~ Happy Reading ~
UN-EDITED
Seminggu sudah berlalu, setelah meminta restu ke pihak Jeffrey dan Rosie, keduanya sepakat untuk melangsungkan pemberkatan pada hari Sabtu.
Selama beberapa hari sebelum hari-H mereka di bantu oleh om dan tantenya Jeffrey untuk mempersiapkan pernikahan yang di gelar sangat sederhana. Hanya di hadiri wali dan pendeta, namun suasana di altar pernikahan sangat khidmat.
Jeffrey bahkan dengan lantang membaca sumpah pernikahan seolah lelaki itu sudah siap secara mental dan lahir batin. Sedangkan Rosie lebih banyak diam karena berusaha menahan tangis haru mengingat ini bukanlah pernikahan yang dia impikan.
Tidak ada orang tua, tidak ada kerabat dekat, dan tidak ada teman-teman yang bisa ia pamerkan kebahagiaan nya.
Tapi mau bagaimana lagi. Semua ini memang harus di lakukan sebagai bentuk pertanggung jawaban mereka.
"Selamat ya lo udah jadi istri dan bentar lagi juga mau jadi mamah muda. Jangan kekanakan dan jangan manja. Lo bukan lagi anak-anak remaja sekarang. Walaupun gue agak kecewa, tapi gue tetap support lo sebagai kakak terbaik." ujar Ceye yang menepuk puncak kepala Rosie membuat tangisan yang sempat ditahan Rosie pun akhirnya pecah tak terbendung.
Perempuan itu menghambur ke dalam pelukan Ceye dan menangis tersedu di dekapan kakaknya itu.
"Woi udah jangan nangis. Nanti make-up lo berantakan, kasian mbak MUA nya udah susah-susah make-up in lo. Lagian nggak malu apa dilihat suami sama keluarga nya suami lo." bisik Ceye yang malah membuat tangisan Rosie makin parah.
"Dek, jas mahal gue kelunturan foundation lo anjir. Tuh kan jadi kotor. Biaya laundry nya mahal nih."
Rosie dengan kesal menjewer telinga Ceye membuat lelaki itu memekik kesakitan. "Woi anjir lo KDRT sama kakak sendiri." pekiknya.
"Jeff, gue sarananin lo jangan buat Rosie ngamuk ya. Lo lihat sendiri kan ganas nya dia kalau lagi marah. Bisa-bisa baru nikah lo udah kena KDRT lagi." ujar Ceye sambil menunjuk Jeffrey.
"Bacot anjing! Ngeselin banget sih." bisik Rosie sambil meninju perut Ceye.
"Lo lagi hamil jangan ngomong kasar. Kasian ponakan gue udah terkontaminasi sejak dalam kandungan."
"Kak, lo bakal sering ke Jakarta ngunjungin gue kan? Lo nggak ada niatan pindah domisili ke Bali kan?" tanya Rosie.
"Kalau misalnya gue dapat jodoh orang Bali ya gue bakal pindah domisili lah. Disana lebih enak tiap hari bisa cuci mata, banyak bule lewat cuma pakai kutang."
Rosie kembali meninju perut Ceye sampai bunyi 'bug'. "Serius dong. Gue lagi nggak mood nanggepin ke-gajean lo."
"Iya iya gue bakal sering kesini. Lagian rumah kita juga ada disini. Oh iya lo nanti tinggal dimana?"
"Rencana nya kita bakal tinggal di apartemen gue, bang. Nanti gue share location ke lo deh." sahut Jeffrey menjawab.
Ceye mengangguk. "Lo jagain bener-bener istri sama anak lo. Usia muda biasanya masih labil. Lo jangan sampai bikin mereka kesusahan. Tadi lo udah sumpah ke Tuhan, jangan main-main sama sumpah."
Jeffrey mengangguk mantap. "Siap, bang. Gue usahain Rosie sama bayi nya nanti bahagia."
"Jangan bacot doang. Gue tunggu buktinya."
Jeffrey kembali mengangguk. Kakak iparnya ini seperti memiliki dua kepribadian. Kadang gaje banget, tapi kalau sudah serius bisa bikin bumi gonjang-ganjing.
