Welcome back again!!!!
Jangan lupa Vote and komen ya guys...
Happy Reading.
*******
Kini di tempat kejadian yang baru saja terjadi, masih ada Maudy, Dara, Araaf, dan Gio.
"Maksud lo apa?" Ucap Gio mencengkram kerah jaket Araaf.
"Lo budek atau gimana sih? Tadi kan udah gue bilang, kalau gue itu gak sengaja!"
"Alasan! Lo pasti mau nyelakain Misel kan?ngaku lo!" Ucap Gio.
"Terserah. Gue udah bilang, gak sengaja ya gak sengaja."
"Gio! Udah dong! Araaf udh bilang kalau dia gak sengaja!" Ucap Maudy seraya melepaskan tangan Gio dari kerah jaket Araaf.
"Kalian sahabatan kan?Jangan karna kesalahpahaman, kalian jadi bertengkar dan hancur!" Ucap Maudy.
Drtt
Drtt
Bunyi ponsel Araaf. "Halo mih?"
"Den Araaf, ibu den." Ucap seseorang di telfon.
"Mamih kenapa bi?"
"Ibu pingsan."
"Oke, aku pulang sekarang ya bi." Ucap Araaf menutup panggilan tersebut.
"Kenapa raaf?"
"Nyokap gue pingsan. Kayaknya ngedrop lagi deh." Ucap Araaf
"Gue temenin ya."
"Yaudah, kalau lo gak keberatan."
"Gue duluan ya dar." Ucap Maudy.
"Gue ikut ya." Ucap Dara merengek.
"Gausah. Gio, titip Dara ya." Ucap Maudy seraya masuk kedalam mobil Araaf.
"Anterin gue pulang pokoknya!"
"Ya." Ucap Gio dengan memanjangkan ucapannya.
*********
Dirumah sakit, terbaring seorang wanita yang lemas. "Mih." Panggil seorang laki-laki yang berada disampingnya, cemas dan gelisah.
"Bi, kenapa mamih bisa pingsan kayak gini?"
"Tadi pas bibi pulang dari pasar, Ibu sudah pingsan den, jadi bibi langsung nelfon aden."
"Mih, bangun mih." Ucap Araaf seraya mengenggam tanggan Dinda, mamihnya.
Tiba-tiba ada seorang dokter masuk. "Keadaan bu Dinda semakin menurun, saya sarankan, bu Dinda dirawat sampai keadaannya jauh lebih baik. Saya juga bisa mengontrol perkembangan bu Dinda secara langsung." Ucap Dokter itu.
"Berikan perawatan terbaik buat mamih dok, asal mamih bisa sembuh."
"Saya tidak bisa menjamin kesembuhan untuk bu Dinda, apalagi mengingat penyakit yang bu Dinda derita, itu sangat sulit untuk disembuhkan, tapi saya berusaha yang terbaik buat bu Dinda." Ucap Dokter.
Tiba-tiba Dinda membuka matanya, ia sadar dari pingsannya. "Raaf," Panggil wanita itu yang langsung membuat Araaf menoleh kepadanya.
"Mih, mamih pasti sembuh, kita jalanin sama-sama, oke?" Ucap Araaf
********
Setelah kesedihan yang terjadi di ruang rawat, kini dua orang sahabat itu, berada di taman seraya melihat bintang. "Raaf,"
"Hmm?" Gumam Araaf masih setia memandangi bintang.
"Lo inget gak, dulu waktu kita kecil, kita sering banget tiduran di taman cuma buat lihat bintang. Kalau gue gak nurutin kemauan lo, pasti lo nangis dan marah sama gue." Ucap Maudy seraya memandang Araaf dengan tatapan sedih.
"Dan, gue selalu ngebuat lo takut." Ucap Araaf melepas pandangannya dari bintang dilangit, dan menatap Maudy.
"Yes. Dulu, lo itu jahil banget. Kayak nya kalau lo gak ngejailin gue sehari aja, gak tenang hidup lo. Hahaha." Ucap Maudy, tertawa.
"Raaf, lo dulu pernah janji sama gue." Ucap Maudy membuat Araaf bingung.
"Lo janji akan selalu bersama gue, bagaimana pun keadaannya. Dan lo janji akan buat gue jadi ratu lo," Ucap Maudy dengan matanya yang berkaca-kaca, ia sedih mengingat janji yang Araaf buat untuknya.
