Another Note [Endless] [AU ID...

By bon_bon_choco

5.8K 595 218

Ternyata aku jatuh cinta sama pasangan ini. More

...
Hey, It's Me
After Scene 1
After Scene 2
Night Call
Different Morning
SNS Trending
Perasaan Buruk
Touma Sakit
Hujan
Just Like "Natal"
Curiga
Sudah Aku Bilang
Apa Yang Kita Lakukan Sekarang
Akhir Cerita
Hello, It's Me

Bagaimana Kalau Kita buktikan?

156 24 2
By bon_bon_choco

Pagi hari di pertengahan musim dingin. Satu jam sebelum jadwal kerja yang ditentukan.

Rapat Dadakan. Tidak benar-benar mendadak 'sih.

Haruka bergelung di atas sofa ruang tunggu kantor agensi mereka. Kakinya menendang-nendang selimut yang dia bawa khusus hari ini.

Cuaca tak bersahabat sama sekali. Salju tipis sudah memenuhi jalanan dan suhu udara cukup dingin untuk membuat siapa pun kesulitan bernapas.

Gumaman Haruka yang merengek dalam bahasa bayi di dalam gumpalan selimut terdengar berulang kali. "Minami!! Atur pemanasnya!!" seru Haruka tertahan.

Berpengalaman hidup di Northmeir yang bersalju setiap harinya membuat Minami bisa beradaptasi di temperatur rendah, dia tidak bergelung atau menggunakan pelapis tambahan, Minami duduk di hadapan Haruka setelah menyajikan teh yang baru saja dia buat.

"Isumi-san, rasanya sudah cukup hangat. Aku menyiapkan teh untukmu, minumlah saat masih panas," kata Minami tenang sebelum menyesap teh miliknya.

Erangan kesal yang ditujukan pada cuaca berlangsung cukup lama sampai akhirnya Haruka bangun duduk menghadap Minami dengan ekspresi kosong. "Dingin," gumam Haruka setengah sadar sambil mengeratkan selimut di sekujur tubuhnya.

"Panas," keluh Haruka begitu menempelkan bibirnya pada cangkir membuat dia kehilangan minat untuk menghangatkan tenggorokan. Haruka bersungut-sungut menatap Minami. "Minami, apa kau mau membakar mulutku? Ini panas sekali,"

Minami memasang ekspresi bersalah. "Maafkan aku. Apa kau mau aku menggantinya? Aku bisa membuatkan susu atau kopi, Isumi-san,"

Haruka merengut menyembunyikan seluruh kepalanya dalam bungkusan selimut. "Aku terlalu tua untuk minum susu dan belum cukup tua untuk minum kopi. Dan lagi kalau panasnya seperti tadi tidak ada yang berubah,"

"Tinggimu bahkan tidak mendekati bahuku, Haruka. Kau masih butuh nutrisi untuk tumbuh ke atas,"

Minami menoleh ke arah Torao yang baru saja muncul. "Mido-san, akhir-akhir ini senang sekali muncul tiba-tiba,"

"Benarkah?" Torao mendudukan diri di sebelah Minami kemudian menunjuk cangkir Haruka yang belum tersentuh. "Apa aku mendapat perhatian darimu juga pagi ini, Minami?"

Senyum khas penuh kasih Minami terbit. "Tidak," jawab Minami kalem.

"Kau bisa pilih kasih juga ternyata," cibir Torao.

"Itu salahmu, karena datang terlambat," Haruka berdecak kesal. "Aku kedinginan lima belas menit lebih lama,"

Torao mengangkat bahu santai. "Aku juga kedinginan. Butuh waktu untuk keluar di cuaca sedingin ini. Katakan apa yang kita lakukan di sini sekarang?"

"Kita masih harus menunggu, Inumaru-san. Tidak biasanya bukan dia yang datang pertama," secara alami Minami mengedarkan pandangan. Haruka mengibaskan tangannya. "Touma tidak aku beri tahu untuk datang lebih awal,"

Dahi Torao dan Minami terlipat bersamaan. "Kita tidak membahasnya bersama Touma?" tanya Torao bingung.

Haruka menggeleng. Minami menyentuh dagunya mencoba menemukan maksud Haruka mengumpulkan mereka bertiga tanpa Touma. "Jangan bilang Isumi-san masih penasaran dengan topik Inumaru-san menyukai seseorang?"