"Gue cabut duluan ya. Yang di Bali udah meraung-raung minta di perhatiin. Hadiah nikah dari gue bakal dikirim besok."
"Cepet banget udah mau balik ke Bali aja, padahal lo disana juga cuma ngegabut." celetuk Rosie.
"Gabut nya gue menghasilkan uang banyak. Gue kan bukan pengangguran biasa." ucap Ceye dengan nada sombong.
"Amit-amit, jangan sampe nanti anak gue niru lo." sinis Rosie sambil mengusap-usap perutnya.
"Jeff, gue cabut duluan ya. Bahagiain adik sama ponakan gue."
"Lo liat aja buktinya nanti. Adik sama ponakan lo pasti bahagia, bang."
Ceye menepuk pundak Jeffrey sebelum pergi meninggalkan Gereja.
"Nemuin om sama tante dulu yuk. Tadi om nyuruh kita kesana kalau urusan sama bang Ceye kelar." ucap Jeffrey.
Rosie mengangguk. Setelah memastikan riasan nya tidak berantakan, mereka berjalan mendekati altar. Om dan tante Jeffrey sedang mengobrol dengan pendeta yang tadi memimpin pemberkatan mereka.
"Om.." panggil Jeffrey.
"Udah selesai ngobrol sama kakak nya?" tanya Om.
"Maafin kelakuan kakak aku ya, om. Dia emang suka kelebihan energi jadi gaje gitu orang nya." ucap Rosie canggung.
"Kakak kamu asik kok orangnya. Gampang bergaul sama orang lain." sahut tante nya Jeffrey –Tante Jessica.
Rosie hanya tersenyum canggung. Dia masih belum terbiasa dengan keluarga Jeffrey. Padahal dia belum bertemu orang tua Jeffrey. Kata Jeffrey orang tua nya sedang tidak ada di Jakarta jadi tidak bisa datang ke acara pemberkatan mereka.
"Jadi setelah ini rencana kalian apa?" tanya Om Darwin.
"Kita bakal nerusin sekolah sampe lulus. Terus nanti kalau memang memungkinkan Jeffrey rencananya mau kuliah sambil kerja. Tapi ambil kelas karyawan biar urusan kuliah sama kerja nggak bentrok. Kalau Rosie belum ada rencana kuliah soalnya dia mau fokus belajar jadi orang tua sekaligus ngurus rumah tangga biar nanti kalau bayi nya udah lahir kita nggak perlu pakai jasa baby sitter." ukar Jeffrey menjelaskan.
"Kamu nggak masalah kalau harus skip kuliah, Rosie?" om Darwin beralih bertanya kepada Rosie.
Rosie mengangguk. "Aku sama Jeffrey udah ngomongin masalah ini dan kita sepakat. Aku skip kuliah biar urusan rumah tangga nggak keteteran. Nanti kalau ada waktu yang tepat baru aku pertimbangin lagi masalah kuliah nya."
"Kamu jadi ambil PTN di Bandung, Jeff?" tanya Om.
Jeffrey mengangguk. "Iya, om. Jeffrey udah persiapan juga sih."
"Terus kamu bakal pindah ke Bandung sama Rosie?"
Jeffrey kembali mengangguk. "Ini udah jadi salah satu rencana kita sih. Soalnya nggak mungkin kalau kita tetap di Jakarta yang peluang ketemu teman-teman sekolah lebih besar. Jeffrey sama Rosie butuh privasi biar kandungan Rosie sehat."
Om Darwin mengangguk menyetujui rencana Jeffrey. "Bagus. Rencana kamu kelihatan matang. Tapi harus ingat ya, Jeff. Sekarang kamu udah jadi kepala keluarga, kamu harus memimpin keluarga kamu. Jangan egois dan harus saling mempercayai. Komitmen dalam hubungan itu penting. Apalagi kalian bakal punya anak, di jaga yang benar anaknya. Di didik yang benar, jangan lalai."
Jeffrey dan Rosie mengangguk menerima nasihat dari om Darwin.
