Ruang kosong di pojok Hati (S...

By mesyria

10.4K 1.6K 22

[ Follow dulu, sayang 😉 ] Belum banyak pembaca beruntung yang menemukan cerita ini. Makanya jadilah yang per... More

Prolog
si pemalas
Gone
siapa ?
Pengagum rahasia
opia
zodiak
Biang onar
Hukuman
indomart
sick
tetangga baru
Danielle time
Danielle time 2
Melukis senja🎶
00.00
Zendaya Alifa elgrice
kado terindah, bukan?
Pertunangan
menjauh
Dulu
Alergi
Rumah sakit
Mengkhawatirkan
jangan pergi, lagi
Luar negeri
keluarga sempurna
Menepi
Nenek
Korban bullying
siasat
Tamu bobrok
Mereka
Kambuh
Pulang
Belum
Jangan paksakan
Maaf
Lanjut
Bukan
pasport
Aib
Drop out
rupanya
dia tahu
Nyaris
Terluka
Gps
Firasat
surprise
Die
Sahabat
pengakuan
Dampak terbesar
Jadi begini
Cinderamata
the best doctors in the world
Hal lain
batas waktu
Dilema
perasaan
Antara dua muka
pasangan serasi
bohong
coreopsis
gadis sinting
psikopat
Robek
Keliru
salah paham
karena gue
Pembalasan dendam
baiklah
kesepakatan
EĮF
Bye
Ending
annyeong! wajib baca!

Good

146 11 0
By mesyria


"Zoya," baik Elle maupun Dani terkesiap, seketika mereka bergerak menghampiri sang anak diatas ranjangnya. Amora dan Nicholas yang datang berkunjung pun segera bangkit menyusul Elle dan Dani.

"Danielle," Elle seakan tak percaya melihat anak bungsunya telah sadar dari masa komanya. Namun caranya terduduk seperti baru mengalami mimpi buruk. Anak itu bahkan berteriak memanggil nama Zoya, seperti mencemaskan sesuatu dan hal itu membuat mereka yang berada di sana jadi khawatir.

"Jangan bangun dulu, Niel." Dani berusaha menahan tubuh anaknya tersebut, menuntunnya untuk kembali berbaring.

Cowok itu tak mengindahkan kekhawatiran semua orang, pandangannya menyapu kesana kemari mencari keberadaan sahabatnya. Matanya kemudian berhenti kepada Amora yang tengah berdiri diujung kakinya bersama Nicholas.

"Dimana Zoe?" Tanyanya.

Gadis itu kebingungan, karena dia juga tidak tahu keberadaan adiknya itu sekarang.  Amora menatap Nicholas yang sama-sama tidak memiliki jawaban perihal pertanyaan tersebut. Sebab mereka juga belum mengetahui kabar kalau Zoya telah kembali, Elle, Dani, bahkan Flynn juga belum sempat memberitahukan hal tersebut kepada mereka keburu Danielle siuman. Jadi mereka tahunya sang adik masih menghilang.

"Istirahat dulu, sayang." Suruh Elle berusaha mengalihkan pembicaraan. "Panggilin dokter, mas." Lanjutnya menyuruh sang suami.

"Zoe pergi, ma," seketika Elle membeku mendengar penuturan anak bungsunya itu.  Tapi bagaimana dia bisa tahu kalau Zoya akan pergi padahal selama ini anaknya itu sedang dalam kondisi tak sadarkan diri.

"Apa yang kamu katakan, Danielle, Zoya gak akan pergi kemana-mana." Tampik Elle.

"Tapi aku lihat dia pergi." Kekeuhnya.  "Zoe mau ninggalin kita semua, ma. Aku gak akan biarin hal itu, aku mau nemuin dia sekarang." Ujarnya keras kepala, seperti tak merasa bahwa dia sedang sakit.

Elle menahan pergerakan anaknya tersebut. "Kapan kamu melihatnya?" Tuntutnya membuat langkah Danielle terhenti. "Kamu ini baru sadar dari koma, Danielle. Semua yang kamu katakan itu cuman mimpi. Zoya gak akan pergi kemana-mana." Jelasnya.

"Tapi_"

Ucapannya terhenti setelah dokter Aditya dan beberapa perawat masuk untuk mengecek kondisi Danielle yang baru saja siuman. 

___

Keadaan sudah lebih tenang, Danielle pun masih harus dibiarkan beristirahat usai diperiksa. Mereka kini tengah berada didepan ruangan ditemani oleh dokter Aditya dan dokter Aji.

"Aku sama mas Dani mau langsung ke bandara, kami titip Danielle sebentar gak apa-apa kan, Dit?" Ujar Elle kepada sahabatnya, dokter Aditya, yang langsung diangguki.