"Sorry, gue gak bisa nepatin janji gue. Jangan berharap sama gue, dy. Lupain Araaf kecil yang ngomong itu ke lo. Banyak laki-laki lain yang pantas daripada gue. Kita sahabat dan akan selamanya sahabat."
Air mata Maudy jatuh ketika mendengar perkataan Araaf 'Kita sahabat dan akan selamanya sahabat'.
"Maaf, udah buat lo kecewa. Tapi ini yang terbaik buat persahabatan yang udah kita jalanin dari kecil. Gue gak mau persahabatan kita hancur cuma karena cinta."
Maudy membuang pandangannya ke kanan dan menghapus air matanya menggunakan tangannya sendiri. Ia kembali menatap laki-laki itu, dan pamit untuk pulang. "Yaudah kalau gitu, gue pulang ya. Udah malam juga nih, besok kan sekolah. Gue takut telat masuk."
"Mau gue anterin?" Tanya Araaf.
"Oh, gak usah. Gue bisa pulang sendiri, lagian juga didepan banyak taksi tuh."
"Yaudah kalau gitu, hati-hati ya, dy."
*******
Di kelas XI IPA 1. Gaduh, berisik, dan ramai seperti dipasar. Jamkos salah satu kebahagiaan yang dinantikan. "Devan!!" Teriak Dara, pada Devan yang berlarian di kelas.
"Apaan?" Ucap Devan, yang membuatnya berhenti berlari.
"Lo nginjek sepatu gue dodol." Ucap Dara marah.
"Maaf,gak sengaja. Lagian juga sepatu lo gak nangis tuh." Ucap Devan.
"Baru gue cuci ni sepatu, pokoknya cuciin nanti!" Ucap Dara berdiri dan menghampiri Devan.
"Ya Allah kaga ada yang kotor dah perasaan." Ucap Devan memperhatikan sepatu Dara.
"Harus cuciin pokoknya!"
Devan menjitak kepala Dara. Lalu ia berlari menghindari gadis yang sekarang mentingin kesakitan.
Devan berlari begitupun Dara, kini mereka menjadi pusat kekacauan, anak kelas XI IPA 1 menonton dengan serius.
Tiba-tiba, ada pak Udin datang. "DARA! DEVAN! Kalian ini kenapa sih, gak pernah akur." Teriak pak Udin yang membuat seisi kelas diam.
********
Bel istirahat tiba. Kini kantin sangat penuh dengan puluhan siswa dan siswi SMA Garuda. Misel, Maudy, dan Dara sedang duduk dipojok kantin. "Maudy, gimana keadaan nyokap nya Araaf?"
"Kenapa sama nyokapnya Araaf?" Tanya Misel dengan penasaran.
"Keadaanya, semakin menurun, tapi dokter akan berusaha untuk memberikan yang terbaik." Jawab Maudy.
"Emang sakit apa sih nyokapnya?"
"Kanker stadium 4, susah buat disembuhin, obatnya juga banyak banget."
"Kalau orang sakit itu, gak harus juga bergantungan sama obat, kebahagian juga penting buat orang yang sakit." Ucap Misel.
"Ya, true." Ucap Maudy mengangguk.
********
Bel pulang sekolah berbunyi, membuat murid-murid keluar kelas dan bergegas pulang.
Misel, Maudy, dan Dara, sedang berjalan melewati lapang. Disana juga ada Gio, Abyan, Liam, Devan dan sebagian anggota basket lainnya yang sedang latihan. Terlihat Abyan, sedang mendribble benda bulat itu, ketika ia ingin memasukkan ke ring, bola itu jatuh teater di kepala Misel. "Awwhh." Ringis Misel seraya mengusap kepalanya yang terkena bola.
"Sel. Lo gapapa?" Tanya Maudy.
Dara langsung mendekati Abyan, dan memarahinya. "Lo gak liat apa!"
"Gue gak sengaja, sorry Sel." Ucap Abyan.
"Iya. Gapapa, lainkali hati-hati." Ucap Misel.
Maudy yang berada tepat di samping Misel, menyadari ada darah mengalir lambat di hidup Misel. "Sel. Hidung lo." Ucap Maudy.
Misel mengusap bawah hidungnya dan mendapatkan darah. Tiba-tiba ia merasakan pusing dan beberapa detik kemudian ia jatuh pingsan. "Sel!" Teriak Maudy.
Dara yang mendengar teriakan Maudy, langsung menghadap ke belakang dan kaget. "Misel."
Gio, Liam, Devan, dan Abyan langsung mendekati Misel. Dan membawa Misel kerumah sakit.
********
I hope kalian suka cerita ini.