"Rosie kalau butuh bantuan tinggal bilang tante ya. Pokoknya jangan sungkan." ujar tante Jessica dengan ramah.
Rosie tersenyum hangat. Dia cukup beruntung karena om dan tante nya Jeffrey menerimanya dengan baik. Bahkan mereka sama sekali tidak memojokkan dirinya dan Jeffrey yang sudah kebablasan.
"Siap, tante. Nanti aku bakalan sering chat tante deh."
"Telepon atau main ke rumah tante juga boleh kok. Boleh banget malah."
"Jeff, kalau fix ke Bandung nanti om cariin rumah buat kalian ya."
Jeffrey dan Rosie kompak saling bertatap-tatapan mendengar ucapan om Darwin barusan.
"Om rencana nya kita nggak akan nyari rumah gede loh. Kita pengen nya rumah yang cukup buat keluarga kecil kayak kita gini."
"Yakin kamu, Jeff? Om kan punya bisnis properti di Bandung, kalau kamu mau kalian bisa pakai satu rumah di sana buat di tempatin. Nggak perlu mikirin biaya, om beneran kasih sebagai hadiah pernikahan."
"Makasih banyak, om. Tapi aku sama Rosie udah sepakat dari awal. Karena kedepan nya kita bakal hidup mandiri jadi kita harus bisa manage uang. Jeffrey juga belum tentu nanti kerja nya jadi apa, jadi buat jaga-jaga kita mau cari rumah yang sederhana tapi nyaman."
"Rumah sederhana juga bagus, tapi apa nggak sebaiknya kalian punya rumah yang lebih besar. Anak kecil biasanya suka sama halaman rumah yang besar untuk area main nya dia nanti." kini giliran tante Jessica yang mencoba membujuk.
"Untuk masalah itu bisa di pikirin nanti dulu, tante. Aku sama Jeffrey juga bakal usahain nabung buat kedepannya. Jadi kalau sekarang kita mau berusaha mandiri dan hidup sederhana dulu. Walaupun susah tapi semoga kita bisa ngejalanin semuanya." Jawab Rosie.
Om Darwin menghela nafas panjang. Sepertinya keputusan Jeffrey dan Rosie sudah cukup yakin, beliau tidak bisa lagi menentang nya.
"Kalau gitu om udah nggak bisa bujuk lagi kalau kalian udah se-yakin itu. Tapi kalau emang kalian butuh bantuan jangan sungkan minta tolong ke om sama tante ya."
Jeffrey dan Rosie mengangguk, mereka sama-sama melemparkan senyum dan kata terima kasih untuk om dan tante.
"Oh iya mengenai pernikahan kalian, om cuma mau bilang kalau status kalian emang udah resmi jadi suami istri, tapi hanya di mata agama ya. Untuk bisa dapat sertifikasi hukum kalian harus memenuhi standar usia menikah. Jadi baru tahun depan kalian dapat akta nikah resmi nya."
"Iya gapapa, om. Kedepannya biar Jeffrey yang urus."
"Jeff, mengenai papah kamu–"
Jeffrey dengan cepat memotong ucapan om Darwin. "Om nanti Jeffrey minta tolong cariin rekomendasi rumah yang lokasi nya strategis di Bandung ya."
Raut wajah om Darwin sedikit berubah. "Nanti om bantu cariin rumah untuk kamu di Bandung."
Jeffrey mengangguk. "Terima kasih banyak ya, om. Jeffrey bener-bener terbantu."
Om Darwin menepuk punda Jeffrey. "Selamat ya, Jeff. Kamu udah jadi suami dan calon ayah. Semoga kamu bisa menemukan kebahagiaan yang kamu cari-cari selama ini. Jangan kecewain ibu kamu dan buktikan kalau kamu lebih hebat."
"Jeffrey titip mamah kalau nanti Jeffrey jadi pindah ke Bandung ya, om." Ucap Jeffrey dengan nada pelan –terdengar seperti bisikan.
