoleh ke arah Demian tidak bermaksud memelas tapi Chan yakin jika keadaan dia memang sudah kacau. Dia bahkan tidak ingin merasakan cairan putih lengket yang berbau khas di sekujur tubuhnya yang membasahi pakaiannya, dan yang paling menjijikan juga berada di rambut.

Chan merasa jijik.

Dia berusaha bicara untuk memohon pada mereka semua berhenti, ingin berkata: 'ambilah apapun yang kalian inginkan tapi cepat keluar dari rumah ku dan jangan pernah kembali' namun setiap dorongan brutal itu membuatnya bernafas terengah-engah, sangat kesulitan dengan pusing dan keram di perutnya.

Telinganya sudah sangat terbiasa dengan penghinaan dan ejekan dari mereka tapi yang paling mengganggu nya adalah tangisan anak-anak nya. Tubuh bagian bawahnya seperti hancur ketika Dreck dan Donny memasukinya secara bersamaan. Sesuatu paling besar yang pernah dimasukan ke lubangnya, dan lalu di susul Jhon serta Ian.

Chan belum pernah mendapat Double penetration, dia selalu menolak dengan alasan takut setiap kali Minho mengungkapkan ide agar mereka mencobanya dengan dildo.

Dan Chan tau dirinya benar, itu menyakitkan.

Sudah banyak teriakan, permohonan dan air mata yang keluar dari Chan yang tidak merasa dirinya bisa bertahan. Dia membiarkan kepalanya terkulai lemas ke samping, semua seperti berputar dan pandangan memburam, kesia-siaan dia lakukan dengan mengutuk dalam hati tapi sebuah harapan muncul begitu ketika pandangan kembali normal ia melihat pistol yang tadi terlempar dari tangannya.

Berada di belakang kaki ranjang, tak jauh darinya. Pusing itu kembali, darah keluar dari hidung nya tapi Chan memilih untuk tidak peduli, dia sudah kehilangan banyak darah dari luka di lubang sana, yang melumuri penis para 'Bajingan' itu jadi kehilangan sedikit lagi tidak apa-apa. Bagus Chan, kau hanya perlu satu ke keberuntungan dengan satu tangan yang masih bisa di gerakan.

Secara tiba-tiba dia memilih menjatuhkan diri kesamping dengan kuat.

Membuat koneksi ke tubuhnya terputus.

Suara benturan dan rasa sakitnya terbayarkan oleh rasa puas ketika dirinya bisa meraih pistol tersebut, tanpa berpikir panjang berbalik menghadap Ian lalu menembak nya. Chan memejamkan mata, reaksi spontan karena darah yang terciprat kearahnya.

Ian diam dengan lubang di kepalanya. Sudah di pastikan dia telah tewas. Chan bersingkut mundur menggunakan satu tangan begitu mereka ricuh karena apa yang baru saja dia lakukan.

"Fuck shit! That enough! BITCH!" Mereka mulai mengumpat, mengutuk Chan dengan berbagai kata kasar sembari membenarkan pakaian masing-masing sebelum kembali mendekati Chan, kali ini dengan emosi membara seperti ketika gagal membunuh nyamuk yang terus menganggu.

Chan tidak bisa melawan, jadi dirinya kembali bertahan begitu Jhon menjambak dan membanting kepala ke sudut ranjang yang mana itu menghasilkan dahinya berdarah. Sementara Dreck merapikan jasad Ian, samar-samar Chan bisa melihat sesuatu tanda yang terlihat di tangan jasad itu karena lengan bajunya yang tak sengaja terangkat.

Dia yakin pernah melihat itu tapi dia tidak bisa berpikir lebih jauh ketika tendangan kuat ia terima di perutnya dari Donny yang sebelumnya mengambil ancang-ancang. Chan berteriak tanpa suara, meremat perutnya dengan erat sembari memejamkan mata, menahan sakit yang teramat sangat serta rasa logam amis dari darah di mulutnya.

Chan muntah darah.

