Si kembar anak kesayangannya Daddy hari ini pulang ke Indonesia dari liburan mereka dengan Eyang. Benar-benar cuma pulang berempat aja.
Eyang juga sudah tidak marah lagi ke mereka. Entah bagaimana caranya Eyang Putri membujuk Eyang supaya tidak marah lagi ke si kembar.
Soalnya sehari setelahnya Eyang sudah biasanya saja ke kembar empat. Bahkan bisa dibilang seperti kejadian kemarin sewaktu Eyang marah ke si kembar seperti tidak pernah terjadi. Eyang juga tidak marah lagi ke Angga. Benar-benar kayak kejadian waktu kemarin itu tidak pernah terjadi. Eyang Putri juga melarang semua cucunya untuk membahas kejadian ribut-ribut kemarin kalau lagi ada Eyangnya. Takutnya si Eyang masih ada perasaan kesal kalau harus mengingat-ngingat kejadian waktu itu. Dan semua cucu pun setuju dengan larangannya Eyang Putri.
Toby sama Jenna sudah ada di airport sekarang. Menjemput si kembar yang baru saja landing. Dua bayi dititipin ke Oma. Soalnya takut nanti salah satu bayi akan rewel kalau harus diajak untuk menunggu kakak-kakaknya.
Jelas urusan yang namanya baru landing dari luar negeri itu tidak bisa sebentar. Selain harus mengurus barang bawaan, si kembar juga harus ke bagian imigrasi dulu. Ya kan jadinya repot.
"Anak-anak udah landing kan Mas?" tanya Jenna
"Harusnya sih udah. Tunggu aja mereka keluar" jawab Toby
"Kok aku deg-degan ya?" ucap Jenna sambil memegang dada kirinya
"Ya jelas deg-degan lah Sayang. Kalau ga deg-degan berarti jantung kamu ga berfungsi lagi" jawab Toby
"Ga gitu maksud aku Mas"
"Ya apa dong?"
"Ga tau. Kayak tiba-tiba deg-degan aja. Pegang deh. Kenceng banget jantungku memompanya" jawab Jenna sambil mengarahkan salah satu tangannya Toby untuk menyentuh dada kirinya, "berasa ga?" tanya Jenna
"Eh iya" jawab Toby kaget, "kamu sakit?" tanya Toby khawatir ke Jenna
"Nggak tuh. Aku ga ngerasa sakit" jawab Jenna
"Loh? Kalau ga sakit ini kenapa jadi kencang banget detaknya?" tanya Toby sambil menunjuk dada kirinya Jenna
"Nggak tau. Makanya aku kasih tau kamu" jawab Jenna
"Kalau nanti detak jantung kamu masih kuat juga, kita ke rumah sakit aja ya?" ucap Toby
"Iya. Aku juga takut ini nantinya ada kenapa-kenapa. Soalnya tiba-tiba kencang banget jantungku detaknya" jawab Jenna
Kalau ditanyain kenapa tiba-tiba Jenna deg-degan dia juga tidak tau penyebabnya. Jenna juga tidak ada pantangan konsumsi makanan maupun minuman apapun yang membahayakan bagi kesehatannya. Tidak juga lagi panik atau merasakan emosional yang lain. Jadi benar-benar membuat Jenna sekarang ini bingung.
Toby pun juga mengalami apa yang dialami Jenna. Bukan deg-degannya. Tapi perasaan bingungnya. Bingung kenapa detak jantungnya Jenna bisa kencang banget dan bingung juga karena Jenna bilang dia tidak merasakan sakit apapun.
Belum lagi perasaan gelisah Toby selama dua hari ini yang tidak kunjung berkurang. Yang ada semakin hari semakin bertambah. Benar-benar membuat Toby bingung penyebabnya apa.
Ditengah lamunannya karena menunggu anak-anaknya yang tidak kunjung keluar, tiba-tiba Jenna menepuk pelan lengannya Toby.
"Mas itu anak-anak" ucap Jenna sambil menunjuk ke sosok empat orang anak gadis mereka
Toby mengikuti arah pandang Jenna dan melihat keempat anaknya yang baru saja keluar dengan membawa kopernya masing-masing.