Rosie langsung merebahkan tubuh lelah nya di atas ranjang apartement Jeffrey yang kini sudah menjadi apartemen bersama. Wanita itu mengeluh badan nya remuk karena terlalu lama berdiri dan mengobrol. Apalagi gaun pengantin nya tadi cukup merepotkan dan menyulitkan gerakan nya. Untung saja hari ini dia tidak begitu merasakan mual yang parah, jadi acara pernikahan mereka berjalan sangat lancar.
"Mau mandi nggak? Mumpung belum terlalu malam." tanya Jeffrey yang baru keluar dari kamar mandi sambil memakai baju kaus nya. Lelaki itu baru selesai mandi rupanya.
"Mandi lah, lengket banget nih badan gue."
"Yaudah sana cepetan mandi, nanti keburu malam. Udah gue siapin air nya di bathub."
Rosie bangun dari rebahan nya dan duduk di samping ranjang, Dia melihat Jeffrey yang sedang mengeringkan rambut nya dengan handuk.
"Bukain baju gue dong." celetuk Rosie yang langsung membuat Jeffrey menoleh ke arah nya.
"Tumben. Biasanya gue liat badan lo dikit aja nggak boleh."
"Itu kan pas kita belum nikah. Kalau sekarang kan udah sah."
Jeffrey menyeringai melihat Rosie. "Malam pertama nih kita?" tanya nya.
Rosie menggeleng. "Sorry ya, Jeff. Tapi nggak ada apa-apa malam ini. Gue capek banget pengen tidur. Lagian malam pertama nya kan udah pas kita buat si dedek. Jadi malam ini nggak ada yang namanya malam pertama."
Jeffrey merengus kesal. "Sudah kuduga. Nggak mungkin lo ngajakin duluan."
"Gue nggak berani begituan sekarang. Nanti tanya dokter dulu deh biar lebih safety. Kira-kira boleh nggak berhubungan pas lagi hamil muda."
"Searching aja sih sekarang biar cepat."
"Nggak mau ah. Kadang info dari internet nggak sesuai sama kondisi orangnya."
Raut kekecewaan terlihat jelas di wajah Jeffrey dan Rosie bisa menangkapnya. Wanita itu berdiri dan berjalan mendekati suaminya yang masih berdiri di depan lemari.
"Lo 'mau' sekarang emang?" tanya Rosie.
Jeffrey mengangguk semangat. "Mau lah. Mumpung udah sah jadi bisa main sepuas-puasnya."
Rosie menepuk pelan mulut suaminya. "Sange banget emang, pantesan tokcer." Sungutnya kesal.
"Bibit unggul nih bos." ujar Jeffrey dengan nada sombong.
Rosie melengos malas melihat tingkah suaminya yang kelewat sombong.
"Sekarang bantuin buka baju nya dulu, gue mau mandi. Terus habis itu chat Mina, mau nanya boleh berhubungan nggak pas lagi hamil muda."
Jeffrey menggerakan tangan nya membantu melepaskan gaun pengantin Rosie yang memang kelihatan ribet.
"Kok tanya Mina. Sangkut pautnya sama dia apa? Dia punya pengalaman kayak gitu?" tanya Jeffrey sambil menyibukan diri membuka gaun istrinya.
"Ya nggak lah. Dia anak baik-baik, belum terkontaminasi yang kotor-kotor." ucap Rosie. "Dia punya kakak yang jadi bidan, waktu pas kita habis gituan juga gue langsung nanya ke Mina kira-kira peluang gue hamil berapa persen soalnya gue lagi masa subur. Ternyata apa yang di jelasin Mina bener-bener kejadian. Salah satu cebong lo membuahkan hasil dan lagi bersemayam di rahim gue." lanjutnya.
"Lo nggak bilang kalau lo sama gue habis gituan pas nanyain itu ke Mina, kan?" tanya Jeffrey dengan wajah panik.
"Ya enggak lah. Nyari mati kalau gue nyeritain kayak gitu. Gue pakai alasan tetangga gue yang nanya."
"Mantap, istrinya Jeffrey pintar nya bukan cuma di pelajaran doang ternyata."
Rosie mencebik kesal mendengar ucapan suaminya barusan. "Udah ah gue mau mandi." ucap Rosie sambil berjalan ke arah kamar mandi hanya menggunakan dalaman.
