Flashbacks: The Reeling
Warning: Adult Content 18+!
.
Song for this Chapter: All Too Well (10 Minutes Version) – Taylor Swift
×××××××××
15 Maret 2021
Cahaya matahari masuk menembus jendela kamar seorang perempuan. Perasaan hangat muncul kala sinar matahari menyinari sudut ruangan kamar. Deeana duduk terdiam di atas ranjangnya, menatap ke arah jendela, diluar sana terlihat jelas bangunan tinggi menjulang ke atas dan terdengar pula suara riuh kendaraan dibawah sana, kemacetan wilayah Jakarta Timur memang tidak bisa dielakkan. Waktu menunjukan pukul 09.00 pagi. Pikiran Deeana kacau, brengsek batin Deeana. Hal apa yang bisa membuatnya bicara kasar di pagi hari?
Banyak pertanyaan-pertanyaan yang hinggap di kepala Deeana, dirinya serasa mau meledak seperti bom yang hanya tinggal menunggu hitungan waktu saja. Pagi ini Deeana tidak mengikuti kelas pukul 08.00 tadi, karena Deeana terlambat bangun, alasan apalagi kalau bukan semalam ia harus terjaga sampai subuh untuk menyelesaikan tugas mata kuliah speaking yang mengharuskannya membuat sebuah video. Bukan hanya itu setelahnya memang Deeana tidak bisa tidur, lagi dan lagi semalaman ia menangis sampai-sampai kepalanya pusing.
Deeana lelah, tanpa sadar setetes air mata jatuh membasahi pipinya. Deeana menghela nafas dengan kasar dan menghapus air matanya yang keluar. Ia berniat bangun dari tempat tidurnya dan merapikan rambutnya yang sudah cukup panjang, namun ikat rambut yang biasa ada di meja belajarnya hilang entah kemana, aduh kenapa si?! Lo kenapa sih Dee? gumam Deeana pelan dengan nada yang kesal. Ia sibuk mencari ikat rambut diseluruh penjuru kamarnya, tetapi seketika Deeana teringat akan sesuatu...
...
Kala itu mereka sedang makan malam bersama di restoran ayam favorit Deeana, Deeana girang sekali pasalnya ia sudah lama tak makan ayam goreng kesukaannya itu, sedari tadi senyuman diwajahnya tidak hilang, mereka sedang menunggu pesanan kemudian Nugraha membuka percakapan "Kamu sesuka itu ya sama ayam?"
"Iya! Suka banget aku, kenapa ya, Nu? Aku juga gak paham deh, masalahnya tuh ENAK BANGET!" balas Deeana sedikit heboh. Nugraha tak tahan melihat respon dan wajah lucu Deeana, ia tertawa. Lucu. Deeana lucu sekali, batin Nugraha yang masih tidak berhenti tertawa. Kemudian Deeana menatapnya, alhasil mereka berdua saling menatap satu sama lain tanpa mengalihkan pandangan, binar mata Deeana sangat indah jika dilihat dari dekat seperti ini.
"I think I'm addicted to you, Na" sahut Nugraha seketika, Deeana termenung, masih menatap mata Nugraha dalam kemudian ia berkata "Ya emang sih aku gemesin kan orangnya? Jadi wajar aja kalo kamu ketagihan liatin aku terus" balas Deeana dengan percaya diri, padahal sebenarnya Deeana sedang menahan malu, jantungnya berdetak tak karuan. Deeana sungguh malu namun disaat yang bersamaan ia sangat senang.
Nugraha masih menatap Deeana sedari tadi, setelah mendengar perkataan Deeana barusan, Nugraha tak tahan, seketika ia tertawa terbahak-bahak disusul sedetik kemudian suara tawa renyah milik Deeana. Mereka tak habis pikir hanya perkataan tak jelas yang diungkapkan Deeana saja mereka bisa tertawa segirang ini. "Sumpah aku udah lama banget gak denger kamu ngakak kayak gini" ucap Nugraha dengan senyuman yang mengembang.
