Hari ini tidak ada antar bekal,cari perhatian atau sekedar curi-curi pandang.Thalia hanya diam di dalam kelas.Tidak berminat kemana-mana bahkan untuk sekedar mengisi perut di kantin pun ia malas.
Kelakuan nya yang tidak seperti biasa membuat sang sahabat menatap curiga.Mereka menduga jika sikap Thalia seperti ini ada sangkut pautnya dengan kejadian kemarin.
Namun ketika di tanya gadis itu hanya menggeleng sambil berkata dia baik-baik saja.
"Beneran nih Lo gak mau ke kantin?" Tanya Jesslyn yang hanya di tanggapi Lia dengan anggukan.
"Lia sebenarnya Lo kenapa sih gak mau ke kantin?"
"Aku cuma males aja Paul,udah sana kalian ke kantin keburu masuk"jawab Lia dengan suara lemas.Dia sekarang sedang merebahkan kepala di atas meja sambil sesekali memejam.
"Mau mesen sesuatu enggak?"
"Enggak usah makasih ul aku gak selera makan"
"Yaudah kalau gitu kita tinggal ya?"
"Hmnn"
Thalia sebenarnya cuma takut bertemu dengan Stella.Wajah gadis itu masih membuatnya trauma.
Sementara di kantin Juan menatap dua gadis yang duduk jauh darinya dengan alis mengerut. 'kemana Thalia?' pikir Juan,soalnya gadis itu biasanya tak pernah lepas dari dua sahabat nya bak perangko.
"Kemana Lo?"
"Gue kesana bentar"
Jayden menatap tubuh sahabat nya yang berjalan ke arah dua gadis yang setahunya adalah sahabat Thalia.
Satya menyenggol bahunya sambil bertanya."mau ngapain tu anak?"
"Enggak tahu"jawab Jayden seadanya sebelum lanjut makan.
Juan mendekat ke arah Jesslyn dan Paula yang asik tertawa tanpa sadar kedatangan nya."Thalia mana?"
"Astaga!"kaget Jesslyn karena Juan muncul secara tiba-tiba di samping nya.Sementara Paula sendiri hanya tersenyum sebentar ke arah Juan.Hanya sebentar karena aura Juan itu entah mengapa sangat mengintimidasi hingga bisa membuat lawan tatapnya merasa ketakutan atau paling tidak gugup.
"Thalia katanya lagi malas ngantin"
Setelah mendengar penjelasan Paula,Juan melongos begitu saja tanpa berkata apa-apa.
"Eh Juan? Duh tuh manusia datang-datang gak di undang pergi-pergi tanpa pamit pula bikin kesel untung ganteng!"sungut Paula yang membuat Jesslyn tertawa.
"Hahaha jalangkung kali ul"
"Hush gak usah bahas mahluk satu itu,gue trauma"
Kembali ke kelas di mana Lia menatap bosan ke luar jendela.Dia mau makan, perut nya sudah bunyi-bunyi tapi badan nya malas untuk bergerak.Bisa saja dia memesan sesuata pada Paula tapi lagi-lagi dia merasa malas untuk melakukan nya.
Di kelas sendiri tidak begitu ramai.Ada beberapa siswa yang tinggal hanya untuk sekedar bermain ponsel atau membaca-baca buku.Ada juga yang sedang tidur.
Kelas begitu hening hingga beberapa menit kemudian,Thalia heran karena telinga nya tiba-tiba mendengar banyak suara-suara bisikan.Tapi karena dia begitu malas jadi dia tidak akan ambil pusing apapun yang terjadi di kelas nya ini.Thalia masih asik merebahkan kepala nya di atas meja.
"Itu leher keseleo baru tahu rasa"
Thalia terbelalak.Suara itu sangat familiar.Refleks ia langsung mendongak tanpa meregangkan leher nya dulu.Alhasil dia merasakan keram.
"Awwh"
TAKK
"Makanya baring tuh yang bener"
Thalia mengelus dahinya yang baru saja di sentil Juan."apasih Juan sakit tau!"
"Tuh makan!"
Juan meletakkan dua roti isi coklat dan satu susu rasa vanilla di atas meja Thalia sementara dia sendiri duduk di atas meja yang berhadapan dengan gadis itu.
Thalia sendiri menatap roti itu sebentar sebelum beralih menatap atensi Juan yang sedang duduk santai sambil memasukkan dua telapak tangan nya di dalam saku.
"Aku gak--"
"Enggak usah bohong,gue tahu tu perut udah bunyi-bunyi"
Blush~
Kedua pipi Lia merona karena malu.Apa suara perutnya terdengar nyaring,sampai Juan bisa mendengar nya.Ah malunya.
Di depan Juan dia selalu tak bisa berbohong.Entah itu sebuah kebetulan atau memang Juan yang sangat peka.
"Makasih Juan"
Juan hanya mengangguk lalu sibuk menatap Lia yang sedang makan.Tanpa sadar dia tersenyum.
"Weh sekerinshot sekerinshot cepet"
"Juan manis banget woy"
"Astaga meleleh aku mas!"
"Ih itu beneran Juan? Astaga ternyata Juan kalau senyum manis banget"
"Ulala dedek mau dong di senyumin juga"
"Serasa pengen jadi Thalia gue"
"Udahlah meng-iri"
Juan mengabaikan bisikan-bisikan tentang dirinya.Fokusnya sekarang hanya tertuju pada Thalia yang makan dengan perasaan gugup.Bagaimana tidak gugup coba,dia makan sambil di perhatiin cogan.
Membuat jantungnya di dalam sana berdisko ria.
"Juan kenapa natap kayak gitu?"
"Emang nya kenapa enggak boleh?"