"Tante ngapain ke bandara? Mau jemput seseorang?" Sahut Amora yang sedari tadi kebingungan dengan arah pembicaraan suami istri tersebut. Ya, Amora dan Nicholas datang berkunjung untuk melihat kondisi Danielle dan juga atas permintaan keduanya, sekaligus guna menanyakan kabar terbaru tentang Zoya, adiknya, sebab mereka sendiri masih tidak menemukan tanda-tanda ataupun jejak sang adik.

Elle menatap mereka bergantian. Dia jadi melupakan tyjuannya meminta anak-anak itu datang kemari. "Mora, Nicho, sebenarnya Tante tadi mau ngomongin ini ke kalian." Tuturnya, keduanya menyimak dengan seksama. "kemarin Zoya datang kesini." Sambungnya membuat Amora dan Nicholas terkejut.

"Apa?" Sahut Amora.

"Zoya sudah ketemu?" Tanya Nicholas.

Wanita itu mengangguk. "Dia yang datang sendiri, untuk pamit." Jelasnya.

Kening Amora berkerut bingung. "Pamit kemana maksudnya, Tan?" Selidik nya.

Elle menatap keduanya, helaan napas beratnya semakin membuat Amora dan Nicho penasaran. "Zoya sudah memutuskan kalau dia akan tinggal bersama kakeknya."

"Apa kata mama?" Mereka menoleh serempak dan mendapati Danielle sudah berdiri di ambang pintu sembari menenteng selang infus.

"Kenapa kamu kesini, Niel?" Dani bergerak menghampiri sang putra dengan khawatir.

"Zoe mau tinggal sama kakeknya?" Tanyanya tak mengindahkan ucapan papanya yang memintanya untuk kembali masuk kedalam kamar.

"Danielle, ayo masuk. Kamu belum boleh berdiri, tubuh kamu masih butuh istirahat, sayang." Tutur Elle berupaya mengalihkan pembicaraan.

"Jawab Danielle, ma, pa," sentak nya memohon. "Apakah Zoe akan pergi?" Sambung nya.

Mereka semua terdiam, kompak membisu membuat Danielle semakin curiga ingin mengetahui hal tersebut.

"Ma," panggilnya berusaha menggapai tangan mamanya sontak wanita paruh baya itu menahan tubuh Danielle. "Zoe beneran mau ninggalin aku?" Selidik nya lirih.

Elle menatap putranya sendu, ia mendesah pasrah dan mengangguk singkat. "Iya, sayang." Seketika Danielle nyaris terhuyung saking terkejutnya, beruntung Dani sigap membantu.

"Enggak," cowok itu menggeleng cepat. Ia menatap Elle. "Sekarang Zoe dimana, ma?" Tuntut nya bertanya.

"Dia sudah di bandara bersama Flynn dan Jessie." Ucapan Elle lagi-lagi membuat Danielle gusar. Bagaimana mungkin mereka menyembunyikan hal sebesar ini darinya.

"Kamu mau kemana, Danielle?" Dani mencekal tangan putranya tersebut.

"Aku gak akan biarin Zoe pergi. Aku mau bawa dia pulang." Ujar Danielle ngotot.

"Tapi kamu baru siuman, nanti kalau terjadi sesuatu dijalan bagaimana?" Peringat Elle yang khawatir.

"Danielle gak perduli, ma."

"Tidak, Niel." Dani tetap mencegatnya.

"Lepasin, pa!"

"Dan_"

"Biarkan saja, Om. Saya juga akan ikut kalian menemui Zoya." Sahut dokter Aji yang berada disebelah dokter Aditya, papanya.

"Tapi kondisi Danielle masih lemah, dan rumah sakit juga belum mengizinkannya untuk kemana-mana." Jelas Dani.

"Sudahlah, tidak apa Dani, biar aku yang menjaminnya. Danielle sudah dalam pengawasan ku. Yang terpenting sekarang kita semua harus pergi menemui Zoya sebelum dia berangkat." Timpal dokter Aditya.

Semuanya mengangguk setuju tanpa mau berdebat lagi karena waktunya sudah tidak banyak atau mereka akan kehilangan Zoya untuk selamanya.

"Jam berapa keberangkatannya?" Sela dokter Aji.

"Sekitar tiga puluh menit lagi." Jawab Elle.

Mereka pun segera bergegas menuju bandara sebelum terlambat. Sedangkan Amora dan Nicholas akan menyusul setelah menemui Alben dan Dona yang belum tahu mengenai hal ini. Mereka akan memberitahu Alben dan Dona selaku orang tua Zoya, sebab dari cerita Elle kalau adiknya itu kemarin menolak untuk menemui mama dan papanya sendiri dengan alasan tak ingin mereka mencemaskan nya. Tapi benar kata Nicholas, Alben dan Dona harus tahu karena bagaimanapun juga Zoya adalah anaknya.

