PRAHARA CINTA ALBAB (TAHAP RE...

By fitriYani994226

1.3K 920 1.1K

Cinta hanya memberikan kesan pahit bagi Albab, saat seorang pria berada di dalam kehidupannya membuatnya sema... More

1. SMAN 1 JOGJAKARTA
2. MUNGKINKAH KEBETULAN
3. LATIHAN BASKET
4. BIMBANG
5. TANDING BASKET
6. MEMBUAT KENANGAN
7. BRAKING NEWS UPDATE
8. PAPAH?!
9. JAUHI GUE!
10. KECEWA 1
11. PERTEMUAN KEDUA
12. BUKAN JERUK MAKAN JERUK
13. FITNAH!
14. PENYELESAIAN
15. PRAHARA ALBAB DAN ARHAM
16. KECEWA 2
17. SEBUAH KEJUJURAN
18. ANTARA DUA PILIHAN
19. KEPUTUSAN
20. DILEMA
21. CEMBURU
22. KANGEN
23. MEMILIH
24. VISUALNYA TURUN NIH
25. TRAGEDI
26. BERJUANGLAH ALBAB
27. HARAPAN
29. SADAR!
30. SUJUD
31. TERSANGKA
32. MASA LALU
33. TERNYATA BENAR!
34. MERASA NYAMAN
35. ALBAB SADAR
36. EXSTRA PART
37. CURIGA
38. SAYANG PAPAH
39. TAKKAN LUPA
40. PENYESALAN ALBAB
41. SEBUAH DUKA
42. KU RELAKAN
43. KEHIDUPAN BARU
44. MEMAAFKAN
45. TAMAT

28. JANGGAL

18 16 33
By fitriYani994226

    Hari semakin sore, Arham kembali ke rumah sakit tanpa hasil apapun, kini yang ada hanya harapan kosong bagi kesembuhan Albab. Tapi tak ada yang menyerah dihati mereka. Silvi terus berdoa, begitu juga Zaskia. Disa dan Ratna pun menatap sendu mata keluarga Albab.

"Tante, kalau tante lelah, biarkan Disa dan Zaskia yang menunggu Albab, tante lebih baik pulang dulu, nanti bergantian." Saran Disa.

"Iya nak,  kalau begitu tante pulang dulu, nanti malam tante kesini lagi." Silvi mengusap lengan Disa.

"Mamah jaga diri ya, Kak Arham anter mamah dulu ya,  sekalian kalau kakak mau mandi." Zaskia menghampiri Arham yang terlelap dikursi.

"Ha, emmm, iya."

Silvi dan Arham pulang di jam 15:35, badan lelah menunggu kepaatian kapan Albab akan sadar membuat Zaskia tak bersemangat.

Tiga pria berpakaian polisi datang menghampiri Disa,  Ratna dan Zaskia, polisi itulah yang menyelidiki kronologi kecelakaan Albab.

Bersamaan mereka datang, tak jauh sekitar 5 meter,  Bianka dan Olif datang bersama beberapa guru termasuk wali kelas Albab.

"Selamat sore, apa benar ini keluarga Albab?" tanya salah seorang polisi.

"Iya saya, bagaimana pak?" Zaskia mendekat.

"Saya hanya menyampaikan beberapa hal dari kecelakaan motor beberapa hari lalu, saya pun telah mengabari orang tua korban melewati ponsel yang kami ketemukan di tas milik siswa bernama Albab.

"Motor yang di kendarai Albab ternyata mengalami putus kabel dibagian rem," polisi itu berhenti menjelaskan.

"Gak mungkin, gak mungkin putus kabel, saya waktu itu diantar pulang ke rumah dan nyatanya saya baik-baik aja kan, kalau putus kabel,  saya pun akan ikut masuk rumah sakit sekarang, bapak pasti bohong!" Elak Disa.

"Tapi bagaimana ini terjadi sampai pada akhirnya ia keluar dari rumah anda, apakah saya yang salah saat meneliti?" polisi bernama Hendara Geraldin itu berkata sewot pada Disa.

"Pasti,  sudah pasti bapak salah, jika saya dan Albab berboncengan saat pulang sekolah, tapi tak terjadi apapun saat itu." Disa masih mengingat saat dimana Albab enggan masuk rumah dan memutuskan pulang secepatnya.

"Lalu apa yang benar,  pak, bapak jangan mempermainkan masalah serius ini!" Zaskia ikut nimbrung.

"Tenang Zaskia,  pasti ini ada kesalahan disalah satu pihak." Ratna mendekap Zaskia.

"Baik kalau itu sudah menjadi keputusan anda, saya dan pihak polisi akan terus menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi, kami permisi dulu." Pak Geraldi menyalami Disa, Zaskia dan Ratna.

"Bagaimana mungkin ini terjadi?" Disa menatap punggung polisi itu.