Deeana pun ikut tersenyum mendengarnya, memang benar sudah lama Nugraha tidak melihat dan mendengar tawa gadis dihadapannya ini, wajar saja banyak hal yang terjadi belakangan ini Nugraha sibuk membantu MJ dan Julian yang masih merintis usaha Café dan Restoran mereka, belum lagi ia harus mengejar deadline tugas kuliahnya yang terbengkalai beberapa hari ini, kemudian Deeana juga sudah mulai memasuki masa perkuliahan semester awal dan kesibukannya yang tak terelakkan membuat mereka jarang sekali untuk bertemu, beruntungnya Nugraha karena Deeana bisa memahami keadaan dan impiannya, ia selalu mendukung semua hal positif yang dilakukan Nugraha. Nugraha pun sebaliknya, ia selalu siap sedia jika sewaktu-waktu Deeana membutuhkan bantuannya. Mereka selalu mendukung satu sama lain.
Deeana seketika tersenyum mendengar perkataan Nugraha barusan, "Aku kangen banget sama kamu, Nu" jelas Deeana dengan suara lembutnya sembari menggengam tangan pria yang dicintainya, nyaman. Satu kata yang bisa menggambarkan keaadaan mereka sekarang. Tak lama kemudian terdengar suara panggilan pelayan restoran pertanda kalau pesanan mereka sudah siap mengalihkan pandangan mereka satu sama lain.
Nugraha bergegas berdiri dan mengambil pesanan mereka didepan, kemudian berjalan kearah tempat duduk dimana Deeana berada. Mata Deeana seketika berbinar melihat pesanan ayam paha atas kesukaannya. "Jangan lupa cuci tangan ya, cantik" ucap Nugraha lembut, Deeana menganggukan kepalanya kemudian bergegas untuk mencuci tangan, kemudian secara bergantian Nugraha melakukan hal yang sama.
Setelahnya Deeana bergegas untuk menguncir rambutnya yang terurai, namun ikat rambut yang biasanya berada ditangan sebelah kanannya hilang entah kemana, Deeana risih jika saat makan rambutnya tidak dikuncir. Ia sedikit panik dan kebingungan mencari ikat rambut. "Nana nyari apa?" tanya Nugraha pelan. "Kunciran aku, Nu.. kok gaada yaaa biasanya aku bawa terus" balas Deeana kebingungan. "Ini bukan sih?" Nugraha bertanya kembali sembari memperlihatkan ikat rambut berwarna hitam, "IYA! Kok bisa di kamu?" seru Deeana dan kemudian bertanya pada Nugraha.
"Itu jatoh dibawah tau" balas Nugraha, "Lain kali jangan teledor ya, sayang, di cari dulu pelan-pelan, jangan panik" jelas Nugraha dengan lembut. Deeana tersenyum, kemudian ia merapikan rambutnya ke belakang dan menguncirnya sembarang, pasalnya perut Deeana sudah berbunyi sedari tadi, setelah itu Deeana menyantap makanan yang sudah ada di hadapannya beberapa menit yang lalu. Tanpa Deeana sadari Nugraha menatapnya sedari tadi saat ia menguncir rambut sampai ia menyantap makanannya sekarang.
"Nana..." panggil Nugraha sambil tersenyum. "Hmmm" balas Deeana dengan gumaman, karena mulutnya penuh makanan saat ini. "Kamu cantik banget kalo di kuncir kayak gitu. Aku suka. Cantik. Bangeeeett." ucap Nugraha yang sedari tadi masih tak berhenti menatapnya. "Iya, Nu. Aku tau aku emang cantik. Sekarang kamu buruan makan, kalo engga buat aku nih" balas Deeana lancar setelah menghabiskan makanannya didalam mulut. Nugraha terkekeh dengan jawaban Deeana, menggemaskan, batin Nugraha. Tanpa Nugraha sadari sebenarnya jantung Deeana berdetak tak karuan, pipinya pun sekarang mungkin sudah semerah kepiting rebus, sebenarnya Deeana salah tingkah karena pernyataan Nugraha barusan.
