Radisla: The Arrange Married...

By AlexandraJames1

2.2K 153 1

Highest rank: # 2 - radika (26-02-22) #14 - girlstory (16-12-21) #27 - arrange married (16-12-21) # 34 - he... More

Hi, fellas
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

16

48 5 0
By AlexandraJames1

Jangan lupa buat pencet tombol bintang sebelum membaca yah teman-teman.

Aku pantau lho. Hehehehe

Selamat membaca
🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗

**********

Tidak terasa, 2 minggu sudah berlalu dan sekarang Isla sedang berada di kampus untuk sidang skripsinya. Bagaimana ini? Ia bisa merasakan perutnya memutar gugup.

Kedua tangannya dingin dan gemetar begitu mendengar namanya di panggil masuk.

"You can do this, Sla. Nggak usah di bawa khawatir banget yah. Aku ada di sini buat ngedukung dan nyemangatin kamu" ucap Dara mengenggam erat tangan Isla untuk menyemangati sahabatnya yang dari tadi gelisah.

Isla tersenyum lembut, merasa sedikit tenang dan lega berkat dukungan Dara.
"Iya, Dar"

"Kalau gitu, kamu masuk yah. Udah di panggil tuh. Aku mau ketemu Pak Jaya dulu. Kalau telat nanti si dosen nyebelin itu makin beratin aku lagi" pamit Dara melambai ke Isla.

"Iya, bye Dar. Semangat bimbingannya!" Balas Isla menyemangati lalu masuk ke dalam ruang sidang.

Setelah menghabiskan waktu selama satu setengah jam di dalam ruang sidang, Isla menarik pintu keluar dengan senyum sumringah karena ia berhasil menyelesaikan sidangnya dengan baik.

Ketika keluar, senyumnya memudar. Askara berada tepat di depannya sambil membawa sebuket bunga tulip merah muda dan orange, bunga kesukaan Isla.

"Selamat, Sla. Aku dengar hari ini kamu sidang skripsi" ucap Askara tersenyum lebar memberi selamat sembari menyodorkan buket bunga di tangannya ke Isla. "Ini, buat kamu"

"Maaf, aku nggak bisa terima bunga pemberian kamu" ucap Isla dingin.

"Please, terima yah Sla. Aku kasih bunga ini bukan ada maksud apa-apa kok. Aku kasih bunga ini sebagai seorang teman" Askara memaksa secara halus.

Apa aku terima aja?

Ketika tangan Isla baru mau terulur untuk menerima buket bunga dari Askara, di belakang laki-laki itu berdiri Radika yang juga membawa sebuket bunga di tangannya.

Aku nggak bakal biarin Askara dekat sama Isla. Dude, I'm gonna show you who's the man here.

"Isla, Congratulation, babe!" terang Radika yang berada tidak jauh dari mereka. Tanpa memerdulikan laki-laki yang sedang memberikan bunga untuk istrinya, dengan angkuh ia berjalan maju mendekati Isla.

Deg!

Kak Radika? B-babe?

Isla terperangah saat melihat Radika muncul membawa buket bunga besar di tangannya untuk memberi selamat. Pipinya panas mendengar ucapan Radika yang ibarat lagu indah di telinganya.

"Thank you" balas Isla tersenyum menerima buket bunga mawar merah itu. Radika mengecup pelipis gadis itu dan melingkarkan tangannya ke pinggang Isla. Sekarang Isla sudah tidak menolak atau pun protes dengan skin-ship.

"Kamu, kenapa deketin istri saya lagi? Bukannya waktu itu saya udah ngomong yah kalau kamu jangan ganggu Isla?" Tegur Dika menatap tidak suka ke arah Askara.

Askara tersenyum miring, tidak terlalu memerdulikan ucapan Radika. "Saya nggak ganggu, Isla. Saya cuman mau beri ucapan selamat ke dia" koreksinya.

"Tidak perlu. Nggak usah ganggu dia lagi" ujar Radika final.