Tanpa perlu menunggu lama lagi, Toby sudah beranjak dari duduknya di kursi menunggu sambil menggandeng tangannya Jenna untuk berjalan menghampiri anaknya.
Belum ada juga keempat anaknya keluar dari pagar pembatas area pintu keluar, Toby dan Jenna dibuat terkejut karena penampilan keempat anaknya.
Baik Jenna maupun Toby merasakan jantung mereka yang hampir aja lepas dari posisinya. Seolah detak jantung keduanya berpacu tidak beraturan setelah melihat kondisi anak-anaknya.
Jenna dengan segera melepaskan tautan tangannya dengan Toby dan berjalan dengan sedikit berlari agar cepat sampai di hadapan keempat anaknya.
Setelah keempat anaknya ada dihadapannya, Jenna langsung menangkup satu persatu muka dari keempat anak gadis.
"Ini kenapa muka dan tangan kalian berempat kenapa pada memar?!" panik Jenna
Toby yang juga mengikuti Jenna dari belakang nya juga tidak kalah terkejut seperti istrinya.
Tanpa sadar Toby langsung menghampiri keempat putrinya dan memutar-mutarkan tubuh keempat anaknya, memastikan bahwa yang dia lihat beneran muka dan tubuh anak-anaknya yang penuh dengan luka memar.
"Kita ke rumah sakit sekarang!" ucap Toby kepada keempat anaknya dan dijawab dengan anggukan kepala dari Jenna
👶🏻
Selama perjalanan kedua orang tua si kembar empat tidak ada satupun suara yang keluar dari mulut mereka.
Jenna kentara banget paniknya sedangkan Toby terlihat untuk mencoba fokus menyetirkan mobil mereka agar cepat sampai ke rumah sakit.
Si kembar tidak ada yang berani bersuara.
Awalnya si kembar mau memakai pakaian yang lebih panjang selama perjalanan, tapi Eyang melarang dan menyuruh si kembar untuk mamakai pakai-pakaian lengan pendek dan celana yang hanya sepanjang lutut. Tujuannya biar sewaktu orang tua si kembar menjemput dapat langsung melihat luka-luka akibat ulahnya si kembar.
Si kembar tidak ada yang berani protes. Soalnya takut kalau Eyang mereka bakal marah lagi.
Hasilnya sesuai dengan tujuan Eyang. Kedua orang tua mereka panik luar biasa melihat tubuh dan muka si kembar yang penuh luka lebam dan plester luka.
"Kita mau ke mana Dad?" tanya Abby mencoba memberanikan diri bertanya setelah melihat Daddynya tidak menyetir mobil mereka dengan tujuan ke rumah mereka
"Kenapa badan kalian penuh memar dan luka-luka gitu Abigail?" tanya Toby sambil melihat Abby melalui kaca yang ada di dalam mobil
Abby diam begitu juga ketiga kembarannya yang lain. Tidak ada yang berusaha untuk menjawab pertanyaan dari Daddy mereka
"Kok diam? Daddy tanya ke kalian loh ini!" ucap Toby lagi karena tidak ada salah satu pun dari keempat anaknya yang menunjukkan akan menjawab pertanyaannya dia
Jenna yang mendengar perubahan intonasi suaminya berusaha mengambil alih percakapan sang suami. Lebih baik Jenna yang bertanya ketimbang Jenna
"Kalian kenapa kok badan sama mukanya pada memar-memar Kak?" tanya Jenna sambil menoleh ke belakang untuk melihat keempat anaknya
"Nggak ada yang mau ngasih tau Bunda?" tanya Jenna lagi
"Maaf Bunda" ucap si bungsu dari kembar empat
"Kenapa? Kok minta maaf?" tanya Jenna
"Kalian berempat habis berantem ya emangnya?" tanya Jenna lagi, berusaha menebak kejadian yang pernah dialami oleh keempat anak kembarnya
Dan woohoo, si kembar empat kompak mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Bundanya.
Toby yang sedari tadi memperhatikan dari depan melalui kaca yang ada di dalam mobil tidak bisa untuk menutupi wajah terkejutnya.