...
Sedari tadi suara riuh kendaraan dibawah sana masih mendominasi. Ia menghela nafas gusar, sudah 5 bulan lebih tepatnya, tetapi pikiran-pikiran dan kenanangannya bersama Nugraha selama 3 tahun lebih selalu memenuhi pikirannya. Gini ya rasanya susah move on, batin Deeana, lemas. Dadanya selalu sesak setiap kali ia ingat Nugraha, bahkan menyebut namanya saja ia tidak kuat. Sudah selama itu namun pikirannya masih tidak bisa lepas dari bayang-bayang lelaki yang selalu menemaninya dikala ia sedih dan terpuruk.
Banyak dari teman sepergaulannya bertanya-tanya mengenai sebab ia dan Nugraha tak lagi bersama-sama, ia bahkan bingung jika dihujani pertanyaan semacam itu, apa yang harus Deeana jawab? Sering kali Deeana kesal, pasalnya kebanyakan orang hanya ingin tahu apa yang terjadi dengan hubungannya, penyebab apa yang mengakibatkan hubungan ia dan Nugraha berakhir sebegitu tragisnya, tanpa peduli dengan perasaan yang Deeana alami pasca hal itu terjadi.
Setelah mereka berpisah, Deeana menjadi lebih pendiam dan terlalu banyak melamun, 3 bulan pertama adalah masa-masa yang sangat sulit bagi Deeana, keadaannya sangat kacau kala itu, faktor lain yang mempengaruhinya tidak lain tidak bukan adalah tugas kuliahnya yang tiada henti mengharuskan dirinya berkutik didepan laptop selama berjam-jam bahkan hampir setiap hari ia terjaga hanya untuk menyelesaikan tugas-tugasnya yang begitu banyak.
Selain itu, masih banyak faktor yang mempengaruhi pikiran dan raganya, ada banyak hal yang terjadi setelah kamu pergi, Nu.. batin Deeana. Mungkin jika dijabarkan dengan kata-kata penyebab lain mengenai hal itu akan menghabiskan banyak kertas dan waktu. Deeana lelah, mental dan fisiknya sangat terganggu, tapi ia buntu, pikirannya terus menerus berputar mengingat lelaki itu. Deeana seperti kehilangan dirinya yang dulu.
Deeana selalu percaya bahwa everything happened for a reasons, Nugraha pasti punya alasan yang tidak ia ketahui sampai sekarang, kenapa ia melepaskannya, kenapa ia menyerah begitu saja. Hal itu memang masih menjadi misteri baginya, namun Deeana paham terkadang ada hal yang memang lebih baik tidak diutarakan, karena belum tentu Deeana bisa menerima itu semua jika Nugraha menjelaskan satu persatu alasan yang sesungguhnya.
Jika ditanya, apakah Deeana pernah meragukan Nugraha selama ini, Deeana pun tidak munafik, bahwa selama mereka bersama sempat terbesit dipikirannya bahwa ia meragukan hubungan mereka, namun setiap perlakuan manis yang ditunjukan Nugraha kepada Deeana sukses membuat Deeana yakin bahwa Nugraha memang mencintai dirinya.
...
Pagi ini mereka menghadiri pameran pendidikan mengenai kesempatan berkuliah di luar negeri. Keduanya memang sangat tertarik jika berbicara mengenai pendidikan ke luar negeri, Deeana sangat antusias, pasalnya ini pertama kalinya ia dan Nugraha menghadiri acara semacam ini. "Nu, ayo kita ambis bareng! Kalo bisa kita kuliah ke luar negeri bareng, aku pengen banget ke London deh!" ucap Deeana dengan penuh semangat.