"Sla, tolong terima yah ucapan selamat aku ini. Serius, aku kasih ini sebagai teman yang beri ucapan ke temannya. Nggak ada maksud apa-apa sama sekali. Please terima yah" ujar Askara, kembali memberikan bunga di tangannya ke Isla dengan tatapan puppy eyes nya.

Aduh! Gimana ini? Isla tidak mungkin tega untuk menolak. Apalagi ini kan alasannya sebagai teman, bukan macam-macam.

"Aku terima bunga ini sebagai maksud teman ke teman yah. Bukan maksud lain. Makasih buat bunganya" ucap Isla meraih buket bunga itu lalu pergi meninggalkan Askara dan masuk ke dalam mobil bersama Radika.

********

10 menit berlalu dan Radika sama sekali tidak menoleh atau mengajak Isla yang berada di sampingnya untuk berbicara. Betul sekali, dia kesal karena istrinya berani menerima bunga dari laki-laki lain.

Hal lain yang membuatnya lebih jengkel dan bad mood adalah Isla tidak peka jika dia marah dan suasana hatinya lagi tidak baik. Bukannya mengajak Radika bicara karena tidak mengatakan apa-apa dari tadi, Isla memilih untuk asik sendiri dengan ponselnya. Gadis berblouse hitam itu lagi bertukar pesan dengan Dara, sahabatnya.

"Ehem.." Radika berdehem.

"Kamu kenapa? Tenggorokannya lagi sakit yah? Mau permen pelega tenggorokan?" Tawar Isla mengeluarkan sebungkus permen dari clutch bag nya setelah menyimpan ponsel.

Ampun. Ini Isla kenapa nggak peka gini sih?

Radika greget sendiri. Ini Isla terlalu polos atau pura-pura bodoh? Apa dia tidak sadar kalau suaminya lagi kesal dan mau di bujuk?

"Nggak mau," singkatnya memasang tampang masam. Kedua tangannya terlipat ke depan dada.

Kenapa gaya nya kayak gini? Ngambek? Cemburu soal Askara?

Isla menyengir lebar, hampir terkikik melihat tingkah Radika yang mirip anak kecil. Nggak malu sama umur Om? Nggak cocok muka manly begitu ngambek manja-manjaan.

"Kamu kenapa kusut begitu mukanya?"

"Nggak tahu"

Fiks. Radika memang mirip kayak cewek lagi pms. Mama Rose benar banget soal itu.

"Kamu ngambek? Cemburu karena tadi?"

Iya, cemburu.

"Siapa yang cemburu? Aku nggak cemburu sama sekali dengan laki-laki kayak gitu" Sangkal Radika gengsi mengaku. Iya kali dia mau ngomong kalau cemburu sama Askara yang menurutnya tidak seberapa tampan, berbakat dan kaya darinya. Nah, ketahuan kan sifat narsis dan percaya diri tingkat tingginya?

"Ya udah kalau nggak cemburu. Nanti aku pergi sama Askara yah buat ketemuan" bohong Isla ingin melihat reaksi Radika yang katanya tidak cemburu. Tapi, menurut Isla ini sudah tidak perlu di tanyakan lagi. 1000 persen cemburu.

APA?!

Radika melirik Isla tajam, wajahnya jadi tidak bersahabat di mata gadis itu. "Nggak boleh"

Isla terkekeh pelan. Muka sebal-nya Radika bikin orang nggak tahan buat ganggu dia. Terutama Isla yang memang usil."Oh, jadi cemburu nih karena masalah Askara tadi. Kamu kenapa cemburu? Kan itu bunga ucapan selamat dari teman ke teman. Nggak ada maksud lain"

"Terserah"

"Serius nih terserah? Nggak bakal nyesel bilang gitu sama aku?"

Radika tetap diam, mengembungkan pipinya.

Lucu banget. Semakin pengen aku ganggu kalau gayanya kayak gini.

"Yah karena terserah, aku pergi aja deh. Daritadi udah di chat sama Askara nih. Pak Amir, turunin saya di kafe depan sana yah. Ada janji sama teman spesial soalnya" Minta Isla menunjuk ke arah kafe yang kebetulan ada di ujung jalan.