"Eh? Bukankah kita sudah melakukannya waktu itu?" Torao menatap Haruka heran.

Haruka memasukkan kepalanya lagi ke dalam selimut. Butuh waktu untuk menjelaskan sesuatu yang memalukan. Kepala Haruka muncul, tapi tidak sepenuhnya. Mulutnya yang masih ditutupi selimut komat-kamit tak jelas. "Aku tahu. Hanya saja aku ingin melihat seberapa besar rasa suka Touma," kata Haruka gugup.

Iris Minami dan Torao saling bertemu sesaat sebelum akhirnya tanpa komando mereka berdua tertawa.

"Lucu sekali, Isumi-san. Anak sekolahan labil memang ingin tahu hal-hal seperti ini. Tidak salah, kok," kata Minami berniat menghibur dengan dibumbui sedikit.

"Padahal kau sendiri punya pacar, Haru, tapi masih tertarik dengan hal-hal seperti ini," Torao tertawa.

Pipi Haruka memerah. Kabar baik wajahnya yang panas membuat dia bangun dengan penuh energi. "Aku tidak punya pacar dan apa maksud kalian dengan hal-hal seperti ini!!"

Haruka mendengus kesal menjatuhkan diri kembali duduk di sofa yang hangat. Rasanya hawa dingin sudah pergi. Ternyata marah-marah bisa jadi solusi kalau kedinginan. "Memangnya kalian tidak tertarik?"

"Sejujurnya tidak," jawab mereka berdua kompak. Haruka cemeberut kembali bergelung dalam selimut. "Kalau begitu ya sudah. Aku akan melakukannya sendiri,"

Tidak hanya membentengi dirinya secara fisik Haruka juga menolak berbicara dengan siapa pun satu jam ke depan. Minami membuang napas pendek. Torao mengedikkan bahu tak peduli.

---//---

"Haru, kau masih marah pada Tora dan Mina?"

Haruka memilih bungkam. Dia masih marah dan butuh asupan gula lebih banyak. Touma mendesah tak puas. Membuka ponsel dan mengetikkan pesan agar Torao dan Minami cepat kembali dengan sekotak kue kering atau cemilan manis lain.

Terkadang perkelahian antar anggota pasti terjadi. Terutama ZOOL tentu saja. Dia benar-benar bingung. Keseimbangan antara pertengkaran dengan hal-hal menyenangkan yang terjadi di grup berbeda tipis. Sesuatu yang seharusnya diributkan bisa menjadi hal menyenangkan atau kebalikannya.

Touma dengar Haruka marah karena Torao meminum teh yang dibuatkan Minami khusus untuknya, tapi kenapa Haruka juga marah pada Minami?

Rumit.

Yah, dari pada memperkeruh keadaan sebagai leader baik hati dan perhatian sudah sepantasnya untuk membuat mereka kembali berbaikan. Meski merepotkan.

Jadi, dia menyuruh Minami dan Torao pergi mencari sesuatu yang disukai Haruka sebelum pergi ke stasiun TV tempat mereka bekerja pagi ini, sedangkan dia dan Haruka pergi terlebih dulu.

"Apa kau sudah sarapan? Bagaimana kalau sarapan sebelum makan makanan manis?" tawar Touma menunjuk kafetaria begitu sampai di lobi tempat tujuan mereka.

Haruka yang masih mogok bicara setengah hati menyeret kakinya. Dia memang belum sarapan dan tidak ada ruginya mengikuti saran Touma. Perasaannya masih sangat dongkol dan makan adalah cara untuk menyalurkan kekesalan.

"Eh?"

Sungguh keberuntungan sedang berpihak pada Haruka. Kalau disebut keberuntungan terlalu berlebihan. Takdir yang keren.

Selain makan ada hal yang bisa mengubah suasana hati seseorang. Ketika apa yang direncanakan berjalan dengan mulus tanpa hambatan.

Pada hari pertama Haruka memutuskan untuk mencari bukti Touma dan perasaannya, hari itu juga dia bisa mendapatkan satu dua hasil. Haruka tertawa jahat dalam hati. Jantung Haruka berdetak kencang penuh semangat begitu matanya mendapati sosok penting subjek rencana pengamatan yang dia rencanakan.

"Nanase?"

Sial. Saking bersemangatnya dia malah mengambil langkah yang salah dan ceroboh. Seharusnya dia biarkan Touma menyadarinya duluan. Tidak apa. Satu kegagalan awal bukan berarti hasil akhirnya akan begitu.