Nugraha tersenyum menatap mata gadis didepannya ini "Na, hati-hati ntar kamu jatoh, jalannya jangan mundur gitu kenapa sih, asli aku takut kamu jatoh" balas Nugraha, karena sedari tadi Deeana memang menatap dirinya terus dengan cara berjalan yang sedikit aneh, yaitu jalan mundur, namun hal itu membuat Nugraha panik walaupun hati Nugraha berdesir setiap kali Deeana tersenyum ke arahnya.
Mereka memasuki ballroom hotel tempat diadakannya pameran pendidikan internasional ini, seketika Deeana terkesima karena banyak sekali booth universitas yang berasal dari berbagai macam negara, seperti dari Eropa dan Amerika. "Gila Nunu!!! Gak salah ya kita kesini!" seru Deeana sambil menatap lelaki disebelahnya. "Bener siii asli, banyak banget, Na boothnya. Kamu mau kemana dulu nih?" balas Nugraha, dirinya juga tak kalah antusias melihat banyak sekali booth-booth universitas terkenal yang berasal dari seluruh dunia.
Memang tidak semua universitas hadir pada pameran internasional kali ini, namun setidaknya banyak sekali booth yang berasal dari universitas terkenal yang sudah dipenuhi oleh anak remaja seumuran mereka yang ingin mencari informasi, seperti booth Oxford University atau Cambridge University.
"Kita keliling dulu aja kali ya, Nu. Aku juga bingung sebanyak ini mau mulai darimana" balas Deeana, kemudian diikuti anggukan Nugraha. Mereka berkeliling ke booth satu lalu ke booth yang lainnya lagi, tak lupa juga mereka menyimpan brosur mengenai beberapa informasi tentang kampus yang boothnya telah mereka kunjungi.
Setelah beberapa saat kemudian, Nugraha menyadari bahwa Deeana tampak lelah, karena sedari tadi ia terus memijat atau memukul pinggangnya secara asal. "Sayang kenapa? Kamu capek? Pinggang kamu pegel ya? Kamu lagi—" omongan Nugraha terpotong, karena Deeana langsung mengerti maksud dari pertanyaan Nugraha. "Iya, Nu hari kedua, tiba tiba lemes deh aku lemah banget ya, trus ini pinggang kenapa gak enak banget, pegel gituu aduh, gak paham deh, sebel" balas Deeana.
"Duduk dulu yuk, tuh ada kursi kosong" balas Nugraha pengertian. Nugraha pun sebenarnya lelah karena sedari tadi mereka sudah berkeliling, sepertinya memang mereka butuh waktu untuk beristirahat sebentar. Deeana mengangguk dan berjalan ke arah kursi yang sedari tadi kosong.
Kemudian Nugraha mengambil sebotol air minum dari dalam tasnya, ia membuka tutup botol tersebut, setelahnya ia berikan kepada Deeana. "Minum dulu ya, dari tadi kamu belum minum" ucapnya, kemudian Deeana menerima botol tersebut dan meneguknya beberapa kali.
Rasa pegal di pinggang Deeana sedari tadi semakin menjadi-jadi, mengetahui hal itu Deeana menggunakan tangannya untuk memukul pinggangnya pelan, setidaknya itu bisa mengurangi sedikit rasa pegal yang sangat mengganggu kegiatannya hari ini. Nugraha yang melihat Deeana kesusahan, seketika langsung mengulurkan tangannya untuk memijat pinggang Deeana perlahan.
Deeana sempat tersentak akan perlakuan Nugraha barusan, namun kemudian ia tersenyum menatap lelaki disebelahnya ini. "Aku gatau rasa sakitnya kayak apa kalo lagi halangan, tapi setidaknya kamu bisa bilang, Na sama aku. Maaf ya aku emang kurang peka" ucap Nugraha yang tangannya sedari tadi masih memijat perlahan pinggang ramping Deeana.