______

Gadis itu termenung sepanjang jalan hingga sekarang sampai didepan pintu bandara pun ia masih membisu. Banyak hal yang ia pikirkan, semua lukanya, sedihnya, bahagianya, seluruh kenangan baik dan buruknya ada ditanah kelahirannya ini. Bisakah ia melupakannya? Tidak. Itu tidaklah mudah. Apalagi kepergiannya saat ini dilatarbelakangi masalah yang belum usai dan mungkin takkan pernah selesai sampai kapanpun selama ia masih bernapas.

Berulang kali dia berusaha menguatkan diri tapi air matanya diam-diam nakal, mereka turun tanpa diminta. Hal itu menyulitkan kakinya untuk melangkah. Meskipun dia berusaha menyembunyikan kesedihannya tapi tetap saja tidak bisa, hal itu tak pernah luput dari pandangan Flynn dan Jessie. Dua sejoli itu hanya bisa terdiam, mereka memahami situasi tapi tidak mampu berbuat apa-apa. Menurutnya keputusan yang diambil oleh Zoya tersebut adalah hak pribadinya, apalagi setelah melihat suka-duka yang dialami gadis itu sehingga mereka hanya mampu mendukungnya.

"Sampai disini aja," gadis itu berhenti di depan pintu bandara, Jessie dan Flynn pun ikut menghentikan langkahnya.

"Zoya," ketiganya melirik ke sumber suara.

Seorang cowok tengah berlari ke arah mereka sembari menenteng sesuatu ditangannya. "Sorry, gue hampir telat." Ujarnya dengan napas terengah-engah.

"Tepat waktu," timpal Zoya berusaha mengusung senyum tipis.

"Ini, udah beres semuanya." Cowok itu memberikan sebuah flashdisk kepada Zoya namun gadis itu tidak langsung mengambilnya.

"Makasih ya, Bruno." Ucapnya. "Tapi gue boleh gak minta tolong satu hal lagi sama kalian?" Lanjutnya menatap Bruno, Flynn, dan Jessie bergantian.

"Apapun, pasti akan kami lakukan untuk lo, Zoya." Timpal Jessie diangguki juga oleh Bruno.

"Gue mau pesan ini sampai ke semua orang, terutama sama mama, papa, dan Danielle." Pintanya.

"Kalau masalah itu serahin ke gue aja." Sahut Bruno menyanggupi.

"Sekali lagi gue ucapin makasih banyak ya, Bruno." Tulusnya karena Bruno sudah banyak membantunya.

Bruno mengangguk singkat. "It's oke, gue juga seneng bisa bantu Lo, Zoya." Ucapnya membuat sudut bibir Zoya terangkat.

Kini pandangan Zoya beralih pada Jessie yang juga tengah memperhatikannya. "Lo juga, makasih banyak udah mau dengerin curhatan gue dan bantu gue." Tuturnya.

Jessie menggeleng dengan mata yang berkaca-kaca, lantas memeluk Zoya erat. "Jangan pergi, Zoya." Mohonnya meskipun tahu hal itu tidaklah mungkin terkabulkan.

Zoya menepuk-nepuk punggung Jessie seolah memberikan kekuatan. "Lo baik-baik sama keluarga Holland, jagain Flynn ya, calon kakak ipar?"  Ujarnya membuat Jessie terkekeh kecil merasa sedikit terhibur dengan embel-embel 'kakak ipar'

Mendadak suasana jadi hening, sampai akhirnya Jessie memberanikan diri dengan memegang lengan tangan Flynn sejenak, kemudian terdengar helaan napas berat dari cowok itu. "Kamu beneran mau ninggalin semuanya, Zoya?" Akhirnya cowok itu membuka suaranya yang mampu membuat Zoya bungkam tak bisa mengatakan apapun.
Rasanya sesak mendengar suara Flynn yang biasanya tegas mendadak lesu.

Flynn kemudian merentangkan kedua tangannya yang langsung disambut pelukan erat dari Zoya. "Zoya sayang sama Flynn. Maaf karena selama ini udah banyak ngerepotin, udah bandel, dan sering ngebantah ucapan kamu." Tutur gadis itu tak sanggup menahan gejolak rasa sesak di dadanya apalagi setelah mendengar ucapan Flynn barusan membuatnya semakin berat meninggalkan tempat itu.

Cowok itu yang telah menganggap Zoya sebagai adik kandungnya, yang selalu melindunginya dan menjaganya penuh kasih sayang meskipun dengan caranya sendiri. Dia sangat menyayangi Zoya walaupun tidak ditunjukkannya secara langsung tapi gadis itu bisa merasakannya. Melihatnya menangis dan mendengar nada bicaranya yang lirih membuat Zoya tidak berdaya. Tak sanggup menyaksikan rasa sakit karena ulahnya.