Udah biasa dia, soalnya kata Jeffrey nggak ada yang perlu di sembunyiin lagi. Mereka udah saling lihat tubuh masing-masing.
"Ci nggak usah lama-lama mandi nya. Udah malam!" seru Jeffrey.
"IYA!" balas Rosie.
Rosie selesai membersihkan tubuh nya. Dia keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang terbalut kaus milik Jeffrey yang terlihat kebesaran di tubuh nya yang kecil. Dia berjalan mendekati ranjang dan merebahkan tubuh di samping suaminya yang sedang memainkan ponsel nya dengan raut wajah serius. Rosie bisa mendengar suara tembakan dan suara-suara orang dari ponsel Jeffrey.
"Woy Ming jangan kesana anjir. Lo lagi di wilayah musuh." seru Jeffrey.
"Jeprot bantuin gue dulu. Gue di kepung musuh." suara Bambang terdengar dari speaker ponsel Jeffrey.
"Ah payah lo berdua. Masa gue harus bantuin kalian dulu sih. Mau nge-kill nih gue." kini Jeffrey ikut berseru.
Rosie tidak mau ikut campur kegiatan suaminya yang sedang mabar bersama teman-teman nya. Jeffrey kalau lagi mabar semua perhatian nya pasti hanya tertuju pada game yang dia mainkan.
Dia juga ikut memainkan ponsel nya. Membuka chat room group nya dengan Lisa dan Mina. Dia ingat kalau ada yang ingin dia tanyakan kepada Mina.
SIMPANAN DUDA KAYA RAYA (3)
Rosie
Met malam simpanan duda kaya raya
Mina
Gue nggak nafsu sama duda
Teman lo yang satu noh tergila-gila sama duda
Lisa
Selera duda gue bukan kaleng-kaleng
Harus ganteng, daddy vibe, dan pastinya kaya raya tujuh turunan
Rosie
Gue tadinya hampir demen sama sugar daddy
Tapi sekarang kayaknya udah nggak deh
Rosie
Suami gue juga nggak kalah mantap dari duda kaya raya (delete)
Lisa
Lo belum ketemu aja sama duda ganteng kaya raya
Rosie
Nggak minat lagi gue, Lis.
Mina
Lo kemana aja, Ci? Kita ajakin nongki tadi malah nolak
Rosie
Gue ada urusan penting menyangkut masa depan
Sorry guys
Rosie
Oh iya hampir lupa.
Min, tetangga gue mau nanya lagi nih ke kakak lo. Bisa nggak dapat konsultasi khusus malam ini. Besok gue traktir makan mi ayam pakde jenggot di kantin depan.
Lisa
Lagak lo menyangkut masa depan
Jomblo nggak usah kebanyakan gaya deh
Mina
Tetangga lo nggak mampu ke dokter apa ya?
Kok konsultasi ke kakak gue terus. Mana minta gratisan lagi
Rosie
Dia ansos gitu, Min.
Yaudah sih tolong bantuin. Kasian orang nya.
Mina
Nanya apa sih?
Mumpung ada kakak gue nih di rumah
Rosie
Jadi gini...
Eh tapi ini pembahasan agak berat kayaknya. Menyangkut konten plus plus
Lisa
Widih semangat nih gue kalau kayak gini
Hitung-hitung edukasi gratis
Mina
Iya kenapa, Ci?
Rosie
Jadi gini ya..
Tetangga gue ini kan udah nikah sama cowok yang ngehamilin dia waktu itu. Terus tiba-tiba suaminya minta jatah malam pertama, tapi tetangga gue ini masih takut mau gituan soalnya belum tanya ke dokter. Usia kehamilan nya masih terbilang muda jadi dia masih ragu mau nurutin keinginan suami atau mentingin keadaan bayi nya dulu.
Lisa
Waduh suami nya sangean banget kayaknya
Rosie
IYA EMANG BENER BANGET
Lisa
Loh kok lo yang ngegas, Ci?
Rosie
Itu kata hati tetangga gue, Lis
Mina
Waktu yang pas untuk melakukan hubungan intim adalah setelah kehamilan memasuki trimester kedua. Pada masa awal kehamilan, ibu tidak dianjurkan untuk melakukan aktivitas seksual karena alasan perubahan tubuh.
