Jangan lupa vote gaise⭐
🌼🌼🌼
Caitline bersama dengan sahabatnya sedang duduk di kursi kantin. Banyak para siswa yang menatap kearah mereka, semenjak mereka tahu bahwa ayah Zergan adalah pemilik sekolah, cowok tersebut berhasil menarik atensi seluruh warga sekolah.
"Kak Zergan?" Zergan mengalihkan pandangannya kepada seseorang yang baru saja menyebutkan namanya.
" Ya. Kenapa?" Tanya Zergan.
Gadis tersebut menyodorkan sebuah kotak bekal kepada Zergan, "Buat gua?"
Yang ditanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, "Iya, buat kakak."
Zergan menerima kotak bekal tersebut, "Thanks, lain kali gak perlu repot-repot."
"Gak repot kok kak, semoga kakak suka." Zergan menganggukan kepalanya.
"Yaudah, aku balik ke kelas dulu ya, kak."
"Iya, sekali lagi makasih banyak, Lica."
Wajah siswi tersebut bersemu merah ketika Zergan menyebutkan namanya, lalu pamit kepada yang lainnya dan pergi.
Zergan membuka kotak bekal tersebut, ternyata isinya adalah kue-kue kering, penampilannya cukup menarik untuk di makan.
"Ehem, kayanya fans lu makin banyak nih, Zer." Celetuk Gea.
"Iya nih, pesonanya tuan Aditama gak tertolak," sambung Jesca yang berhasil membuat mereka tertawa.
"Ni hari dapet kue kering, kira-kira besok dapat apa lagi ya? Mungkin dapat cup cake yang di dalamnya ada cincin."
"Bener, terus dapet cincin lamaran!"
"Bisa-bisa dia dapat anak!"
Tawa mereka pecah, lelucon yang di lontarkan Jesca dan Gea sangat di luar nalar, tidak mungkin itu terjadi.
Zergan menyumpal mulut Jesca dan Gea dengan kue kering, "Lebih bagus lu berdua makan nih kue, dari pada ngeledekin gua mulu."
Jesca melempar Zergan dengan tissu bekasnya, "Tahik lu!"
"Kunyah dulu, baru ngomel."
Jesca mengunyah kue yang ada dimulutnya cepat, ia takjub kue ini sangat enak. Ia merasa tidak mungkin adik kelas tadi membuat kue seenak ini.
"Anjir, enak banget woi!" Ucap Gea girang.
"Kalian cobain nih, sumpah seenak itu."
Lalu Zergan, Caitline dan Richelle mengambil kue tersebut dan mereka semua menyetujui ucapak Gea bahwa kue ini sangat enak.
"Ya, Tuhan, semoga besok ada yang ngasih makanan seenak ini ke Zergan biar kita bisa nyicipin lagi." Rapal Jesca sambil melipat tangannya seolah dia berdoa.
Caitline menganggukkan kepalanya, tak bisa dipungkiri kue tersebut sangat enak, "Gua setuju sama lu, Jes. Itung-itung kita hemat uang jajan."
"Apaan, dah. Gila lu pada, lu juga Lin, napa jadi ikutan gila kaya Jesca, Gea? Di racunin apa lu sama tu dua setan dakjal?"
Caitlie tertawa mendengar ucapan Zergan, "Gua kagak di racunin, anjirt. Tapi itu kue beneran enak."
Zergan menatap Cailine heran, "Lu di guna-guna sama mereka, Lin."
Mereka bertiga tertawa terbahak-bahak hingga mereka mengeluarkan air mata. Bisa di bayangkan sefrustrasi apa wajah Zergan saat ketiganya bersengkongkol untuk mengerjai Zergan. Caitline menghentikan tawanya, ia menyadari Richelle menjadi lebih diam, tidak mau menimpali candaan mereka semua sejak tadi.
"Cis, lu gakpapa?" Tanya Caitline memastikan, ia yakin ada yang mengganggu fikiran sahabatnya ini.
"Eh, iya. Lu kenapa diem-diem bae, Cis? Biasanya juga sama recehnya kaya kita." Ucap Gea, ia juga baru menyadari bahwa sedari tadi Richelle diam tidak ada berbicara.
Semuanya menatap kearah Richelle, mengunggu jawaban dari gadis tersebut, " G-gua okey, kok, cuma lagi mager ngomong aja."
Caitline tahu, Richelle banyak diam karena sahabatnya itu cemburu melihat adik kelas tadi memberikan bekal kepada Zergan. Caitline mengulum senyumnya, ia merasa kedua sahabatnya ini membangun tembok bernamakan gengsi yang sangat tinggi. Keduanya sama-sama masih belum menyadari perasaan terhadap satu sama lain.
Caitline mengalihkan intensinya kepada Algara yang baru saja berdiri dibelakang Jesca, tak hanya Algara, ternyata Verlo dan Dean juga ada. Verlo di belakang Gea dan Dean di samping dirinya berdiri tidak tahu apa tujuannya.
