Semenjak siuman dari pingsanmu. Kamu hanya termenung sembari menggeser layar kalender yang ada di ponselmu. Mendengar kabar bahwa kamu hamil membuatmu sedikit bingung.
Baiamana bisa kamu tidak merasakan tanda-tanda apapun? Bahkan seperti mual di pagi hari atau ngidam seperti ibu hamil lainnya. Bahkan kamu mengira tidak menstruasi selama 2 bulan karena faktor stress.
Terdengar helaan nafas panjang dari mulutmu. Kamu menaruh kembali ponselmu di atas meja sembari menunggu bibi Nam kembali.
Sesekali kamu menyentuh jidatmu, barangkali kamu hanya Sakit dan Bibi Nam hanya berbicara melantur tadi. Kamu yang merasa bosan di dalam kamar berjalan turun dari kasur dan duduk di dekat jendela.
Membuka jendela tersebut untuk menikmati udara dingin dari hujan yang masih terus turun. Kamu sangat menyukai suasana hujan yang sudah mulai tenang tidak ada gemuruh petir seperti tadi.
"Aduh non! Jangan duduk disitu nanti kedinginan," cegah bibi Nam.
Wanita paruh baya yang baru saja kembali dari urusan administrasi obat langsung mencegahmu dan dengan cepat menutup jendela kamarmu.
" kenapa? Ini menyegarkan," ucapmu membuka kembali jendela kamarmu.
" nanti non bisa sakit," omelnya. Dia langsung menuntunmu kembali ke ranjang dan membantumu menaikkan kakimu ke atas kasur.
"Bi, aku cuma demam. Bukan sakit keras, jangan berlebihan."
Kamu yang merasa bibi Nam terlalu berlebihan merawatmu merasa tidak enak karena sudah merepotkan wanita tersebut. Bibi Nam tak memperdulikan ucapanmu dan malah menutupi separuh tubuhmu dengan selimut tebal.
Tangan wanita tersebut menggenggam tanganmu yang membuatmu menoleh ke arahnya kebingungan.
"Kalian sudah sangat dewasa sekarang," ujarnya tiba-tiba.
Kamu langsung terkejut saat tiba-tiba bibi Nam menangis di hadapanmu. Tanganmu dengan cepat mengusap air maya yang turun dari mata bibi Nam agar tidak membasahi wajahnya.
"Bibi."
Bibi Nam langsung tertawa kecil melihatmu yang terlihat khawatir kepadanya. Bibi Nam yang masih terharu hanya bisa tersenyum sembari mengusap genggaman tanganmu.
"Ingat satu hal non. Kalian akan menjadi orang tua sekarang. Semua permasalahan pasti ada ujungnya. Turunkan ego dan gengsi kalian. Ucapan maaf memang tidak mudah di ucapkan tapi sangat berpengaruh besar bagi kehidupan."
Bibi nam mengambil nafasnya dan membuangnya secara perlahan sambil berkata," non jaga baik-baik anak itu ya. Bagaimanapun juga, dia keturunan pertama keluarga kalian"
Cklek
Pintu kamar terbuka menampakan winwin yang baru saja datang dengan sekantong obat di tangannya.bibi Nam langsung menoleh ke arahnya dan berdiri dari duduknya.
" bibi pulang dulu ya, mau ambil baju untuk besok,"pamit bibi Nam.
"Bibi," panggilmu menahan bibi Nam untuk tidak pergi.
" ingat kata-kata bibi," ucap Bibi Nam sebelum benar-benar pulang ke rumah.
Setelah bibi Nam keluar dari kamar inapmu hanya tersisa kalian berdua. Winwin yang masih berdiri di dekat pintu dan dirimu yang sibuk menurunkan ranjangmu menjadi posisi ternyaman.
"(Y/n) gu-"
Ucapan Winwin terpotong saat dirimu mengangkat tangan ke arahnya untuk mengisyaratkan dia tidak berbicara denganmu untuk saat ini.
"Besok aja, gue ngantuk,"ujarmu.
Kamu langsung menarik selimutmu dan memejamkan matamu denga cepat agar bisa tertidur nyenyak. Winwin tidak marah dengan sikapmu saat ini karena memang dia yang salah karena meninggalkanmu di kampus tadi.
Winwin menaruh kantong obat tersebut di atas meja dan keluar tanpa sepatah katapun. Hal itu membuatmu langsung membuka matamu dan terbangun dari tidurmu.
"Hanya itu?"
Kamu mendengus tak percaya jika Winwin benar-benar tidak berusaha untuk mencairkan suasana denganmu. Kamu tahu jika karakter Winwin memang seperti itu tapi,
Bukankah ini berlebihan.