"Haruka, selamat pagi!" ceria seperti biasa. Padahal Haruka yakin tadi ekspresinya garang dan tidak bersahabat. Manik merah Riku melebar senang begitu menangkap sosok Touma di belakang Haruka. Poin yang menarik. Pikir Haruka.

"Ah,  Touma-san, selamat pagi!" sapa Riku yang langsung mendapat respon penuh keceriaan dari Touma. "Riku,"

"Yo," balas Haruka singkat. Matanya memicing ke arah Touma yang sudah melesat menghampiri Riku.

"Apa hari ini kau bekerja sendiri? Tidak ada manajer?" tanya Touma begitu duduk di hadapan Riku. Haruka mengambil kursi di sebelah Touma.

Riku menggeleng. "Iori pergi mengecek sesuatu,"

"Touma, kau yang beli sarapan kita," titah Haruka-- akhirnya membuka mulut-- tanpa memberi ruang Touma dapat membantah.

Setelah kepergian Touma, suasana menjadi canggung. Haruka pura-pura bermain dengan ponselnya. Dia berkali-kali melirik ke arah Riku yang sibuk menghabiskan makanan miliknya. Kalau sekarang dia bertanya pendapat Riku tentang Touma, apa dia akan mendapat poin yang menarik lagi?

Sepertinya tidak. Riku tipe orang yang polos dan menjawab sesuai apa yang ada pikirannya dengan mudah. Itu tidak bisa dihitung.

Apa dicoba saja?

"Haruka?" asik dengan pemikirannya membuat Haruka kehilangan fokus di kehidupan nyata. Haruka tersentak kaget. "Ya?"

"Kau menatapku dari tadi. Apa ada yang ingin kau tanyakan-- ah apa kau ingin berbicata tentang Tenn-nii??" bagian akhir Haruka bisa menangkap nada penuh semangat. Anak ini pasti senang membicarakan tentang Kujou Tenn.

Haruka menggeleng. Kalau dipikir-pikir lagi saingan terberat Touma itu Tenn. Apalagi mengingat tatapan yang ditujukan pada Touma-- dan mereka-- terakhir kali. Haruka merinding.

"Haruka, kau melamun lagi?"

"Bagaimana menurutmu tentang Touma?"

Sial. Dia kehilangan fokus. Haruka pikir Riku akan curiga jadi, dia buru-buru mencari topik pembicaraan lain, tapi pertanyaan yang keluar sangat berbahaya. Hal yang dari tadi tertahan di mulut akhirnya keluar juga.

Riku mengerjap bingung atau pastinya merasa aneh dengan pertanyaan Haruka yang tiba-tiba. Haruka berdoa dalam hati sampai akhirnya Riku bersuara dengan nada riang yang sama.

"Touma-san adalah orang yang baik,"

Jawaban yang sudah bisa dia tebak. Haruka menganggukan kepalanya berulang kali. "Kau bilang juga begitu dari awal," gumam Haruka mengingat masa lalu.

"Touma-san dari dulu memang baik," Riku menggerakkan kepalanya senang. "Hanya itu?" tanya Haruka hati-hati.

"Mmm dia baik, menyenangkan, dan sangat peduli padaku," Riku berhenti sesaat. Haruka tebak terlalu banyak kata yang dia ingin pakai dan membuat Riku bingung memilihnya.

"Aku tahu," Haruka mendesah tak puas. Sudah jelas informasi yang akan dia dapatkan terlalu samar. Mari cari topik lain. "Bagaimana dengan dirimu? Cuacanya...,"

Riku menggeleng riang. Anak ini tidak pernah kehilangan aura cerianya. "Semuanya baik-baik saja. Mitsuki dan Sougo-san memakaikanku tiga syal sekaligus aku sampai kesulitan melihat. Tamaki meminjamkanku jaketnya yang nyaman ini. Iori juga sudah menceramahiku untuk selalu memastikan diriku cukup hangat. Yamato-san dan Nagi juga memberikanku pelukan hangat pagi tadi." kicau Riku sambil menunjukkan barang-barang yang dia disebutkan.

Haruka terkesan. Ingatkan dia kalau Riku lebih tua satu tahun darinya. Dia sama sekali tidak iri. Kadang-kadang Haruka dibuat naik darah karena teman-temannya, tapi tidak jarang juga dia disayang? Menggelikan.