"I-" belum sempat Pak Amir mengiyakan, Radika sudah langsung memotong.

Teman spesial?!

"Eh, nggak ada-nggak ada. Pak Amir, nggak usah dengerin Isla" Sambar Radika melarang. Tatapannya semakin tidak bersahabat ke Isla, sementara yang di tatap hanya tersenyum lebar. "Kamu, jangan aneh-aneh yah. Aku nggak suka. Teman spesial apaan?" Desisnya tidak terima.

Isla menarik dagu Radika ke arahnya, lalu mendaratkan kecupan manis di rahang laki-laki itu. Matanya menatap manik mata hitam pekat milik Radika sambil tersenyum lebar.

"Nih, aku bujuk biar nggak ngambek. Jangan marah yah, sayang. Aku cuman bercanda soal janjian sama Askara"

Deg! Deg!

S-sayang?

Pipi Radika memerah. Ia bisa merasakan jantungnya melompat-lompat kegirangan saat Isla mencium wajahnya dan memanggilnya sayang. Inilah salah satu alasan kenapa dia tidak bisa marah pada Isla. Gadis itu tahu benar bagaimana membuat Radika bisa memaafkannya.

"Nggak boleh terima bunga atau apapun dari Askara lagi yah"

"Berarti dari cowok lain boleh dong?"

"Isla.." Radika menatap tajam ke arah Isla yang justru terpingkal-pingkal di kursi nya.

"Bercanda, kak. Aku nggak bakal terima apapun dari cowok mana pun. Maafin aku yah"

"But, you must kiss me on the lip"

"Nggak mau. Ngapain?"

"Kalau gitu, aku aja" gumamnya menarik tengkuk Isla dan mengecup lembut bibir gadis itu.

Mata Isla membelalak. Tangannya memukul lengan Radika kencang. Sementara yang di tegur asik tertawa. "Kenapa main CIUM-CIUM?! Nggak tahu tempat banget nih orang! Disini ada Pak Amir, kak" omelnya tidak bisa menyembunyikan rasa malu. Sekarang bagaimana Isla bisa menghadapi atau melihat wajah Pak Amir? Pengen tenggelam ke samudra pasifik aja.

"Nggak papa, orang juga udah sah dan yang penting aku nggak cium perempuan lain. Kenapa harus malu?" bela Radika tidak merasa malu sama sekali.

Duh, mulutnya nih anak.

"Nggak usah aneh-aneh. Sekarang kita mau ke mana? Perasaan ini bukan ke arah rumah nih" Tanya Isla bingung setelah sadar kalau mereka menuju ke arah berbeda.

"I'll take you to a beautiful place" jawab Radika menatap lembut mata Isla hingga gadis itu salting.

2 jam kemudian, mereka tiba di landasan terbang. Di depan mobil mereka berhenti, terdapat sebuah helikopter hitam yang terlihat siap untuk berangkat. Seorang pria yang sepertinya adalah pilot, menyapa dengan sopan kepada Radika dan Isla lalu beranjak ke dalam helikopter.

"Ayo, sayang. Kita masuk" ajak Radika memegang tangan Isla masuk ke dalam helikopter. Isla yang masih agak linglung dan kaget, hanya menurut mengikuti suaminya. Di dalam benaknya muncul berbagai pertanyaan seperti ini nyata? Mimpi nggak sih ini?

Radika memakaikan sebuah headphone pada Isla dan memasang seatbelt untuk gadis itu. "Kenapa kita naik helikopter? Kita mau ke mana?" Tanya Isla begitu helikopter mulai berangkat.