" dasar tidak tah-"
Cklek
Kamu langsung kembali tiduran di atas kasurmu saat mendengar pintu kamar yang terbuka. Disana ada Winwin yang baru saja masuk ke dalam ruangan setelah pergi keluar sebentar.
Laki-laki itu menarik kursi untuk duduk di sebelah ranjangmu. Dia membuka Jas kerjanya dan meletakannya di bagian belakang kursi. Setelah itu, dia terdiam sembari memperhatikanmu.
" gue tau lo belum tidur," ujarnya yang sontak membuatmu terdiam.
Kamu perlahan membuka matamu dan melirik ke arahnya yang tengah menatapmu dengan tatapan yang sendu. Kamu yang merasa sedikit kasihan kepadanya langsung terbangun dan menekan tombol pada ranjangmu agar bisa bersandar.
"Kenapa baru bilang?" Tanyanya.
Kamu langsung menoleh ke arahnya dengan kening yang berkerut bingung," bilang apa?" Tanyamu berbalik tanya.
" lo hamil kan," ujarnya langsung pada intinya.
Hal itu membuatmu sedikit canggung dan mengalihkan pandanganmu ke arah lain dan tidak menatap ke arahnya.
" gue juga baru tau," jawabmu.
"Bohong."
Saat mendengar hal itu kamu langsung menoleh ke aranya dengan kesal. Bagaimana bisa dia berbicara seperti saat kamu memang baru mengetahui hal ini hari ini.
"Gue juga baru tahu hari. Dan gue juga gak nyadar kalau gue hamil, kok lo malah bilang gu- ngapain ketawa?" Tanyamu kesal saat melihat Winwin malah tertawa saat tengah di marahi olehmu.
Dia langsung tersenyum dan meraih tanganmu untuk di genggam olehnya. Dia mengusap genggaman tanganmu sembari tersenyum kecil.
"Gue suka cara lo marah," ujarnya yang seketika membuatmu mendengus kesal.
" ya udah kita marahan aja," gerutumu kesal. Tapi Winwin malah tertawa dan kembali menatap matamu.
" maaf atas hal di parkiran tadi siang," ucapnya meminta permohonan maaf darimu.
" maaf udah buat lo kehujanan tadi."
" maaf untuk semua hal yang membuat lo kesel belakangan ini"
"Maaf karena gue selalu sibuk di kantor dan gak ada waktu sama lo belakangan ini"
" maaf untuk semuanya. Maaf," ujarnya dengan mata yang entah kenapa mulai memerah menahan air mata.
Kamu yang mendengar hal itu menjadi sangat tersentuh. Seorang Nauvaldy Winwin, laki-laki ketus dan dingin menurunkan harga dirinya yang sangat tinggi hari ini, menurunkan gengsinya untuk meminta maaf padamu hari ini.
Hal tersebut membuatmu sangat tersentuh olehnya dan membuatmu ingin menangis mendengarnya.
"Maaf jika gue belum nepatin janji gue sama papah buat bahagiain lo"
" maaf un-"
Permintaan maaf winwin langsung terhenti saat dirimu langsung memeluk suamimu itu dengan cepat. Kamu memeluknya untuk menyembunyikan air matamu yang ikut mengalir akibat perkataanya.
"Berhenti bilang maaf, gue merasa jadi istri yang membangkang karena permintaan maaf lo," ujarmu yang masih dalam keadaan terisak.
Winwin yang mendengar hal itu langsung tertawa disertai tangisan yang juga lumayan deras. Tangannya sibuk mengusap air mata di wajahnya dan mengusap bagian belakang kepalamu dengan penuh kasih sayang.
Kamu melepaskan pelukanmu dan tertawa melihat wajah Winwin yang memerah akibat menangis. Begitupun Winwin yang tertawa melihat wajahmu yang sangat jelek ketika menangis.
"Jelek"
"Jelek"
Hingga tanpa sadar kalian mengejek satu sama lain yang membuat kalian juga tertawa akibat ejekan masing-masing.
Winwin kembali memeluk tubuhmu dengan erat kali ini seperti tidak ingin melepaskannya.kamu juga ikut memeluk erat Winwin dengan senang.
" aku cinta kamu"
Oekk
"Aneh banget dengernya" ujarmu seakan ingin muntah mendengar pernyataan Winwin. Laki-laki itu juga langsung tersipu setelah mengatakannya dan menyembunyikan wajahnya di perutmu.
"Dulu perut ini dipenuhi olej lemak, sekarang ada nyawa lain di dalamnya," ujar Winwin sembari menusuk-nusuk pelan perutmu gemas.
"Nyebelin!"
■■■■■
Haii
Apa kabar?semoga dalam keadaan baik♡♡
Hehehe semoga suka dengan kerandoman ini
Jangan lupa untuk votment uri readersnim♡♡