Malam itu Jeno dan lainnya menghabiskan waktu dengan diskusi tentang laporan mengenai Allard. Beberapa bukti kejahatan selain memperkosa di sekolah, Allard juga seorang pembunuh.
Allard mengenal baik seseorang yang saat ini posisinya sebagai tersangka. Johnny Suh yang ternyata kawan baik Allard. Laporan kehidupan Allard memberi keterangan singkat jika Allard mempunyai kawan baik bernama Johnny Suh.
Jeno mengambil beberapa bukti yang diamankan oleh tim Ar.L saat membekuk Allard. Beberapa barang curian dari Allard diperiksa oleh Jeno.
"Allard, dirinya mengabdi pada satu orang dan menjadi pemimpin di tempat langsung. Mendapat perjanjian besar membuatnya tutup mulut tentang boss nya" Chenle sambil melihat pc di depannya menjelaskan sedikit tentang Allard.
"Cek percakapan Allard selama ketemu Johnny Suh. Chip-nya udah ada kan?" Jeno bertanya pada Chenle.
"Iya udah. Btw bang Jen, lo ga curiga mereka ada karena Erlosa?" Chenle sambil fokus pada mouse di tangannya bertanya.
"Curiga kok dari awal. Curiga gue mulai dari orang rambut silver yang mati di apart gue. Terus kita kejar-kejaran di basement. Ternyata gue baru sadar mereka pasang jebakan disana"
"Makanya lo bisa luka waktu itu, karena mereka udah tau seluk beluk apartemen lo?" Chenle menyimpulkan.
"That's right" Jeno menjawab pasti.
"Terus selama ini lo diintai disana? Dalam artian kamar lo disadap sama mereka?" Simpulan-simpulan khawatir Chenle mulai menyerbu Jeno.
"Mereka ga seberani itu. Karena kamar gue bakalan kebakar kalau ada penyusup. Otomatis ruangan setelah pintu apart gue dan lainnya adalah sumber informasi mereka"
"Ruangan setelah pintu apart lo? Kamar apartement selain kamar lo dong" Chenle kembali bertanya.
"Iya, jawabannya ada di kamar yang disewa Johnny. Mereka gagal nge-bom gue berakhir Johnny yang nyerang pake tangannya sendiri" Jawab Jeno.
Chenle kembali diam dan fokus pada layar pc didepannya sedangkan Jeno duduk diam membuka laptop miliknya.
"Lo masih pasang kamera disana? Bukannya udah ganti pemilik kamarnya" Tiba-tiba suara Mark terdengar melihat ke arah laptop Jeno.
"Iya emang ganti pemilik. Tapi pemiliknya sekarang mantan anak buah Erlosa" Jawab Jeno yang masih fokus ke layar.
Tiba-tiba keadaan ruangan menjadi hening ketika Jeno menyebutkan jika pemilik kamar itu bukan lagi Johnny Suh melainkan mantan anak buah Erlosa.
"Jen, lo ga lupa Erlosa pernah bilang apa?" Suara Renjun memecah keheningan mereka.
Jeno hanya terdiam, tidak menjawab pertanyaan Renjun.
"Selama bawahan gue ga mati, selamanya dia jadi bawahan gue." Jawab Chenle.
"Jen, lo ga lupa itu harusnya dari awal." Mark berkata pada Jeno.
Mereka hening sebentar sebelum Jeno kembali berbicara.
"Gue, Mark, Haechan bakal ke apart dan sisanya disini. Chenle gue butuh lo block semua aliran listrik dan jaga listrik tetep nyala." Titah Jeno dengan tegas yang tiba-tiba membuat mereka ber-6 langsung melepaskan pekerjaan mereka dan mulai mengambil tugas mereka masing-masing.
"Renjun, tutup barikade setelah kita keluar dari sini" Jeno berkata sambil menggandeng sebuah senapan XM-25 miliknya yang sudah lama tidak dipakainya setelah insiden itu.
Renjun yang semula di depan komputer ruangan langsung berlari ke arah pusat service gedung setelah mendengar titah Jeno.
"Jaemin, atap tempat pertama Erlosa nyerang. Lo harus siap disana. Jangan sendiri." Mark memberi ultimatum pada Jaemin yang sedang memasang masker M50.
"Itu pasti bang. Lo juga harus inget anak buah Erlosa selalu fokus sama pisau" Jaemin berbalik mengingatkan Mark sambil berlari keluar dari ruangan menuju atap.
Jeno kembali mengecek barang-barang di tas miliknya. Mengambil sebuah jam tangan dan langsung berlari menuju basement diikuti oleh Mark dan Haechan.