"Dis dia siapa?" Olif baru berani membuka mulutnya setelah polisi itu pergi.

"Dia Zaskia adek Albab."

"Bapak sama ibu kemari juga?" Disa menyalami ke-4 guru dihadapannya.

"Iya saya sangat khawatir dengan kondisi murid saya, lalu bagiamana sekarang kondisinya?"

"Iya pak, kami pun masih menunggu, Albab belum juga sadarkan diri." Disa menoleh kearah pintu kamar dimana Albab berada.

""Apakah kita bisa melihat kondisi Albab, apa kita boleh masuk?" Tanya Bianka.

"Iya boleh tapi jangan banyak-banyak masuk ruangannya." Jelas Ratna.

Dokter telah mempersilahkan keliarga untuk menjengkuk Albab setelah Albab di pindahkan ke ruang rawat, dengan keputusan dokter yang menjahit lagi bagian belakang kepala Albab membuat Albab sudah bisa di pindahkan,  bahkan keluarganya pun sudah di persilahkan masuk, walaupun harus dua sampai tiga orang lebib dulu.

***

Bianka, Olif, dan Disa akhirnya masuk bersamaan, mereka melihat Albab yang benar-benar lemah, selang infus,  bahkan selang oksigen pun turut menutupi wajahnya.

Bianka dan Olif menangis seketika,  mereka tak menyangka kalau akhirnya akan terjadi seperti ini.

Disa ingin memeluk Albab saat ini juga tapi ia urungkan karena memang belum diperbolehkan untuk menyentuh bagian tubuh Albab.

Luka yang membuat Albab sangat menderita kini dirasakan juga oleh Disa sebagai kekasihnya. Walaupun Albab tak pernah tahu akan hal itu tapi mungkin dalam lelapnya Albab, akan tetap merasakan cinta Disa.

"Sa, gue turut prihatin sama kondisi Albab," Bianka yang tadinya membenci Disa akhirnya luluh seketika.

"Gue juga, gue minta maaf sama loe,  kalau selama ini gue jahat sama loe." Olif memeluk Disa.

"Iya kak, yang penting sekarang bagaimana kita bisa membantu Kak Albab untuk sadar dari koma." Pekik Disa.

Olif dan Bianka mengusap air mata, begitu juga Disa,  usai melihat sesaat, karena tak tega mereka memutuskan keluar meninggalkan Albab.

Diluar sudah ada Arham,  Deffan,  Vinky,  Zaskia, Silvi,  dan Ratna. Beberapa guru pun ikut menjengkuk walau hanya tiga jam berada menemani mereka tapi hati mereka senang,  karena Albab banyak yang mempedulikannya.

"Bagaimana kalau kita makan dulu, kalian belum makan kan?" Deffan menawarkan.

Mereka saling pandang, bukan hanya tak bersemangat,  tapi napsu makan mereka hilang setelah mendapati Albab yang terbaring seperti tanpa nyawa.

"Kenapa kok pada nunduk aja, ayo ini saya berikan gratis kok, saya tahu kalian pasti sedih lihat Albab seperti itu, tapi apa kalian gak sedih kalau misal Albab sadar kalian malah yang jatuh sakit, gak mau kan begitu?" Deffan membagikan nasi box yang ia bawa bersama Vinky.

Mungkin kehadiran Vinky juga Deffan bisa menghilangkan sedikit rasa cemas di hati mereka, walau bukan datang sebagai badut tapi Deffan dan Vinky seolah bisa mengubah raut wajah dari kerabat dekatnya itu.

Deffan sudah menganggap Albab adalah keluarga sendiri,  begitu juga Silvi yang memang sudah kenal akrab dengan Deffan dan Vinky.

"Terimakasih,  Nak Deffan,  Nak Vinky,  kalian sangat peduli terhadap kami." Ucap Silvi.

Ratna dan Disa pun bersyukur karena telah bertemu orang-orang baik dikeluarga Albab.

Hari semakin malam setelah Silvi kembali menemani Zaskia, kini Deffan,  Vinky,  Disa dan Ratna pamit untuk pulang lebih dulu karena tak mungkin mereka membolos sekolah besok pagi, bahkan Disa pun sudah tak berangkat dua hari.

Kini Arham, Zaskia dan Silvi berada di kamar Albab. Seperti tersayat sembilu tajam,  melihat Albab sudah tak berdaya.

"Kakak,  Zaskia rindu, Zaskia kangen suara kakak." Zaskia memegang lengan Albab.

Rasa dingin di lengan Albab membuat Zaskia merinding,  juga begitu takut.

"Kamu sabar, anak cewek jangan nangis, kamu kan kuat," Arham memeluk Zaskia, di belakang kepala Zaskia,  perlahan Arham pun mengusap bening netranya.

"Albab, cepat sembuh sayang, mamah merasa gagal menjadi orang tua, mamah gagal menjaga kamu, mamah gak berguna, maafkan mamah."  Silvi berdiri tepat di samping kepala Albab.