Deeana hanya tersenyum simpul mendengar perkataan laki-laki disampingnya barusan, hatinya berdesir mendapati perlakuan manis dan perhatian dari Nugraha. "Makasih ya, Nu. I feel better now because of your magic hand" balas Deeana dengan sedikit tertawa, Nugraha yang mendengarnya ikut terkekeh pelan, "Kamu kayaknya cocok jadi tukang pijat deh, Nu. Enak banget" lanjut Deeana, hal tersebut sukses membuat keduanya terkekeh sampai mengalihkan pandangan beberapa orang yang tiba-tiba menatap kearah mereka. "Yee enak aja, dasar!" balas Nugraha sembari mengacak acak rambut Deeana pelan. Keduanya masih tertawa sampai Nugraha memutuskan untuk menyudahinya "Habis ini kita makan yaa" lanjut Nugraha dan diikuti anggukan dari Deeana. Kemudian mereka melanjutkan kegiatan mereka pada hari itu hingga larut malam.
...
Perhatian sekecil apapun yang diberikan oleh Nugraha sedari dulu memang sukses membuat Deeana tersipu dan terbuai. Memang terkadang Deeana kesal karena Nugraha benar-benar tidak peka jika Deeana tidak mengatakan hal yang ia inginkan terlebih dahulu, namun jika diingat-ingat lagi, hal tersebut sangatlah kekanak-kanakan, mengapa juga ia tak langsung mengutarakan apa yang ia rasakan, dibanding memberikan banyak kode yang belum tentu tepat atau malah ambigu yang menyebabkan Nugraha bingung. Begitulah kaum hawa.
Kemudian terdengar suara ketukan pintu dari luar, Deeana berusaha bangkit dari kasurnya, lagi-lagi ia menghela nafas, siapa si pagi pagi ngetok-ngetok, batinnya. Ia sedang malas bertemu dengan orang, karena mood nya sedang tidak baik pagi ini, secara terpaksa ia bergegas berjalan ke arah pintu kamarnya, pasalnya suara ketokan pintu itu kembali terdengar jelas dan sedetik kemudian ia menarik gagang pintu kamarnya. Tampak seorang wanita paruh baya yang berdiri di depan pintu kamarnya dengan wajah bertanya-tanya, "Na kamu gak kuliah? Emangnya libur?" tanya mama Deeana, "Iya ini aku mau siap-siap, ada kelas jam 1 nanti" balas Deeana dan sesegera mungkin bersiap, kemudian selang beberapa jam ia bergegas pergi ke kampus.
.
Sebegitu kejamnya kah? Batin Deeana meracau saat ia sedang dalam perjalanan menuju kampus, tepat pukul 11.00 ia sudah berada di dalam kereta, perjalanan rumahnya menuju kampus memang tidak terlalu jauh, namun juga tidak terlalu dekat. Suasana kereta siang ini cukup padat, hal itu menyebabkan Deeana tidak mendapatkan satu pun tempat kosong yang bisa ia duduki. Ia menghela nafas panjang untuk yang kesekian kalinya hari ini, Deeana lelah, padahal ia tidak melakukan pekerjaan yang berat tadi pagi, namun kondisinya tidak bisa dibilang baik-baik saja.
Pikirannya melayang kesana kemari. Haruskah ia melalui masa ini? Kemana nantinya ia akan beristirahat? Deeana benar-benar bingung sekarang, pasalnya sedari tadi nama Nugraha selalu memenuhi pikirannya. Deeana tahu bahwa ini sudah kelewatan, bahkan mungkin lama kelamaan ia akan menjadi tidak waras. Ia memejamkan matanya beberapa saat, posisinya masih berdiri diambang pintu kereta, mencoba untuk menghilangkan pikirannya tentang lelaki yang sudah membuat keadaannya menjadi kacau seperti sekarang.
...
"Kamu tau kan, Na.. it took me for over one year to finally make you 'mine'" ucap Nugraha dengan suaranya yang terengah-engah. Deeana hanya terdiam dan menampilkan senyumannya pada lelaki disebelahnya ini. "Jadi aku gak akan ngelepasin kamu gitu aja, Na. Aku gak mungkin ngelepasin kamu gitu aja. Aku tau tujuan kita emang belum jelas, tapi bisa kan setidaknya kita nikmatin setiap waktu yang kita punya sekarang? Urusan apa yang akan terjadi 2-3 tahun kedepan, let's see what happened, gak perlu kita pikirin sekarang" lanjut Nugraha, ia menatap Deeana dengan tatapan serius. Setidaknya bukan sekarang, batin Nugraha perlahan.