"Flynn, jangan sedih gitu." Keluh Zoya menyadari bahwa cowok yang selalu terlihat dingin itu tengah menyeka air matanya.

"Kakak mana yang gak sedih ketika berpisah dengan adik kesayangannya?" Timpal Flynn menatap manik mata Zoya.

"Flynn," rengek Zoya tak kuasa menahan tangisnya lagi apalagi melihat mata Flynn yang sembab. Keduanya kembali berpelukan, tak rela meninggalkan ikatan kekeluargaan yang selama ini telah mereka bangun.

Setelah puas meluapkan kesedihannya, mereka pun menuntun Zoya masuk sebelum meninggalkannya. "Jaga diri kamu disana, ya?" Ujar Flynn yang langsung diangguki.

"Dah, Sampein salam ke semuanya." Gadis itu berbalik lalu berjalan mundur, menjauh sambil melambaikan tangannya ke arah Flynn, Jessie, dan Bruno.

_____

"Dimana Zoe, bang?" Flynn dan Jessie lantas mengurungkan langkahnya memasuki mobil. Tak percaya mendapati cowok itu sudah siuman dan sekarang berada di depan mereka.

"Danielle, kamu udah_"

"Zoe ada dimana sekarang, bang?" Sela Danielle memotong kalimat Flynn.

"Mana Zoya, Flynn?" Sahut Alben bersama Amora, dan Nicho yang juga baru tiba.

Flynn dan Jessie tentu saja kebingungan dengan serangan pertanyaan-pertanyaan tersebut yang disebutkan serempak. Elle, Dani, dokter Aditya, dokter Aji, mereka semua juga menunggu jawabannya.

"Pesawatnya baru aja berangkat," tutur Jessie. Dia tidak berbohong karena sebuah pesawat baru saja melintas satu menit yang lalu. Dan itu pesawat yang ditumpangi oleh Zoya

"Bohong! Lo pasti bohong." Tampik Danielle kemudian bergegas masuk kedalam bandara untuk mencari keberadaan Zoya, diikuti yang lainnya.

"Zoe," teriaknya tak perduli dengan tatapan semua orang yang terganggu karenanya. Semuanya dipaksa oleh Danielle berpencar memeriksa setiap sudut mencari keberadaan Zoya. Dia bahkan tak mengindahkan ucapan Flynn yang menuturkan bahwa pesawat Zoya telah berangkat. Semuanya percaya kalau Zoya telah pergi, tapi Danielle tetap bersikeras menyuruh mereka mencarinya sampai dapat.

Treng, treng, treng,,,

Bunyi alarm darurat mengagetkan semua orang. Seketika aktivitas di bandara berhenti tanpa terkecuali. Kemudian terdengar pengumuman dari bilik suara dan tanda merah dilayar pun menarik atensi mereka.

"Pengumuman kepada semua calon penumpang, dikarenakan ada informasi bahwa Pesawat De ja vu airline 112 jurusan Jakarta- Jerman baru saja mengalami hilang kontak, maka sementara ini semua penerbangan di bandara Hanada ditunda sampai waktu yang dipastikan. Untuk itu_____"

"Gak mungkin," mereka menoleh pada Jessie. Gadis itu menatap nanar. "Itu pesawatnya Zoya, Flynn." Tuturnya.

"Apa yang kamu katakan, bukannya Zoya akan,"

Jessie menggeleng cepat. "Aku bohong, Zoya nyuruh aku merahasiakan ini. Dia bukan mau ke London, tapi ke Jerman. Dan aku juga yang nemenin dia nyiapin tiket, pasport dan lainnya." Ucapnya membuat semua orang shock.

Tak lama setelah Jessie mengatakan itu, sebuah layar yang menunjukkan nama daftar penumpang terpampang jelas dan nama Zoya ada diurutan ke 35. Hal itu semakin membuat mereka terkejut.

"Enggak mungkin." Danielle terduduk keras dilantai tak sanggup menahan dirinya. Begitupun Alben,  seketika pria paruh baya itu jatuh terhuyung ke belakang menunduk penuh sesal.

"ZOYAAAAAAAAAAA!" teriak Danielle nyalang.










Jangan lupa vote dan comment

Follow Ig my_siee

Next, ending. Tissue jangan lupa

Continue Reading

You'll Also Like

29M 1M 39
{#1 in teenagers} {#2 in fiction} {#2 in popular} "You better not tell anyone about this." "Aw why not? I'm sure your fandom of desperate girls wo...
53.7M 1.6M 63
[#1 Teen Fiction | #1 in Romance] Bad boy Luke Dawson is stuck living with clumsy nobody Millie Ripley for the summer. When she ran over his most p...
90.9K 8.7K 43
A Day In My Life-