Dan dengan tiba-tiba Toby memberhentikan mobilnya secara mendadak ke pinggir jalanan yang kondisinya saat ini sedang padat-padatnya.
"Mas?!" tegur Jenna
Toby seolah menulikan pendengarannya dan menyandarkan tubuhnya sambil memejamkan matanya sejenak.
Tidak ada yang berani menginterupsi apa yang dilakukan Toby. Bahkan Jenna sekalipun hanya memilih diam dan memperhatikan Toby.
"Girls" ucap Toby dengan nada yang terdengar lelah di telinga si kembar
"Daddy sudah puas bilang ke kalian beribu kali. Daddy nggak pernah ngajarin kalian kekerasan setiap kali kalian berantem. Bahkan semarah-marahnya Daddy, apa pernah Daddy pukul kalian berempat?" tanya Toby
"Daddy sudah berkali-kali kan bilang ke kalian setiap kali kalian berantem, jangan sakitin satu sama lain, jangan sakiti diri kalian, jangan sakiti kembaran kalian. Ucapannya Daddy cuma kalian anggap angin lalu kah?"
"Mas--"
"Engga Jenna. Kita berdua hidup di keluarga yang nggak bisa mentolerir kekerasan. Tapi lihat, jauh dari pengawasan kita mereka berempat malah babak belur. Saling buat luka satu sama lain. Seribut-ributnya aku dengan Yuri maupun Doya, nggak pernah kami sampai babak belur kayak anak-anak, Jenna" ucap Toby sambil menoleh ke arah Jenna
"Aku selama dua hari ini selalu bilang ke kamu kalau bawaan aku gelisah. Bahkan tidur pun aku ga bisa. Kamu tau Jenna. Dan ternyata benar kan? Perasaan gelisah aku ini terjawab. Anak-anak babak belur. Luka semua badannya, memar semua. Bukan cuma satu anak Jen, tapi empat sekaligus!" ucap Jenna
"Aku merasa ga becus jadi orang tuanya mereka Jenna. Aku merasa gagal sebagai Daddy mereka" ucap Toby putus asa
"Mas, kamu nggak gagal. Kita cuma kecolongan aja kali ini" ucap Jenna sambil menghapus air mata yang mengalir di mukanya Toby
Si kembar di bangku belakang hanya menunduk dalam. Berusaha keras untuk menyembunyikan air mata dan isak tangis mereka. Perasaan bersalah menguar begitu saja ketika mendengar penuturan sang Daddy. Bahkan rasanya tangisan si kembar lebih pilu daripada tangisan pada saat Eyang memarahi mereka.
"M-maaf Daddy hiks hiks" cicit si kembar tanpa suara
"M-maaf hiks hiks"
Radar keibuan Jenna memberikan alarm, bahwa di bangku belakang tempat duduknya sekarang ini ada anak-anaknya yang sedang berusaha menyembunyikan tangisannya.
Jenna hanya menatap keempat anak kembarnya bergantian sendu. Posisinya sekarang tidak memungkinkan Jenna untuk menjangkau dan memeluk keempat anaknya. Sedangkan di sisi lain, di hadapannya, ada sang suami yang juga sedang menangis dalam diam.
"Kita pulang ya Mas?" ucap Jenna kepada Toby setelah Jenna merasakan keadaan Toby yang sudah cukup lebih tenang dan hanya dibalas dengan anggukan kepala oleh Toby
Setelah, Toby melajukan mobilnya dalam diam. Jenna tidak berusaha untuk menenangkan anak-anaknya. Bukannya Jenna tidak sayang, tapi di situasi sekarang, di kondisi Toby yang sedang menyetir dengan diselimuti oleh emosi, Jenna lebih memilih untuk menenangkan Toby terlebih dahulu.
Keselamatan keluarganya di dalam mobil lebih penting dari apapun pada saat ini.
Dan ketika sampai nanti ke rumah, Jenna akan langsung mengurus keempat anaknya dan menenangkan keempat anaknya yang pada saat ini belum bisa untuk dia tenangkan.
👶🏻