Sore itu Hinata cukup takut untuk kembali ke kamar hotelnya. Dan juga rasa bersalah dalam dirinya semakin membuatnya takut kalau (Name) masih marah dengannya.
Alhasil pria itu membeli dua makanan utama untuk mereka dan beberapa camilan manis gurih kesukaan (Name).
Dia menghela napas panjang sebelum masuk ke kamar hotel. Perlahan pintu terbuka, dia dapat melihat istrinya sedang memainkan ponselnya di kasur.
(Name) menoleh sejenak, wanita itu menghela napasnya dan merubah posisu membelakangi Hinata.
Hinata menghela napas panjang dan mengulas senyum.
"Babe," panggilnya yang terdengar gugup.
"I-ini, kau sudah makan belum? Aku beliin makanan," ujarnya.
Sunyi, tidak ada jawaban. Pria itu memberanikan diri duduk di dekat (Name).
"Kau gak mau ini?"
Dia menunjukkan snack kesukaan (Name), namun wanita itu nampak tidak peduli. Senyum Hinata hilang.
"Babe ... maafin aku. Aku salah."
Hening.
"Maaf soal kejadian kemarin. Aku akan tegas untuk bilang 'tidak' jika tidak terkendali seperti kemarin," ucapnya menatap (Name).
Tangannya terulur meraih pundak (Name). Dielusnya dengan lembut.
"Maaf aku gak tau apa yang kau harapkan ketika disituasi ini. Aku memang kurang peka dan bodoh. Kalau hal seperti ini terjadi lagi, kau bisa langsung terus terang padaku apa maumu. Supaya aku tidak membuatmu marah lagi." Pria itu menghela napas--lagi.
"Babe, dengarkan? Maafin aku ya," tuturnya memelas.
"Nih aku beliin banyak snack buatmu. Tapi jangan marah lagi, maafin aku."
Hinata menunjukkan kantong belanjaannya di depan (Name). Melihat (Name) yang hanya diam saja, membuat Hinata kesal.
Dia pun berinisiatif menggelitiknya hingga membuat tawa (Name) terdengar. Wanita itu berusaha menahan tangan Hinata.
"Geliii Shoyou!" ujarnya tertawa.
"Shoyou hentikan," pintanya lagi.
Hinata mengulas senyum lebar. Perlahan dia mendekati tubuh (Name). Akhirnya Hinata menghentikan tangannya.
"Udah gak marah kan?" tanyanya.
(Name) masih terasa geli, "Geli."
Hinata menarik tangan (Name) hingga wajahnya sangat dekat dengannya.
Cupp cupp cupp
Hinata menciumi wajah (Name), mulai dari pipi, dahi, hidung hingga bibir. Mereka berdua tersenyum.
"Akhirnya kau tersenyum untukku," tutur Hinata mengulas senyum lebar.
(Name) menangkup wajah Hinata, "Lain kali aku akan langsung terus terang denganmu."
"Arigatou," ucap Hinata lembut.
Spontan Hinata memeluk (Name) hingga wanita itu terbaring kembali.
"Duh berat," protes (Name).
"Sebentar aja."
"Lepasin. Kita makan aja yuk."
"Dua menit, please."
Hinata mempertahankan posisinya yang memeluk (Name).
"Baiklah," tuturnya tertawa kecil.
Wanita itu mengelus rambut Hinata. Setelah dua menit berlalu, pria itu melepas pelukannya.
"Ayo makan, kau pasti lapar," ujar Hinata dengan semangat.
"Hai hai."
***
See you next chapter!
#skrind🦊