Fathan & Yera

By nazmyawnie

85.3K 4.8K 336

[END | PART LENGKAP] [MS 1] . Dijodohkan? Mungkin kata 'dijodohkan' itu tidak asing bagi orang zaman dahulu... More

[1] tanggung jawab
[2] pertemuan
[3] ganggu
[4] fitting
[5] Adnan
[6] the wedding
[7] first night?
[8] new home
[9] kartoon
[10] degem
[11] gara-gara seblak
[12] flu
[13] Rayyan?
[14] satu kontak
[15] sakit?
[16] aneh
[17] first day
[18] rumor
[19] cuddle
[20] Yera, Atella dan Cyra
[21] semut
[22] step by step
[23] kecoa!
[24] i want you, can you?
[25] foto
[26] loker
[28] about feelings
[29] basket dan hujan
[30] the real kiss
[31] jangan mancing gue
[32] fly me to the moon
[33] perkelahian
[34] about feelings (2)
[35] panik
[36] demam
[37] what should i do?
[38] ngidam katanya
[39] savior
[40] emosi
[41] ruang icu
[42] marah, kecewa dan sakit
[43] kata mama
[44] Atella?
[45] penjelasan
[46] baikan?
[47] juara olimpiade
[48] panik
[49] misi pencarian
[50] berakhir
[51] pisah
[52] ldr
[53] turnamen
[54] birthday kiss
[55] jalan-jalan
special chapter ; kupu-kupu
[56] belajar bareng
[57] bye-bye high school!
[58] kurang seksi
[59] keputusan
[60] bukan akhir dari segalanya (end)
[61] epilog
ANAKNYA FATHAN & YERA?!
F&Y on KaryaKarsa

[27] Aleey

1K 72 3
By nazmyawnie

.

JANGAN LUPA UNTUK VOTE ☆

HAPPY READING ^^

27. ALEEY

.

Fathan memperhatikan Yera yang sedang tertawa sambil menatap ponselnya. Fathan menggigit rotinya lalu berdeham. Yera menghentikan tawa lalu meminum susu hangatnya. Dan kembali melihat ponselnya, Yera kembali tertawa. "Hahahaha!" namun tiba-tiba Yera tersedak. "Uhuk uhuk!"

"Ngetawain apa sih?" tanya Fathan mengernyit.

"Nggak, ini ngakak banget."

Fathan mengambil kunci loker Yera di sakunya, lalu memberikan ke gadis itu. "Ceroboh." ucapnya.

Yera terdiam lalu mengambil kunci itu. "Thanks."

Yera menaruh ponselnya di atas meja makan, lalu menuju kamar mandi. Fathan memperhatikan ponsel Yera yang terus berbunyi, ia mengambil ponsel Yera lalu melihatnya. Fathan mengernyitkan alis. "Degem?"

Fathan melihat isi chat itu, ia menahan napas lalu menghela napas kesal. Yera kembali duduk. "Hp gue man-- Than siniin hp gue," ujar Yera.

Fathan melempar ponsel Yera ke hadapan Yera membuat Yera berdecak. "Ntar hp gue rusak." ujar Yera mengusap ponselnya.

"Degem si Rayyan?" tanya Fathan dengan nada datar.

Yera menatap Fathan. "Iya. Eh-- lo lihat chat gue sama dia?"

"Alay." cibir Fathan. Ia beranjak ingin keluar rumah.

Yera mencebikkan mulutnya. "Bilang aja iri, apa susahnya."

Yera beranjak menyusul Fathan keluar, ia mengambil tas dan sepatunya lalu duduk di teras tepat di samping Fathan yang sedang memakai sepatunya. Yera menatap Fathan. "Than,"

Fathan tidak menyahut.

Yera menghela napas, memilih memakai sepatunya. Fathan mengunci pintu rumah setelah memakai sepatunya, lalu beralih ke motor, menunggu Yera. Yera berdiri, menghampiri Fathan. "Masih ngambek?" tanya Yera.

"Siapa yang ngambek?! Cepet naik." ujar Fathan ketus.

"Itu nada bicara lo ketus gitu, artinya--"

"Iya! Puas lo?!"

Yera terkekeh. "Ututu ... jangan ngambek dong,"

"Cepet, naik."

"Gak ah lo masih ngambek, kalau kecelakaan gimana?"

Fathan menarik napas. "Yera, cepet naik nanti telat, mau dihukum lo?"

"Gak apa-apa. Asal dihukumnya bareng lo." ucap Yera menirukan ucapan Fathan saat mereka dihukum bersamaan di lapangan. Selanjutnya Yera tertawa geli mendengar ucapannya.

Fathan menaikkan sebelah alisnya. "Ngeledek gue ya lo? Cepet naik!"

Yera menghentikan tawanya. "Udah gak ngambek?"