Mina
Itu kata google
Mina
Berhubungan seks saat hamil muda umumnya aman. Pasalnya, rahim wanita memiliki otot yang kuat untuk mencegah keguguran. Selain itu, selama berhubungan seks, penis biasanya tidak dapat menjangkau rahim, sehingga janin di dalam kandungan tetap aman. Asalkan keadaan kesehatan ibu dan janin nya dalam kondisi yang sehat, maka melakukan hubungan seks di perbolehkan. Posisi dan gerakan saat berhubungan juga patut di perhatikan.
Mina
Itu kata kakak gue barusan.
Tapi katanya kalau ngelakuin anu di usia hamil muda agak rentan sih. Tinggal gimana tetangga lo dan suaminya aja pengen nya gimana.
Kalau kata gue mending jangan dulu. Kasihan dedek bayi nya.
Rosie
Jadi bingung gue wkwkwk
Lisa
Kenapa jadi lo yang bingung?
Kan yang punya masalah tetangga lo
Rosie
Ya gue jadi ikutan bingung
Mina
Berapa usia kandungan tetangga lo, Ci?
Rosie
Jalan enam minggu
Lisa
Waduh masih kicik kali dedek nya
Kasian nanti kesodok sama bapaknya
Mina
LISA BAHASA LO MAKIN KASAR
SENSOR PLEASE SENSOR
Lisa
Ih gapapa kali, Min. Kan edukasi :)
Rosie
Jadi boleh apa nggak nih, Min?
Mina
Tunda dulu aja. Tunggu sampai usia kehamilan nya pas
Takutnya nanti terjadi hal yang tidak di inginkan
Lebih baik tahan bentar dari pada kebablasan
Kasian dedek bayi nya
Lisa
Iya kasian dedek bayi nya nanti kesundul pas bapak nya lagi masuk
Mina
Lisa lo lama-lama gue kick aja lah
Lisa
Edukasi ini, Min. Mumpung gratis xixixi
"Nyuekin suami di malam pertama dosa loh, Ci." celetuk Jeffrey yang sudah bergeser mendekati Rosie. Dia ikut berbaring disamping istrinya.
Rosie melirik suaminya malas. "Lo berarti yang dosa. Kan tadi lo lagi asik mabar."
"Tadi tuh gue mabar sekalian nungguin lo selesai mandi. Daripada gabut mending gue mabar dulu."
Rosie tidak memperdulikan suaminya. Dia masih sibuk berkirim pesan dengan Lisa dan Mina.
"Gimana? Jadi nggak kita anuan malam ini?" tanya Jeffrey dengan nada seduktif.
Rosie menyodorkan ponsel nya di depan wajah Jeffrey. "Baca chat Mina. Itu info akurat dari kakaknya."
Jeffrey membaca chat Mina lalu tak lama setelah itu raut wajahnya berubah kecewa.
"Masa nggak boleh sama sekali sih? Kan kandungan lo juga gapapa, Ci. Bayi nya juga sehat-sehat aja kata dokter." Jeffrey mulai merengek jatahnya gagal di dapat.
"Iya emang gapapa, dedek nya juga udah nggak kekurangan gizi lagi. Tapi tetap aja gue masih ngeri, takut kita berdua kebablasan karena ketutup nafsu." ujar Rosie menjelaskan.
Jeffrey membuang nafas kecewa. "Yaudah skip aja malam pertama nya."
"Dibilangin bukan malam pertama. Lebih tepatnya malam kedua."
Jeffrey tidak menyahuti ucapan istrinya. Mood nya mendadak suram setelah mendapat penolakan dari sang istri lantaran kondisi yang tidak memungkinkan.
Tapi Jeffrey sadar dia tidak boleh jadi egois. Apalagi ini demi kebaikan istri dan anaknya. Jatah bisa di dapat lain waktu, yang penting sekarang kesehatan istri dan anaknya dulu.
JEFFREY SI SUAMI SIAGA!!!