"Aku gak bisa Na, aku gak bisa kalo kamu... kalo kamu minta kita udahan dengan alasan itu sekarang, aku gak bisa" lanjut Nugraha dengan suara parau. Deeana sedari tadi tidak tahu apa yang harus ia lakukan, setiap ucapan Nugraha dan manik mata Nugraha saat lelaki itu menatap matanya membuat hati Deeana luluh, ia lemah. Deeana hanya terdiam sedari tadi, namun kemudian tangan Deeana menangkup wajah Nugraha dan mengelusnya pelan.
Kesedihan tampak jelas dimata Deeana. "Maafin aku Nu, aku—" suara Deeana memecahkan keheningan mereka sekarang. "No, look at me, Na... look at me... we can make it. I promise" balas Nugraha dengan cepat memotong ucapan Deeana barusan. Ia mendekatkan wajahnya pada wajah gadis dihadapannya itu, aroma manis dari tubuh Deeana seketika tercium, membuat Nugraha tersenyum kecil, "Tolong jangan pergi, Na" lanjut Nugraha, kemudian ia mencium dan melumat bibir lembut Deeana secara perlahan.
Tak butuh waktu lama Deeana begitu larut pada adegan ini terlebih lagi Nugraha mempercepat temponya yang semula perlahan dan lembut kini berubah menjadi lebih bergairah. Deeana menautkan kedua tangannya pada leher Nugraha, jari-jarinya menyisir rambut lembut milik kekasihnya, sementara kedua tangan Nugraha berada di pinggang Deeana, menggiring tubuh Deeana untuk mendekat ke dada bidang miliknya. Nugraha melumat dan menggigit bibir bawah Deeana hingga meninggalkan bekas merah disana.
Keduanya terbuai sampai mereka kehabisan nafas, Deeana melepaskan tautan bibir mereka dan kemudian menatap Nugraha dalam, "Don't go" bisik Nugraha dan kemudian memeluk Deeana, menenggelamkan wajahnya dan mencium leher milik Deeana, aroma manis dan segar tercium dari sana. Wangi tubuh Deeana sangat memabukkan bagi Nugraha.
...
Shit that kiss was magic.
Suara pemberitahuan bahwa kereta akan berhenti di stasiun berikutnya membuyarkan lamunan Deeana. Ngapain juga gue tiba-tiba kepikiran itu sih? Batinnya sangat kesal mengetahui bahwa banyak sekali hal yang sudah ia habiskan bersama Nugraha, dari yang paling bahagia sampai waktu terpuruknya, Nugraha selalu ada. Nugraha selalu menjadi rumah bagi Deeana.
Fuck, gak mungkin lo nangis di kereta, tolol, batin Deeana lagi dan lagi, namun usahanya gagal, sedetik kemudian air matanya turun begitu saja. Deeana benar-benar benci keadaannya sekarang, ia benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia seperti tidak berdaya, kenangan itu telah memenuhi kepalanya selama kurang lebih 5 bulan belakangan ini dan membuat Deeana runtuh setiap kali ia teringat semua kejadian dimasa lalunya.
Untuk apa Deeana membuang-buang waktu menangis setiap kali ia teringat itu semua? Deeana sendiri bahkan tidak mengerti, kejadiannya sangat cepat. Pada awalnya hubungan mereka baik-baik saja, bahkan mereka sama sekali tidak bertengkar. Tidak ada permasalahan yang begitu serius, sampai mereka harus berpisah. Namun semuanya secara tiba-tiba berubah, Deeana terlalu terbuai sampai ia lupa kalau semua itu hanyalah sementara, alles hat ein Ende. Ketika waktu sudah menentukan saat yang tepat tidak menutup kemungkinan bahwa semua akan lenyap begitu saja.