"Tau ah. Cepet naik,"

"Masih ngambek. Gue gak mau naik."

Fathan berdecak. "Durasi Yera durasi!"

Yera melihat jam tangannya. Sementara itu Fathan turun dari motor dan berdiri di hadapan Yera. "Ni bocil lama-lama gue makan juga lo." ujar Fathan. Ia mengangkat tubuh Yera ke atas motor. "Diem." ucap Fathan pada Yera yang mengerjapkan matanya kaget.

Fathan menaiki motornya lalu memakai helm dan melajukan motornya ke sekolah.

***

"Yera,"

Yera menoleh, menatap guru yang memanggilnya. "Iya Bu?"

"Kamu dipanggil Bu Rahma, bisa ke sana sekarang?" ujar Bu Dian.

Yera mengangguk. "Baik Bu."

"Hayo loh Yer, ada apa tuh?" tanya Lira menakut-nakuti Yera.

"Alah gimana lo?" Cyra ikut menakuti Yera.

"Ihh jangan bikin gue tremor dong," ujar Yera.

Cyra dan Lira terkekeh. "Dah sana, ditungguin sama Bu Kanjeng." ujar Cyra.

Yera menghela napas, lalu beranjak menuju ruang guru. Yera memasuki ruang guru, di sana sudah ada 3 murid yang duduk di kursi. 2 siswa dan 1 siswi. Yera duduk di samping adik kelas setelah menyalimi Bu Rahma.

"Berhubung kalian sudah ada di sini semua, Ibu langsung aja mau bilang, kalau nanti ada lomba olimpiade pada akhir bulan Oktober. Jadi Ibu memanggil kalian ke sini untuk menjadi perwakilan olimpiade. Bagaimana kalian siap, kan?" ujar Bu Rahma.

"Saya siap-siap aja Bu." Bayu--kelas 11 menjawab.

"Saya nanti izin dulu ke orang tua Bu." Raya--kelas 11 juga menjawab.

Bu Rahma mengangguk. "Fian, Yera, kalian bisa kan?"

"Saya akhir Oktober ada acara keluarga Bu, gimana?" tanya Fian--kelas 12.

"Kamu gak bisa ikut olimp aja? Bukannya Ibu maksa, tapi lomba ini tingkat Kabupaten, sayang kalau nggak ikut." ujar Bu Rahma.

"Mm, nanti saya pikirkan dulu Bu." balas Fian.

Bu Rahma mengangguk. "Yera kamu gimana? Bisa?"

"Saya harus minta izin orang tua dulu Bu, bisa kan?" ujar Yera.

"Iya bisa. Tapi Ibu harap kalian harus bisa ikut ya. Terutama Yera, tadinya Ibu mau pilih Nayla tapi dia bakal keluar kota akhir Oktober." ujar Bu Rahma.

Yera mengangguk. "Saya akan usahakan Bu."

"Iya Bu, kita juga." sahut yang lain.

Bu Rahma mengangguk. "Kalian boleh kembali ke kelas masing-masing."

Yera dan lainnya beranjak keluar dari ruang guru. Yera melangkahkan kakinya setelah 2 adik kelas pergi lebih dulu. Yera berjalan di koridor ingin kembali ke kelasnya, namun panggilan dari seseorang membuat Yera menoleh.

"Iya?"

"Lo jadi ikut lomba?"

Yera mengedikkan bahunya. "Tergantung. Kenapa?"

"Kalau ikut, boleh belajar bareng gak?"

Yera mengernyit. "Gimana nanti aja."

Cowok itu mengangguk. "Kalau jadi, gue bakal ngajak yang lain."

Yera hanya diam. "Gue duluan." ujar Yera. Yera kembali melangkahkan kakinya menuju kelas.

Sementara Fian, cowok itu menatap kepergian Yera dengan senyum di bibirnya.

***

"Hi hi hi hi ha ha ha ha hoo..."

Qathan menempeleng kepala Albert. "Berisik anjrit, kuping gue lama-lama trauma denger suara lo."

"Gue tuh lagi latihan vokal, biar terkenal." balas Albert.

"Gak usah di sekolah juga." ujar Qathan.

"Terserah gue." ucap Albert.

Fathan dan Adnan hanya memperhatikan mereka berdua dengan helaan napas. "Eh, btw gue bawa foto yang kemarin." kata Adnan. Ia mengambil foto itu di tasnya.

"Nih," Adnan menaruh beberapa foto polaroid itu di meja.

Mereka bertiga mengambil foto itu. "Apaan nih gue satu foto doang?" ujar Albert.

"Gue juga, mana ada yang ikut foto di samping gue." ujar Qathan.

Adnan menoyor kepala Qathan. "Itu gue bego."