"Mamah jangan bicara begitu,  Arham yakin raga Albab pasti gak bisa menerima semua ucapan mamah barusan, mamah gak bisa sembarang bicara, mamah berguna bagi kami,  terutama bagi Zaskia dan Albab." Arham memeluk Silvi di samping kirinya.

Arham melihat jam tangan yang melingkar di lengan kanannya, ia berniat menelpon papahnya lagi, dan mengabarkan kondisi Albab yang semakin melemah.

"Semoga kali ini papah mau mendengarkan kata-kata ku!" Dialog Arham di hatinya, meyakinkan diri menatap dengan pasti.

"Mamah sama Zaskia duduk di sofa aja, kalau ngantuk tidur dulu, dokter pasti akan kesini sebentar lagi, ini kan udah jam nya Albab di berikan obat lewat infus." Arham menuntun Zaskia dan Silvi, mata mereka begitu sembab, wajah pucat pasi, Arham mencoba membuat suasana menjadi tenang dengan tak memberitahukan rencananya pada Silvi.

"Arham keluar dulu." Arham masih diposisinya berdiri.

"Mau kemana?" Silvi menahan tangan Arham.

"Sebentar aja kok mah, mamah di sini aja jaga Albab." Arham melepas tangan Silvi pelan.

"Kakak..."

"Iya dek?" Arham menoleh kebelakang.

"Tadi pak polisi datang, katanya ada kejanggalan dimotor Kak Albab, katanya motor Kak Albab putus sambungan rem nya, tapi Kak Disa menyangkal hal itu,  dia bilang sebelum pulang Kak Disa bareng sama Kak Albab." Zaskia menjelaskan apa yang ia dengar berapa jam lalu.

"Kok bisa begitu, kalau Disa bareng Albab otomatis mereka akan jatuh bersamaan, tapi kenapa Disa bisa selamat, atau memang ada pihak ketiga, apa bener Disa bilang begitu?" Arham mencoba yakin pada ucapan Zaskia.

"Iya kak, lagian Kak Disa juga bilang kok kalau Kak Albab buru-buru pengen pulang jadi gak mampir dulu," Zaskia menarik napas pelan lalu mengembuskannya lagi.

"Aneh memang, kalau begitu coba kakak cari tahu, kamu jaga mamah kalau haus, mau makan itu dompet kakak ada di tas kamu ambil aja." Arham menunjuk tas di dekat lemari.

"Iya kak, makasih." Zaskia sudah sangat lelah,  rasanya ia ingin merebakan tubuhnya tapi karena sofanya hanya muat satu orang, Silvi dengan posisi duduk dan Zaskia yang berbaring. Sedang,  Arham keluar untuk mencari kebenarannya.

Hujan rintik kembali datang, ramainya kota Jogja sudah mengema di seluruh penjuru, Arham berkendara dengan gusar, hatinya was-was, pikirannya kacau, hanya satu yang ia inginkan sekarang yaitu, membuat papahnya menatap Albab di rumah sakit.

Arham berhenti dipinggir jalan, mata yang sayup, membuatnya tak lagi bisa menahan kantuk, ia memutuskan untuk terlelap didalam mobil, dengan demikian tak akan ada orang yang menganggu Arham.

Arham memasang alarm jam di ponselnya, ia akan bangun pukul 20:12 wib.

Arham mematikan lampu di dalam mobilnya, berselimutkan jaket levis miliknya.

Hujan yang tadinya hanya kecil, kini berubah sedikit deras dengan angin bertiup sangat kencang.

Kegelisahan yang mereka rasakan juga berdampak pada Disa dan Ratna, di rumah pun mereka tak bisa duduk dengan tenang, apa lagi Disa yang baru saja menghilangkan kejombloannya,  kini harus merasakan pahitnya melihat kekasihnya tak berdaya.

🐾🐾🐾🐾























Kira-kira kejanggalan apa lagi yang ditemukan polisi, dan berhasilkah Arham membujuk papahnya, semua akan diusut tuntas di sini

Pastinya di

Prahara
Cinta
Albab

🌺🌺🌺🌺

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 35.2K 44
"Sialan Dara?!" "Si bangsat Aksa?!" Setelah kedua manusia itu saling melempar umpatan, lalu hening sekejap seolah semesta bercanda mempertemukan mere...
1.5M 4.7K 23
21+ Ria, seorang ibu tunggal, berjuang mengasuh bayinya dan menghadapi trauma masa lalu. Alex, adik iparnya, jatuh hati padanya, tetapi Sheila, adik...
1.5M 50.9K 55
-please be wise in reading- ∆ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ∆ Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...
1.5M 45.6K 60
Zanna tidak pernah percaya dengan namanya cinta. Dia hanya menganggap bahwa cinta adalah perasaan yang merepotkan dan tidak nyata. Trust issue nya so...