Merasa jika sang mangsa tidak akan selamat mereka satu persatu keluar, jasad Ian di bawa oleh Donny dan Dreck, Jhon mengambil tas berisikan barang curian. Damien memandang rendah pada Chan, hanya dialah yang belum keluar untuk menikmati melihat Chan yang sekarat namun masih mencoba bertahan.

"It's good to see you near the end."

Chan menghiraukan nya tapi tidak sampai dia berjalan dan berhenti di dekatnya, menodongkan senapan ke arah lemari untuk menjelaskan tanpa kata apa yang aka dia lakukan pada anak-anak Chan.

"P-pelase... D-don't... " Ia memohon di helaan nafas tipis. Damian mendengus, menendang Chan agar lepas darinya "Sad, you can make another baby."

Chan menggeleng "p-ple-please... I beg y-you." Menangis.

Sekali lagi Damian mendengus. Melepaskan timah panas yang melesat secepat kilat, membolongi pintu lemari dimana ada dua anak kecil di dalamnya. Chan berteriak serak, semakin gemetar menyeret tubuhnya dengan satu tangan karena tangannya yang lain patah.

Mempertahankan kesadarannya yang kian menipis, ada segumpal besar kesenangan begitu tangisan anak-anak nya semakin menguat. Chan menghela nafas lega dengan sulit, ia menyandarkan kepalanya pada pintu lemari karena tidak bisa berdiri untuk membukanya.

"Very sweet Mother." Chan menatap lelah pada Damian yang menodongkan senapan ke arahnya "I will give you the honor of dying slowly next to your children."

Peluru melesat, mengenai pundaknya, menembus kulitnya. Membantu mengurangi kesadaran nya, tidak! Dirinya tidak boleh mati sekarang. Dengan satu tangan mengelus perutnya, menepuk-nepuk pelan seperti memberi ketenangan untuk sang janin dan dirinya sendiri.

Siulan Damian menggema.

Sebelum akhirnya menghilang ditelan jarak. Meninggalkan dirinya sendiri berlumuran darah dan sperma dikelilingi tangis histeris di kembar, dan jain yang Chan harap bisa dia selamatkan "I-im sorry..."

Setetes air mata jatuh ke dadanya.

"Please stay save in there..."

.
.
.

Minho tidak bisa berpikir.

Dia tidak bisa lagi bersikap tenang begitu melihat keadaan rumah yang kacau seperti ada perang antara kucing dan anjing tapi tentu itu tidak akan terjadi mengingat Berri adalah kucing yang tenang.

Dan, hey! Mereka tidak punya anjing.

Dengan keanehan itu, ia cukup yakin ada yang salah jadi dengan mengabaikan teriakan Felix dan Changbin di belakangnya, ia dengan cepat berlari menaiki tangga seperti orang kesetanan karena nyatanya panggilan bertubi-tubi dari Chan membuat dia sangat panik dan keadaan rumah seperti ini memperburuk keadaan.

Dia mengecek ke kamar si kembar dan tidak ada siapa-siapa. Dibelakang, Changbin dan Felix berusaha menenangkan "Bagaimana aku bisa sialan?!" Dia berteriak frustrasi, memanggil nama Chan disepanjang jalan menuju kamarnya dan berhenti memanggil bukan karena di melihat keadaan kamar yang sudah sangat hancur.

Tapi karena ia melihat pasangannya.

Orang yang dia cintai terkulai lemas, bersender pada pintu lemari yang digedor-gedor dari dalam "CHAN!" Dia menerjang untuk memeluk Chan, menampar- nampar pelan pipi Chan berharap itu berhasil untuk membuatnya sadar "Dear? Please sadarlah!"

Minho bersumpah dia akan menangis ketika mata sayu Chan terbuka, begitu sembab, merah dan bengkak. Lihatlah, wajahnya bahkan babak belur dan Minho sudah tidak ingin mengatakan apapun tentang keadaan tubuh Chan yang menyedihkan.

"B-babe... "

Minho menarik kerah pakaian Chan ke kanan, hingga memperlihatkan lubang kecil menganga di pundak "B-babe the kids... " Dia mengangguk paham, memberi isyarat pada Chan untuk tidak banyak bicara sementara, dia menggendongnya seperti pengantin ke ranjang, membaringkan dengan perlahan.