Sementara Fathan melihat hasil fotonya dengan Yera. Ada tiga foto, yang pertama, keduanya sama-sama tidak tersenyum. Kedua, keduanya tersenyum walau Yera terlihat terpaksa, dan ketiga, Fathan yang mencium pipi Yera dan Yera yang terlihat tersentak kaget. Fathan tersenyum tipis. Ia memasukkan foto itu ke dalam tasnya.

"Kantin aja yok, guru juga paling gak bakal masuk." ajak Albert.

Qathan melihat jam. "Ayok bentar lagi istirahat,"

Mereka beranjak, berjalan menyusuri koridor menuju kantin. Sesampai di kantin mereka langsung memesan makanan. Saat mereka menikmati makanannya, Atella datang dan langsung duduk di sebelah Fathan. "Gue izin gabung." ujar Atella dengan semangkuk mie di tangannya.

Mereka melirik Atella sekilas lalu kembali menyantap makanannya. Atella mulai memakan makanannya. Ia melirik Fathan. "Mm, Than, makasih buat yang kemarin." ujar Atella.

Fathan hanya mengangguk.

"Sorry ngerepotin lo mulu, pasti lo risih." ujar Atella lagi.

Fathan melirik Atella. "Udah tahu kalau gue risih, kenapa lo gak minta tolong orang lain aja?" sarkasnya.

Atella menatap Fathan. "Karena gue mau lo di sisi gue."

Fathan berdecak. "La, kita udah putus dari lama! Jadi stop ganggu gue."

"Gue nggak ganggu lo Than. Gue cuma lakuin apa yang biasa gue lakuin ke lo dulu."

"Itu dulu Alla." tekan Fathan. "Dan bilang ke Mama lo, kalau kita udah gak ada hubungan lagi." lanjutnya.

Atella menggeleng. "Gue gak mau."

Fathan mengeraskan rahang. "Bisa gak sih lo jangan egois?!" gertaknya. "Lo sama Mama lo gak ada bedanya. Sama-sama iblis." lanjutnya.

Atella mengernyit tak suka. "Kenapa lo jadi kayak gini?"

"Lo yang bikin gue begini, masih nanya?" Fathan menggeleng heran seraya menghela napas.

Hening.

Fathan tersentak pelan. Tangan Atella tiba-tiba terulur memegang rahang Fathan, mengusap pelan. "Gue akan bikin lo nurut sama gue lagi, kayak dulu." ucap Atella terkesan lembut. "I miss u so bad." lanjutnya.

Jari Atella beralih mengusap pipi Fathan. "Lo bilang, lo suka diusap di bagian pipi---"

Seakan terhipnotis dengan Atella, Fathan memejamkan matanya.

"---Habis itu, lo mejamin mata kayak sekarang."

Sekelebat bayangan dirinya dan Atella muncul.

"Lo tetep Fathan-nya gue." ucap Atella dengan jari yang masih mengusap pipi Fathan.

Fathan menggeleng. Ia membuka matanya lalu menyingkirkan tangan Atella. "Nggak. Gue udah jadi Fathan-nya orang lain. Lo gak usah berharap lebih." ujar Fathan, menatap Atella datar.

Alis Atella terangkat. "Oh ya? Siapa? Lebih cantik dari gue atau lebih jelek?"

"Dia lebih dari segalanya." jawab Fathan.

Di sisi lain,

Yera di ujung sana, melihat semuanya. Walaupun ia tidak tahu apa yang mereka bicarakan tapi mampu membuat hati Yera panas. Bagaimana si Atella itu menatap Fathan, lalu mengusap rahang dan pipi suaminya.

Suaminya.

Arghh! Rasanya Yera ingin menghampiri dan menonjok wajah Atella. Tapi ia tidak bisa melakukannya. Yera menghela napas. Kembali melanjutkan makannya.

"Tadi guru nyuruh lo ngapain?" tanya Lira.

"Itu, ada lomba olimp terus gue disuruh ikut." ujar Yera.

"Terus lo ikutan?" tanya Cyra.

Yera menggeleng. "Gue bakal izin dulu."

"Ke Fathan?" tanya Lira.

Yera mengangguk pelan. "Ke ortu juga."

"Tapi gue ke ortu cuma bilang doang gak izin." lanjut Yera.

"Terus Bunda lo jawab apa?" kini Cyra yang bertanya.

"Paling cuma 'Iya' doang." jawab Yera.

"Jadi, lo ikut dong?" tanya Cyra lagi.

"Kayaknya." jawab Yera.

"Eh btw siapa aja yang ikut?" Lira bertanya.

"Adek kelas dua orang, terus sama si Fian, udah itu doang sama gue jadi empat orang."

Cyra mengernyit. "Fian anak ips?"

Yera mengangguk.

"Emang dia pinter ya?"

"Ya kalau gak pinter gak mungkin ngewakilin lomba lah, gimana sih lo." ujar Lira.

