Chandra kini sudah dalam mobil ayahnya, tatapan dingin ayahnya berikan selepas keduanya keluar dari ruangan kepala sekolah dan Chandra yang pulang lebih cepat dengan dalih kakeknya meninggal, memang benar kakeknya meninggal, itu dua tahun yang lalu,dan pesan kepala sekolah bahwa ia harus fokus untuk ujian besok.Chandra tidak tau apa lagi kali ini, ayahnya diam sampai rumah.
Dan ia diseret paksa menuju mini teater yang merupakan ruangan paling Chandra takuti dari semua ruangan dirumah itu.
Tanpa aba-aba dan persiapan ayahnya memukul keras perut Chandra, Chandra yang belum siap dan selalu tak pernah siap menerima pukulan ayahnya itu tersungkur sampai punggungnya membentur dinding, setelahnya ia terbatuk keras.
"Gara-gara kamu Jinan hilang!,anak itu hilang setelah kamu bilang kalau dia bukan adik kamu kan?!Kamu kenapa harus hadir dan menimbulkan masalah di hidup saya hah?!Anak haram seperti kamu memang tidak pantas hidup!Cari Jinan!Sampai ketemu!"Ayahnya murka dengan tangan yang tidak berhenti menggoreskan punggung Chandra dengan ikat pinggangnya,ia tak peduli punggung Chandra yang sudah mengeluarkan darah dan nampak jelas diseragam sekolahnya,baginya yang terpenting adalah emosinya sudah disalurkan.
Ikat pinggang itu tergeletak dilantai setelah sekian banyak luka tercipta, Chandra terdiam, hatinya kacau.Kata-kata ayahnya benar-benar menghancurkan hatinya kali ini,Ia tidak pantas hidup?anak haram?tidak pantas hidup? kata-kata itu terus berulang, merenggut pikiran Chandra.Sampai dering ponselnya di saku menyadarkan Chandra,dengan sisa tenaga Chandra mengambil ponselnya,kali ini ia benar-benar butuh bantuan dan tepat sekali, Juna menelponnya.
"Woi! dimana lo?cepet amat baliknya,bokap lu ngajak bolos nggak sekalian Ama kita,mau juga nih pulang cepet."
Chandra tersenyum tipis mendengar Juna.
"Jun"panggil Chandra,pelan, sangat pelan.
"Chand?Chandra?!"panggil Juna
"Jun, tolong.Jinan..cari Jinan"pinta Chandra lirih.
"Lo dimana??gue kesana"
"Cari Jinan Jun"pinta Chandra sekali lagi.
"Iya,lo dimana?!Gue cariin Jinan,Lo dimana goblok!"Juna sudah panik,ia tau bahwa disana Chandra tengah sekarat.
"Rumah,rumah Ayah"setelahnya tak ada lagi respon, kegelapan lebih dulu merenggut Chandra.
"Chand?! Chandra!aishh"Juna mematikan telpon.Ia cepat-cepat menghidupkan mobilnya untuk keluar dari gerbang tepat waktu,Jeno dan Jaenar hampir keluar gerbang dengan sepedanya.Juna men-klakson mereka berdua.
"Woi naik! Chandra!"teriaknya dari balik jendela mobil.
Jeno dan Jaenar meletakkan sepedanya ke pinggiran lalu masuk ke mobil dengan cepat.
"Kenapa?"tanya Jaenar.
"Chandra sekarat"
Kepalanya digeplak Jeno dari kursi belakang.
"Yang bener kalo ngomong"
"Beneran njirr,gue telpon tadi udah kayak orang sekarat tuh anak"
"Jae, tukeran gue mau nelpon"pinta Juna namun Jeno lebih dulu turun dan menukar posisi nya,ia lebih tau Jaenar,anak itu tidak akan fokus,lihat saja ekspresi nya sekarang.
Juna sedari tadi melihat ponselnya, menunggu kabar dari orang-orangnya yang ia pinta mencari Jinan.
Saat sampai di rumah orang tua Chandra Jaenar lebih dulu berlari keluar,anak itu sedari tadi tak bicara apapun, tandanya ia khawatir luar biasa.
"Bi, Chandra mana?"tanya Jaenar saat melihat Bi Uti yang memegang keranjang baju yang habis di laundry."Loh Chandra nya disini?"Bi Uti saja tak tau kapan Chandra datang.
"Iya Bi,tadi kita nelpon, suaranya lemes banget bi"jelas Juna.
"Astaghfirullah, jangan-jangan di ruang teater"kata Bi Uti lalu mengambil kunci cadangan.
Mereka mengikuti langkah Bi Uti, setelah pintunya terbuka hawa dingin menembus kulit, ruangan itu memang selalu dingin.Bi Uti menghidupkan lampu dan mereka dapati Chandra di lantai dengan kondisi yang memprihatinkan.
"Chand! Chandra hoi Chand!"panggil Jaenar dengan suara keras sambil menepuk pipi nya.Tubuhnya dingin bibir nya sudah pucat membiru Akibat kedinginan.
"Bawa kerumah sakit aja"putus Juna.Jeno sigap menaikkan Chandra ke punggungnya.
Chandra sebenarnya mendengar suara teman-temannya.
"Jangan...jangan rumah sakit. disini juga jangan"kata Chandra pelan yang masih menutup matanya.Jeno mendengarkan.