Membuka pintu lemari dengan kunci candangan "PAPWA!" Tangisan dan tubuh kecil si kembar melompat senang melihat sang ayah. Minho memeluk mereka dengan erat, mencium pipi keduanya "It's okay, papa here... "

"Ouch!"

Wajah Changbin mengerut ketika dirinya sampai di kamar itu, melihat noda seretan darah dilantai dari depan ranjang hingga ke depan lemari, membuat otaknya menebak dan membayangkan betapa Chan berusaha kerah untuk mendekat pada si kembar.

Changbin yakin itu darah Chan. Noda merah darah yang menutupi kakinya seperti stoking sudah cukup jelas. Dia tidak bisa membayangkan apa dialami pemuda itu...

Tidak, tidak. Dia sangat bisa membayangkan dan menganalisis. Dari luka memar, lecet atau bahkan ruam di tubuh Chan ia bisa tau, belum lagi bau menyengat sperma dan keringat, pecahan kaca di lantai dan peluru bekas. Ini jelas perampokan bersenjata.

Felix mengambil alih Nathan dan Changbin mengambil Andrew dari Minho. Membantu sang rekan untuk bisa mengendong Chan yang sudah tak sadarkan diri lalu pergi menuju mobil.

"It's okay baby, papa's here! papa with you! Your Daddy will be fine!" Minho berbalik dari kursi pengemudi untuk mengusap rambut Andrew lalu Nathan bergantian, menenangkan si kembar yang tidak berhenti menangis dan memanggil ibu mereka di pangkuannya Changbin dan Felix.

Minho mengusap pipi Chan "Maafkan aku dear."

Ini adalah kali pertama mereka melihat mata Minho merah karena menahan air matanya. Felix mendengus, sepanjang perjalanan tak henti memperhatikan Minho, keadaan kakaknya sekarang membuat dia mengengingat masa lalu.

.
.
.

Seungmin kira dirinya akan lembur untuk membereskan barang-barang nya, tapi ternyata Lee Minho membuatnya salah dengan membuatnya lembur untuk menolong Bangchan. Tidak ada yang bisa dia katakan banyak tentang kondisi pemuda itu dan Hyunjin mewakili dirinya untuk bertanya pertanyaan bertubi-tubi pada Minho yang sama sekali tidak menjawab.

Tidak ada yang perlu dia ketahui Sekarang, dengan tergesa-gesa dia langsung menyiapkan kembali peralatan, kembali menata ulang yang berarti dia dan Hyunjin harus memulai dari awal lagi nanti. Itu bukan masalah besar, yang terpenting sekarang adalah menolong Chan bertahan hidup.

Ketika semua telah siap Minho membaringkan Chan di ranjang Pasian dan Seungmin langsung menyuruh semuanya keluar kecuali Hyunjin, sejauh ini hanya pemuda itu yang bisa dia jadikan asisten karena Minho pasti akan terbawa perasaan ketika dia memeriksa Chan.

Lampu dinyalakan, peralatan operasi telah disteril dan berjajar rapi. Seungmin memakai sarung tangannya, dia tau hanya ada satu yang bisa bertahan.

TBC

:)))))

Yeaaah

Continue Reading

You'll Also Like

BAD HUSBAND By Rara

Teen Fiction

49K 3.9K 23
⚠️Book Karyakarsa,⚠️ Haruto Watanabe seorang anak manja yang dikenal sebagai pembully yang cukup kejam. Dia tak peduli korban akan mengalami hal apa...
87K 8.6K 35
[COLABORATION PROJECT) Hybird rubah pertama yang selamat dan berhasil dibuat oleh jemari terlatih ilmuan. Ekor emas dengan ujung putih lebat, sepasan...
2.9K 244 14
Disini miguel yang biasa nya dianggap ketua kelas yang ganteng dan maskulin sama seluruh murid SMK nya, tiba tiba dapet cobaan pas murid baru dari ba...
4.1K 258 11
Lee Minho yang tertipu dengan sikap manis seorang Han Jisung namun tak pernah bisa lepas dari pesonanya. NOTE: Sub : Lee Know Dom : Han Jisung [TOLON...