Ketiganya datang hanya untuk merusak suasana mereka, Verlo menggoda Gea dan Algara menggoda Jesca.
"Lu sama sahabat lu ini mau ngapain?" Tanya Caitline to the point kepada Dean. Bukannya menjawab pertanyaan Caitline, Dean malah meletakkan punggung tangannya di kening Caitline.
Gadis tersebut memperhatikan Dean dan segera menepis kasar tangan cowok tersebut, "Apaan, sih?"
"Masih demam, kenapa sekolah?"
"Hah?"
Dean menghembuskan nafasnya kasar, "Lu masih demam, rada pucat juga, ngapain sekolah?"
"Lu-" Sekarang Caitline yakin, yang semalaman merawat dirinya adalah Dean.
" Cewek lu rese, ngeyel pengen sekolah, mana nebeng gua lagi." Caitline menatap tajam Zergan, mungkin jika di depannya ada pisau, pisau itu sudah melayang tepat di dada Zergan.
Dean menatap Caitline lamat-lamat, membuat cewek tersebut terasa terintimidasi, "Ngapain lu ngeliatin gua kaya gitu?!"
"Nanti pulang bareng gua, jangan sama Zergan." Caitline hendak protes, tapi ia tahu itu akan percuma karena Dean akan mengancamnya.
"Terserah."
Algara menarik lengan Jesca untuk berdiri, "E-eh?"
"Lin, gua pinjem sahabat lu, mau pdkt. Anaknya butuh kepastian." Izin Algara, Caitline hendak menolak tapi Algara meyakinkan bahwa sahabatnya akan aman.
"Gua jaga, bakalan aman, gak usah khawatir, no lecet-lecet deh." Lanjut Algara. Caitline menyetujuinnya walaupun berat hati. Ia tidak tenang jika Jesca dibawa oleh buaya cap rawa-rawa seperti Algara.
"Oke. Je, hati-hati. Kalau ada apa-apa hubungi gua." Peringat Caitline dan di balas anggukan oleh Jesca.
"SIAP IBU BOS!"
Ternyata Verlo juga ingin memeinta izin untuk membawa Gea, "Lin gua bawa bentar anaknya, ya."
"Gak!"
Gea melengos mendengar jawaban Caitline, "Kok gitu, sih?!" Gea menutup mulutnya, ia keceplosan.
Mereka tertawa mendengar penuturan Gea, terkecuali Caitline. Verlo mengusap puncak kepala Gea membuat wajah gadis tersebut semakin merah padam.
"Udah putus?" Pertanyaan Caitline membuat satu meja itu bingung, apa yang dimaksud Caitline dengan putus?
Verlo menyadari maksud dari pertanyaan Caitline, ia sadar kalau Caitline khawatir akan terjadi sesuatu jika ia mengajak Gea pergi berdua padahal dirinya masih menjalin asmara dengan orang lain.
"Udah lama, Lin."
Caitline menganggukan kepalanya, ia melihat Gea yang sedari tadi menatapnya dengan tatapan memohon agar di izinkan. Gea tak marah jika Caitline cenderung posesif terhadap dirinya, Jesca dan Richelle, ia tahu bahwa Caitline tidak ingin mereka merasakan sakit hati. Tapi jika Caitline tetap tidak megizinkan, jujur saja dirinya sedikit kecewa.
Tatapan intimidasi dilayangkan Caitline kepada Verlo, gadis tersebut meletakkan kedua tangannya di atas meja, " Cuma main-main atau lu beneran pengen serius? Kalau main-main, lu udah tau jawaban gua."
"Buset, dah. Izinin aja kenapa, Lin. Kasian tuh si Gea, mukanya udah melas." Celetuk Zergan tapi dihiraukan oleh Caitline.
"Gua serius." Jawab Verlo tegas, Caitline menatap cowok tersebut lamat-lamat dan ia merasa bahwa Verlo serius akan ucapannya. Caitline menganggukan kepalanya mengizinkan Verlo untuk mengajak Gea pergi berdua.
Setelah keduanya pergi, Zergan juga izin pergi untuk mengembalikan kotak bekal milik Lica, tersisah hanya Caitline, Richelle dan Dean. Cowok tersebut sudah duduk di hadapan Caitline.
Richelle yang tidak ingin mengganggu hendak pergi, tapi di tahan oleh Caitline.
"Duduk dulu, Cis. Ada yang mau gua omongin."
Richelle kembali duduk,"Tentang apa, Lin?"
"Lu."
"Gua?" Tanya Richelle.
" Dan Zergan."
🌼🌼🌼
Hola!
Hiyak, gimana ceritanya?!
Di part ini kita kurangin uwu-uwunya ya, fokus ke pertemanan mereka dulu hahaha...
Di next part kalian bakalan dihibur nih sama ke-uwuan mereka semua. Anw, mulai dari part ini kalian harus jeli, sama semua tokoh, terutama dari gelagat mereka biar di penghujung cerita kalian gk speechless.
Jangan lupa di vote, komen dan share ya...
See u in the next part!
_lee nata