Siapa yang harus Deeana salahkan sekarang? Dirinya? Atau Nugraha? Atau waktu itu sendiri? Waktu memang kejam, sampai-sampai meninggalkan luka yang begitu dalam di hati Deeana. Sempat terlintas dibenaknya, jika ia mengetahui bahwa pada akhirnya cerita mereka akan berakhir seperti ini, Deeana sangat berharap bahwa di umurnya yang masih 16 tahun saat itu, ia tidak ingin dipertemukan dengan lelaki bernama Gervasisus Nugraha dan jatuh kedalam perangkapnya selama bertahun-tahun, yang kemudian hanya menyisakan dirinya dan kenangan masa lalu yang membuatnya meringis setiap kali ia teringat.
Namun kenyataannya sungguh berbeda, mereka dipertemukan saat mereka masih sangat remaja, banyak hal yang tidak mereka pahami dan beberapa dari itu berada diluar penalaran mereka. Siapa sangka bahwa pertemuan singkat itu menimbulkan percikan api yang kemudian berubah, api itu menjadi besar dan semakin besar sehingga menghanguskan diri mereka sendiri, yang jelas mereka terlambat untuk memadamkan api itu.
Hubungan 3 tahun yang telah berlangsung lama itu memang tidak sempurna, tapi setidaknya sangat berarti bagi Deeana maupun Nugraha. Mungkin mereka dipertemukan hanya untuk mengukir kenangan indah yang sifatnya hanya sementara, bukan untuk selamanya, karena pada akhirnya ada waktu dimana kita harus belajar untuk menerima dan melepaskan, saat bertahan bukan lagi satu-satunya pilihan.
Deeana mungkin belum mengerti maksud dari semua ini, bagaimana ia bisa sampai ada di titik ini, bagaimana hubungannya bisa berubah dalam kurun waktu yang begitu cepat, dan bagaimana seorang Nugraha yang dulu sangat berarti bagi dirinya namun sekarang berubah bak orang asing yang tak ia kenali. Satu yang pasti dan harus ia lakukan, Deeana memang harus menjalani hidup sebagaimana mestinya tanpa seseorang yang dulu pernah menjadi bagian di hidupnya selama bertahun-tahun.
Namun ia benar-benar tidak tahu, seperti sebuah rencana yang sudah tersusun rapi dan kemudian berantakan begitu saja, ia tidak tahu sampai kapan ia harus melewati masa ini, masa dimana ia harus mencari potongan-potongan dirinya sendiri yang hilang entah kemana, masa dimana ia harus berpura-pura kuat didepan orang banyak, masa dimana ia harus mencari dan merombak ulang dirinya demi masa depan, masa dimana ia harus membangun kembali benteng setinggi mungkin, agar hal yang sama tidak terulang.
Sampai kapan gue begini? batin Deeana lemas.
.
They say all's well that ends well, but I'm in a new hell
Every time you double-cross my mind
.
Time won't fly, it's like I'm paralyzed by it
I'd like to be my old self again, but I'm still trying to find it
.
.
.
to be continued
××××××××××××
HIIIIIIIIIII!
So how is it? finally chapter 3 yaaaa :D btw suka banget sama lagunya taytay All Too Well 10 minutes version, ngerasa deep bgt gitu pesan yang ingin dia sampaikan melalui lagu ini.
Anyway, this chapter is the hardest to write, because there's just too much sebenernya yang pengen aku gambarin disini. Saat aku nulis chapter ini aku bener-bener ngebayangin kalo posisi aku ada disepatu Nugraha dan Deeana wkwkw, it took everything in me lah intinya, ide yang ada di otak aku tuangin semua di chapter ini dan yap jadinya seperti ini hehe, maaf ya kalo banyak kurangnya.
I would love to know your thoughts on this chapter! ;)
Lots of love,
Writer A. x