"Bawa ke apartemen Lo aja Jun"kata Jeno setelah duduk di kursi kemudi.
Chandra anak itu masih terpejam, menikmati dingin,rasa sakit dan pikirannya yang berisik.Sedangkan Jaenar sibuk menyelimuti Chandra dengan Hoodie milik Jeno yang sengaja anak itu lepas.
Chandra membuka matanya pelan,ia masih di mobil.
Ia bisa melihat wajah Jaenar yang khawatir disampingnya,Jeno yang menyetir dan Juna yang sibuk menelpon entah siapa, setelah itu Chandra tertidur, entah tertidur atau pingsan, Chandra hanya tidak begitu kuat untuk semua rasa sakit kali ini.Mungkin lain kali ia harus belajar lebih kuat atas semua rasa sakit yang sebenar benarnya tidak pantas ia dapatkan.
Setelah menaruh Chandra ditempat tidur dan mengganti baju serta mengobati luka dipunggungnya, menyelimuti nya dengan selimut tebal dan menempelkan by by fever sebab Chandra deman mereka menunggu Bang Jeff.
Jaenar datang dengan Indomie dalam panci dan tiga gelas jus jeruk.
Jeno menarik meja kecil dipojokkan dan menaruhnya di atas karpet.
"Sialan banget tuh om-om,udah dari dulu gua pengen nyubit ginjalnya,gemes banget Ama kelakuan,Gue kalo jadi Chandra udah resign dari KK"omel Juna sambil menggoyang-goyangkan mienya dengan sumpit supaya dingin.
"Tuhan itu adil, makanya bukan Lo anak om Haris,coba kalo lo yang jadi anak om Haris yang ada Om Haris jadi sinting punya anak mulut Licin kayak Lo"
"Lo ngomong kek gitu lagi beneran gue kirim ke akhirat pake J &T ekspress Lo Jen"tunjuk Juna dengan sumpit nya.
Jaenar tak ikut makan,anak itu masih sibuk melihat Chandra.
"Makan Jae,Lo belum makan dari pulang sekolah"tegur Jeno.
"Bang Jeff lama banget elahh"keluh Jaenar.
"Dia kan baru abis ganti shift, harusnya kita bawa kerumah sakit aja tadi"
"Dingin banget njirr"keluh Chandra.
"Woi bangun Lo,mana yang sakit?"tanya Jaenar.
Chandra membuka matanya.
"Hidung gua,bau mie soto"
"Udah sembuh berarti Lo"kata Juna yang sedang menikmati mie soto.
Suara bel.
"Bukain Jae"kata Jeno.
"Enek gue liat Lo berdua, udah nyuruh masak mie,bikin jus, bukain pintu juga gue"Jaenar kesal namun tetap beranjak dan membukakan pintu.
Chandra menatap dua orang didepannya,ia tidur dengan posisi miring.
"Enak banget Chand,"Juna menyeruput mie-nya dengan ekspresi penggoda.
"Anak setan"umpat Chandra.
"Sakit apa nih anak? udah ngumpat ae"Bang Jeff datang masih dengan snelli nya.
"Hai bang,makin ganteng, walaupun nggak seganteng gue"sapa Juna.
"Mie mau?"tawar Jeno.
Jeffrey duduk bergabung.
"Bang,hoi bang"panggil Chandra, suaranya masih pelan.Jujur saja kepala nya sangat berat, seluruh tubuhnya sakit.
"Hmm,bentar"setelah menyeruput beberapa sendok mie, Jeffrey bangkit dan memeriksa Chandra.
"Pake infus yah, nambahin cairan,besok mau ujian kan, lagian kenapa bisa gini sih,Lo main dimana Ampe dingin gini?untung aja nggak hipo"omel Jeffrey setelah memeriksa Chandra.
Jaenar sigap mengambil gantung topi dikamar Apartemen Juna.
"Lagi cosplay jadi mayat"kata Chandra enteng.
"Iya hampir jadi mayat beneran"
Juna membereskan sisa makanan nya.
Setelah memasang infus, Jeffrey memutuskan untuk menginap disana,besok ia free.
Saat sedang bersantai sambil nonton film horor bersama Jaenar dan Jeno seseorang memencet bel, Jaenar beranjak,ia sudah bisa menebak dua orang itu pasti mager, ditambah diluar hujan,lebih nyaman berbaring dibawah hangat selimut bukan?
"Loh Jinan?"
Jinan datang dengan basah kuyup, ekspresi nya marah, Jaenar tak pernah sekalipun melihat ekspresi ini dari Jinan.
"Mana Bang Chandra?"nadanya terdengar penuh rasa marah.
••••••••••
O.Allo!
Kembali lagi setelah dua hari yang lalu, mumpung nih otak nggak begitu macet jadi update deh,nih kisah ngga punya bahan dan stock,jadi kalo lagi lancar>bikin>update.Yah gitchu,ngga tau mau dibawa kemana.
Btw kesel nggak sih sama Om Haris?
Apa apa nyalahin Chandra,kan kasihan:(
Jinan juga kenapa tuh,bisa marah?
Seneng banget kalau readers nggak sider.Apalagi ada vote dan komentar komentar penyemangat.
Intinya jangan lupa vote 'nd comment ya,biar makin semangat.
Sampai jumpa lagi di chapter selanjutnya,
Babayy❤️❤️
Selasa,06 Desember
~Dari Bumi Sepintu Sedulang