***

Fathan memperhatikan Yera yang sedang memainkan ponselnya. Sejak pulang sekolah sampai malam ini, Yera tidak banyak bicara seperti biasanya. Fathan mendekatkan badannya ke Yera. "Ra,"

"Hm?"

"Lo kenapa?"

Yera mengernyit. "Gue kenapa?"

"Lo dari tadi gak banyak omong. Kenapa?"

"Gapapa. Males aja."

"Ra,"

Yera fokus pada ponselnya, tak menyahut.

"Yera,"

Yera berdeham.

"Xavyera Aleeya Elara,"

"Apa?"

"Lihat gue dong, jangan hp mulu."

Yera masih tak melepas pandangannya dari ponsel.

"Aleey,"

"Siapa Aleey?"

"Nama lo. Aleeya, kan? Ya udah gue panggil Aleey aja, kalau Leeya udah banyak."

"Oh." hanya itu respon Yera.

Fathan menghela napas. Ia mengambil ponsel Yera lalu menidurkan kepalanya di atas paha Yera. Yera berdecak. "Hp gue, Than," ujar Yera.

Fathan melempar asal benda itu ke sembarang arah. "Gak boleh."

Yera melirik ponselnya yang tergeletak di lantai, untungnya tidak pecah. Ia menatap Fathan. "Mau apa sih?"

"Mau kiss." Fathan menunjuk bibirnya.

"Kenapa sih pengen banget di cium sama gue?"

"Gak tahu."

Yera menghela napas. Tangannya menyisiri rambut Fathan, membuat Fathan memejamkan matanya. Lalu tangan Yera beralih mengusap rahang dan pipinya.

"Btw, tadi guru nyuruh gue ikut lomba olimp. Gue boleh ikut gak?" tanya Yera.

"Siapa aja?"

"Adek kelas cewek sama cowok terus sama kelas dua belas cowok. Boleh?"

"Kapan lombanya?"

"Akhir bulan."

Fathan mengangguk. "Boleh."

"Serius?"

"Iya."

Fathan mengubah posisinya, ia duduk lalu mengambil ponsel Yera di lantai dan menchargernya. Setelah itu kembali ke kasur, merebahkan badannya. "Ayo tidur." ucap Fathan.

Yera merebahkan badannya, menghadap Fathan. Fathan memeluk badan Yera seraya memejamkan matanya. Yera memperhatikan wajah Fathan dari dekat, memang kalau di lihat-lihat tampan juga.

Tangan Yera mengelus pipi Fathan, bayangan Atella tadi pagi masih teringat jelas di pikiran Yera. Jemarinya beralih mengusap bibir Fathan. "Gue gak tahu, kenapa lo suka ngusap bibir gue?" ujar Yera.

Fathan membuka matanya. "Tidur Leey, jangan nakal."

"Tapi--"

"Apa lagi?"

Yera kembali mengusap pipi Fathan membuat laki-laki itu memejamkan matanya. "Like nicotine. Sentuhan lo bikin candu." ujar Fathan.

"Lo pernah ngerokok?"

Fathan tak menjawab. Hanya menikmati usapan itu.

Yera memajukan wajahnya, memberikan kecupan singkat di pipi dan bibir Fathan. Fathan tersentak, refleks membuka matanya, menatap Yera. Jantungnya berdegup lebih cepat. "Lo barusan cium gue?"

Yera menggeleng. "Cuma kecupan."

Fathan beralih menatap bibir Yera, memberikan kecupan singkat di sana juga.

"So, when's the real kiss?"

***

tbc

Aleey dibaca Aley (khusus fathan)

Aleeya dibaca Aliya

maaf kalau ada yng gaje, ngetiknya malem" sambil tidur soalnya ngantuk bngt HAHAHA

btw di chapter awal udh aku tulis klo cerita ini rate 15+ bakal ada adegan skinship nya, jadi kalo ga suka skinship kalian ga usah baca.

sekian itu aja byee

jangan lupa vote!!

thankuuu <33

follow ig:
nazmyawnie (wp)
nndahnaa (personal)

Continue Reading

You'll Also Like

720K 8.3K 5
Cass doesn't understand why people think she is crazy. She leads a normal life. As normal as it could be while dating a gang leader, that is. Enters...
3.1M 107K 59
❛ A BLACK WIDOW DOES NOT FAIL. ❜ | How does one find a balance between finding yourself and being who everyone wants you to be at the same time? Frey...
295K 11.2K 27
[ completed - 17/3/14 ] [ undergoing slight editing ] [ Wattyawards2014 ] [ featured on the Wattpad Official account's Summer Beach Reads list ] Au...
373K 27.5K 43
Powerless in a family of Necromancers, Ezra has struggled to fit in his whole life. Going off to a normal college life seemed like the perfect place...