"Chan, lo jaga pintu apart gue. Mereka bakal masuk apart gue karna tau gue ada disana" Jeno bertitah sambil tangannya membuka pintu mobil.
Dor.
Sebuah peluru menyerang pergelangan tangan Jeno. Mark dan Haechan yang mendengar tembakan langsung bertiarap dibalik mobil. Sedangkan Jeno langsung menunduk menghindari peluru-peluru lain.
Sebuah decitan ban terdengar. "Ayo cepetan naik!!" Renjun dengan mobil SUV miliknya menjemput mereka yang terjebak dalam tembakan peluru.
Dor.
Dor.
Dor.
Jeno langsung menghadap para sniper dan menembak balik tepat di leher mereka. Satu per satu dari mereka tumbang sedangkan Jeno mulai kewalahan menghindari peluru dari belakang.
"Gue pake mobil gue. Mark, Haechan ikut Renjun." Jeno langsung membuka pintu mobil setelah melihat Haechan dan Mark yang sudah menaiki SUV, keluar dari basement. Menyalakan mobil Lexus dan Jeno langsung menaikkan gasnya. Lexus milik Yejina yang kini dikendarai Jeno sedang melakukan drift yang sengaja dibuat untuk menghalangi pandangan sniper dengan asap dari decitan ban mobil.
Jeno langsung memutar stir mobil dengan kecepatan penuh dan keluar dari basement.
"Jaemin, ambil pertahanan basement. Tim Ar.L stay di atap" Ucap Jeno setelah menekan earpiece miliknya.
Mobil Lexus yang dikendarai Jeno melesat jauh menuju apartement miliknya. Jeno memakirkan mobilnya tepat di depan lift basement. Senapan XM-25 miliknya sudah siap membidik orang-orang yang akan menyerangnya.
Kepala Jeno berputar arah melihat keadaan basement setelah turun dari mobil miliknya. Keadaan hening disana, hanya terdapat beberapa mobil yang terparkir tanpa satu orang pun. Sebelum suara tembakan terdengar.
Dor.
Dor.
Dor.
Tembakan beruntun membuat Jeno langsung tiarap dan menggulingkan tubuh ke bawah mobil.
"Mark, target di lantai berapa?" Suara Jeno yang lirih bertanya melalui earpiece-nya.
"Lantai 10. Mereka ber-6, Haechan udah di kamar lo, lagi nyerang mereka. Gue perjalanan ke basement blokir semua jalan"
Tidak ada raut panik di wajah Jeno melainkan raut datar ingin melenyapkan orang-orang yang menghalangi kebahagiaannya.
Lima
Empat
Tiga
Dua
Satu. Ting
Hitungan ke-lima Jeno sesuai dengan dentingan lift yang terbuka. Tubuh Jeno langsung berguling ke arah depan lift dan mengarahkan ujung moncong senapannya ke leher laki-laki di depannya.
"Long time no see, Erlosa" Seringai tajam Jeno menatap lawannya saat ini.
Erlosa dengan Johnny Suh disebelah kanannya kini berhadapan dengan Jeno. Johnny dan 4 anak buah milik Erlosa mengarahkan revolver mereka pada Jeno yang memegang senapan.
"Long time no see too, my nephew" Suara berat Erlosa dibalik topeng setengahnya menyapa dingin Jeno.
Langkah kaki terdengar di belakang Jeno. "Jen, disini atau markas?" Suara seorang wanita yang tiba-tiba, terdengar berat berbisik di telinga Jeno.
"Anywhere you want, my lady." Sebuah senyum tipis terbit di bibir Jeno. Jeno tetap mengarahkan senapannya tepat di leher Erlosa.
"Saya hanya membutuhkan 7 peluru untuk mematikan ibumu yang sekarat. Jadi berapa peluru untuk bisa mematikan saya Mr. Lee?" Suara Erlosa menyapa Jeno kembali.
"Bagaimana jika matimu bukan dengan peluru Erlosa? Tapi dengan ini" Wanita tadi lalu menunjukkan sebuah pisau lipat kesayangan miliknya. Lalu menggores lurus jari tengahnya yang diacungkan pada Erlosa.
"Apakah itu darah yang sama seperti 4 tahun lalu, Ms. Bennet?" Tanya Erlosa.
Yejina Bennet, seorang wanita yang kini berposisi disebelah Jeno. Membiarkan jari tengahnya mengacung dengan darah yang menetes. Erlosa lupa jika seorang anak kecil memiliki dendam, maka penantian balasannya akan dalam.
***
Halooo everyone
How was ur day? I hope u have good weekend. Aku bawa chapter baru nih, hari ini aku update double, kalau mau triple komen aja yah nnti aku update kalau ga yah kita lanjut minggu depan.
Enjoy reading everyone.