"Kalau kurang hangat kau bisa menggunakan jaketku,"

Touma muncul tiba-tiba. Mana sambil berperilaku sok keren lagi. Haruka mencibirnya dalam hati.

"Tidak mau. Nanti Touma-san sakit lagi,"

"Touma, telur gulungnya manis?" alis Haruka berkerut. Touma tersentak. "Kau mengambil piring yang salah. Ini milikku,"

Haruka mengamati piringnya yang sudah ditukar. Matanya memicing curiga. "Bukannya kau tidak suka manis?"

"Ini bukan untukku," jawab Touma kalem. Tangannya sekarang sibuk memindahkan telur gulung manis dari piringnya ke piring Riku. "Kau suka telur gulung manis bukan? Aku memintakannya lebih untukmu,"

"Eh? Terima kasih, Touma-san!" Riku tersenyum sumringah. Touma mengangguk puas, duduk dengan manis setelah menyelesaikan acara memindahkan makanan.

Mata Haruka berkilat kesal. Dia tidak bosan untuk terus melirik tajam ke arah Touma. Haruka berdehem. "Aku juga suka sosis gurita. Berikan milikmu untukku,"

Touma memandangnya sesaat sebelum beralih ke piring Haruka yang masih belum tersentuh. Alisnga berkerut. "Kau bahkan belum memakannya satu pun dan aku rasa kau sudah cukup mendapatkannya,"

Haruka mendadak dongkol lagi. Permisi, Inumaru Touma-san, tidakkah matamu lihat seberapa banyak telur gulung yang kau berikan untuk Nanase Riku padahal-- Haruka yakin-- si surai merah pasti sudah cukup mendapatkannya?

Sial. Kalau saja dia tidak tertarik dengan hal-hal seperti ini, sudah Haruka cakar Touma.

Lihat? Sekarang dia menggunakan perumpamaan 'hal-hal seperti ini'.

Peduli amat. Meski pada akhirnya Touma memberikan apa yang dia minta tanpa Haruka harus merajuk, perlakuan yang berbeda pagi ini menjadi poin menarik bagi pengamatannya.

Mungkin Haruka akan memperhatikannya lebih lama lagi.

---//---

Gokigenyou manteman

Selamat malam!!

Bagaimana hari ini???

Semoga akhir pekan kalian berjalan sesuai harapan!!

Mari kita ngomongin sweet moments lagi. Kali ini di bagian part 4 yang penuh dengan kejadian menarik antara IDOLiSH7 dengan ZOOL.

Selain interaksi manis kedua grup kita juga dapet sisi manis ZOOL. Antagonis yang menyuramkan part 3.

Bagian yang paling aku suka itu pas Touma marah-marah ke Torao sama Minami pas interview. Pas dia bilang. "Emangnya aku mak kalian" itu best sekali karna sangat menghibur.

Sejauh ini adegan paling tak terduga pas ZOOL mo jadi tahanan rumah, Touma nggak protes sama sekali ke Riku malah Haruka yang protes ke Touma. Aku tidak menyangka saking percayangnya sama Riku, Touma ga protes dia ditangkep. Terbaek👍

Besok adalah hari spesial. IDOLiSH bagian 5 akhirnya dimule✨✨

Yash kita nantikan seperti apa ceritanya. Tapi sebelum itu aku butuh refreshing. Eh kita semua haha.

Ingat jangan lupakan self reward dan self healing!!

See ya!

Hope you always feel happy!

Gud nite and bubye💕

Minggu, 26 Desember 2021.

Continue Reading

You'll Also Like

63.4K 6.1K 17
S2 dari, Olivia Xavier Helton✓ . . . Jika bingung, baca S1 nya dulu(⁠☞゚⁠∀゚⁠)⁠☞ Mungkin book ini akan slow up 。⁠◕⁠‿⁠◕⁠。
9.1K 946 10
Putus asa, menyerah dalam hidup, sendiri Ia mengalami semua itu saat usianya masih belia. Saat sinar mulai redup, cahaya lainnya menerangi. Mengemba...
137K 215 7
Cerita ini mengandung unsur-unsur seksual, bukan untuk yang dibawah umur! Cerita ini hanyalah fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, tempat ataupun a...
5.4K 749 17
Memulihkan Bela Diri Li Lian Hua adalah tujuan utama Fang Duobing atau Xiaobao. Tapi perjalana tidak semudah yang mereka pikirkan. Xiaobao yang di te...