Rosie menatap suaminya yang beranjak dari ranjang. "Mau kemana?" tanya nya menahan pergelangan tangan Jeffrey.
"Kamar mandi."
"Mau ngapain?"
"Nyolo. Udah kepalang tegang."
Wajah Rosie merona mendengar ucapan suaminya itu. Antara salah tingkah sama iba karena tidak bisa memberikan apa yang seharusnya suaminya dapatkan malam ini.
"Sorry Jeff, bukan maksud gue nggak mau ngelayanin lo. Tapi -"
"It's okay. Lo tidur duluan aja ya. Gue mau kamar mandi bentar." Jeffrey mengusap puncak kepala Rosie sebelum beranjak ke kamar mandi.
Rosie tidak langsung tidur. Dia masih ingin menunggu suaminya selesai dengan kegiatannya di dalam kamar mandi. Dia tidak bisa tidur kalau tidak menjadikan suaminya sebagai guling khusus.
Merasa waktu sudah bergulir cukup lama tapi Jeffrey masih juga belum menampakkan akan keluar dari kamar mandi.
Tidak sabar lagi. Akhirnya Rosie beranjak dari ranjang nya dan berjalan mendekati pintu kamar mandi yang tertutup rapat namun tidak membatasi suara yang terdengar dari dalam kamar mandi tersebut.
Dia agak menyesali keputusannya mendekati kamar mandi karena dari jarak sedekat ini dia bisa mendengar erangan serta desahan tertahan bernada berat yang sedang meraungkan namanya dari dalam kamar mandi.
Rosie tahu suaminya sedang berusaha memuaskan dirinya sendiri dengan menjadikan istrinya fantasi guna membantu aktivitas lelaki itu di dalam kamar mandi saat ini.
Perempuan itu kembali ke ranjangnya dan merebahkan tubuhnya dengan selimut yang hampir menutupi seluruh tubuhnya.
Bayangan suara berat Jeffrey yang mendesahkan namanya tadi benar-benar mengacaukan mental nya. Rosie merasa sesuatu dalam dirinya ikut ke-trigger. Desiran aneh seperti saat malam pertama waktu itu kembali Rosie rasakan.
Ah kacau!Andaikan kondisinya memungkinkan, mungkin sekarang mereka sedang melakukan sesuatu seperti yang di fantasikan Jeffrey tadi.
Cklek -Pintu kamar mandi terbuka dan Jeffrey keluar dengan keadaan wajah berkeringat dan merah padam. Nafasnya bahkan masih tersenggal dan rambut lelaki itu kelihatan lepek karena keringat.
Rosie meneguk ludahnya kasar saat melihat penampilan suaminya sekarang. Mengingatkannya dengan Jeffrey saat malam pertama mereka.
Rosie menggelengkan kepalanya, mencoba menghilangkan bayangan Jeffrey yang tengah bergerak di atas tubuhnya.
"Kok belum tidur? Udah jam sepuluh loh." tanya Jeffrey yang mulai naik ke atas ranjang dan merebahkan dirinya disamping Rosie.
"Nungguin guling gue dulu."
Jeffrey terkekeh pelan. "Nih, guling nya udah siap." ucapnya sambil menarik tubuh Rosie ke dalam dekapannya.
Tanpa babibu Rosie langsung menguburkan dirinya ke dalam pelukan sang suami. Dia hirup aroma tubuh Jeffrey yang menguarkan aroma parfum mahal kesukaannya.
Parfum yang punya dua aroma apabila di cium di tempat yang berbeda.
To be Continued...
n/b:
Sorry update nya ga jelas hehe soalnya aku hampir nyerah sama story ini. Eh tadi iseng-iseng cek wattpad ternyata yg minat sama story ini bertambah huhuhu seneng campur sedih aku jadinya :(
Sebenernya draft story ini udah sampe 10 chapter lebih tapi jarang aku update karena sepi banget woy gak ada yang baca wkwkwk. Tapi allhamdulilah sekarang mulai banyak yg baca:) Semangat yang tadinya luntur sekarang bangkit lagi hehehe
Besok aku update lagi kalau gak sibuk ya hehehe
Terima kasih banyak semuanya :d