'enggak boleh katanya? Hei Juan kamu tuh mau bikin aku punya penyakit jantung ya,mana kalau di liat Deket kek gini ganteng banget lagi' jerit Lia dalam hati.
Masalahnya Juan itu kalau menatap Thalia, tatapan nya sangat dalam dan intens.Jadi bagaimana Lia tidak salah tingkah di buat nya.
Juan menyeringai nakal ketika Lia berusaha untuk tidak melihat wajahnya."Lo salting ya gue tatap kek gini?"
Sontak saja Lia menatap Juan dengan wajah yang masih merona.Hal itu malah membuat Juan tambah gemas.
"Enggak tuh siapa yang salting coba!"
"Enggak salting tapi kenapa ni pipi kek tomat siap petik hemn?"
Thalia menatap Juan tanpa berkedip ketika pria itu dengan berani mengusap pipinya yang merona.Meninbulkan suara-suara jeritan kaum hawa di kelas.Mana posisi wajah Juan dan Thalia sangat dekat lagi.
Benar-benar momen yang menggemparkan sampai-sampai ada yang dengan sengaja mengambil foto.
Thalia tanpa sadar menikmati sapuan hangat tangan Juan di pipinya.Sambil terus menatap iris mata yang menelusuri tiap inci wajahnya itu.
Juan tertegun, Thalia tidak seburuk yang Jayden katakan.Gadis ini memiliki mata bulat,hidung mancung,bibir tebal,bulu mata lentik,pipi merona,rambut hitam.Definisi cantik dan manis tidak cukup untuk mendeskripsikan nya.
Thalia itu imut,dan Juan suka gadis imut seperti bundanya.
"Jjuan?"gagap Lia karena pria itu tak kunjung melepaskan tangannya.Juan malah semakin mendekatkan wajahnya hingga membuat Lia menahan napas.
'astaga Juan kamu berdosa bangaet,mau ngapain coba? Ini juga badan kok gak bisa di kendaliin? Please lah Juan jauh-jauh dikit napa ganteng nya kebangetan! Mommy help me!' jeritnya dalam hati.
Sudah lah jantung nya sekarang serasa mau jatuh ke lambung saja apalagi ketika Juan menyapu bibir Lia menggunakan ibu jari nya sendiri.
"Makan tuh jangan kek bocah belepotan"
Ambyarlah sudah.Perut Lia serasa di terbangi banyak kupu-kupu.Dia mendadak jadi patung bahkan ketika Juan sudah manjauh.
Juan sampai terkekeh melihat reaksinya.Entahlah di mata Juan semua tingkah Lia itu menggemaskan.
"Di telen Lia nanti keselek"
"Uhhuk uhhuk"dan benar saja Lia tersedak makanan.Dengan cepat meminum susu vanilllanya sambil berpikir bagaimana Juan tahu rasa kesukaan nya? Apa itu juga hanya kebetulan?
Juan hanya menggeleng-gelengkan kepala.
Pukul dua belas malam ketika Juan harus menyelinap keluar rumah seperti maling yang takut ketahuan.Dia berjalan ke jalan tol mencari taksi yang sekiranya masih beroperasi malam-malam seperti ini.
Dia tidak memakai kendaraan pribadi karena takut suara deru mesinnya membangunkan orang di rumah.Untung nya setelah lama menunggu ada juga satu yang datang.
Juan segera menumpanginya lalu menyuruh sopir untuk mengantarkan nya ke arah alamat yang di kirimkan oleh Bagas.
Bagas itu sahabat abangnya,si Terry.Dan tahu kenapa orang itu menyuruh nya keluar di tengah malam seperti ini?
Setelah beberapa menit akhir nya sampai juga.Juan menatap datar tulisan berkelap-kelip bangunan di hadapan nya. Starynight club.
Salah satu klub malam yang cukup terkenal di kalangan anak muda.Dan tujuan Juan kesini adalah menyeret abangnya yang sudah teler untuk pulang.Kata Bagas abangnya itu terlalu banyak minum.
Langkah Juan membawanya masuk ke dalam ruangan yang begitu penuh dosa.Bau asap rokok dan minuman keras menyapa indra penciuman.Juan tidak terlalu terganggu karena dulu sewaktu di luar negeri dia juga sering berkunjung ke tempat seperti ini.
Lebih tepatnya sering di ajak teman sih.Karena di sana sangat bebas jadi bocah SMA pun legal-legal saja masuk klub.
Sampai ke dance floor,Juan menatap datar kumpulan manusia gila yang berjoget seperti kemasukan setan di sana.Hal-hal vulgar juga tidak asing lagi di mata Juan.Namun ada satu hal yang membuat Juan benci berlama-lama di tempat seperti ini.
"Hai ganteng sendiri aja nih mau gue temenin enggak?"
Ujar seorang wanita berbaju seksi dengan belahan dadanya yang hampir terlihat semua.Nah ini nih yang Juan tidak suka,ketika ada saja wanita yang mencoba merayunya bak jalang yang minta di gagahi.
"Hei kok diem aja"
Juan menepis tangan yang mencoba mengelus dadanya itu.Dia memang normal tapi bukan orang yang mudah di rayu.Tanpa ingin berlama-lama meladeni si wanita malam Juan segera menjauh.
Mencari keberadaan Bagas dan juga abangnya.
"Halo bang Lo dimana?"
"Lantai dua Juan"
"Oke"
Setelah memutus panggilan dari Bagas,Juan langsung berjalan naik ke lantai dua.Tapi ketika di tengah jalan dia tiba-tiba melihat seseorang yang cukup familiar.
"Gue salah liat apa gimana kok cewek itu mirip Stella?"
Bersambung....