"Iya nggak papa, kita naik helikopter biar lebih cepat dan supaya kamu bisa lihat pemandangan kota. Apalagi sekarang udah sore dan mulai gelap. Tuh, kamu bisa lihat pemandangan lampu-lampu yang mulai dinyalakan terang"

Isla mengangguk, terpukau dengan pemandangan yang ia lihat. "Pemandangannya bagus banget dari atas sini"

"Iya, nanti aku bawa kamu sering-sering naik ini yah. Lain kali pakai helikopter yang putih supaya bisa terbang lebih tinggi. Atau mungkin helikopter warna biru laut yah? Kan itu warna favorit kamu. Nanti aku beli helikopter warna itu deh. Kebetulan belum punya" ucap Radika enteng.

Memangnya ini orang seberapa kaya sih?

Isla hampir tremor saat mendengar kata-kata Radika. Well, Isla tahu keluarga Radika kaya raya tapi tidak menyangka mereka sekaya ini. "Nggak usah, helikopter kamu udah banyak. Nggak boleh boros yah" ucapnya tanpa tahu pasti berapa helikopter milik Radika atau keluarganya. Melihat dari cara bicara suaminya, kemungkinan banyak.

"Nggak papa. Nanti kalau aku dapat helikopter warna itu, koleksi helikopternya jadi genap 8" timpal Radika bikin jantung Isla hampir copot. 8 helikopter? Mau di apain itu? Mau buka jasa sewa helikopter?

"Terserah kamu aja. Satu lusin juga boleh"

"Iya, aku sekarang lagi berusaha nih buat kalahin jumlah koleksian papa. Punya papa udah ada 18"

Gusti. 18 biji itu buat apa helikopter nya? Mau angkut satu keluharan pergi?

Isla memijit-mijit kepalanya yang pusing sampai akhirnya mereka tiba di tempat tujuan dan turun dari helikopter. Radika masih setia mengenggam tangan Isla, keduanya menuju ke lantai teratas sebuah gedung.

"Surprise!" Terang Radika menuntun Isla duduk di kursi dan mengambil tempat di depan gadis itu. Isla yang takjub, tidak berhenti tersenyum melihat kejutan dari Radika. Di meja itu sudah tersajikan makan malam untuk mereka, Truffle pasta yang adalah makanan kesukaan Isla.

"Isla, I love you. Really, really love you. Aku nggak tahu apa kamu juga merasakan hal yang sama atau tidak, tapi aku serius cinta sama kamu dan bakal tunggu kamu" ucap laki-laki itu menatap lekat mata Isla.

Mata Isla berkaca-kaca, ia membalas tatapan Radika dengan lembut. "Who said I didn't love you? Setelah semua yang udah kita lewati bareng-bareng, I've fall for you. I love you"

Thank god, I'm so lucky.

Radika bisa merasakan seberapa kencang jantungnya berdebar saat Isla mengatakan kata-kata indah itu. Ia mengeluarkan sebuah kalung berliontin berlian dan memasangkannya ke leher Isla. Laki-laki itu tersenyum lebar, menarik tengkuk Isla dan mengecup lembut bibir istrinya.

"Makasih, Kak" senyum Isla terlihat menyukai kalung pemberian Radika.

************

Maaf kalau alurnya makin bosenin.

Jangan lupa buat vote dan comment yah.

Thank you ❤❤❤

Continue Reading

You'll Also Like

6.7M 180K 81
WARNING ⚠ (21+) πŸ”ž Seorang adik yg ingin menyelamatkan kakaknya dari kematian akibat ulah Antagonis Area Dewasa πŸ”ž (21+) Bijak Dalam Membaca
1.6M 144K 37
Paramita Analin, seorang mahasiswa yang harus bekerja ekstra keras agar dapat mengikuti wisuda semester ini. Sayangnya pekerjaan yang ia dapatkan dar...
346K 18.1K 44
#Karya 14 πŸ“š PART LENGKAP Satu prodi membenci sosok dosen bernama Awan atau lengkapnya Ghazawan Faiq Faaz. Perfeksionis, kritikus handal, dingin, men...
322K 14.3K 41
Aku tak pernah menyangka dalam hidupku bisa menikah dengan dia, orang yang ku suka sejak lama, meskipun aku hanya sebagai pengganti pacarnya yang per...