setelah memberi beberapa wejangan terakhir seperti jangan memberi aurey terlalu banyak permen dan cokelat, seungmin akhirnya dengan (sedikit) berat hati benar-benar berangkat ke studio meninggalkan aurey dengan dua rekan kerjanya itu.
kini dua gadis dan satu bocah kecil itu sudah keluar dari gedung. mereka sedang duduk di bangku panjang di taman kota dekat gedung agensi sembari bercanda riang. oh, kecuali si rambut pink yang masih memasang wajah masam.
"bagus sekali, chae! seharusnya kita akan kencan, malah sekarang harus merawat bayi!" gerutunya, yang dibalas chaeryoung dengan usapan lembut di lengan dan senyum bersalah.
"i'm not a baby!" sela aurey protes.
"oh, ya?" tanya chaeryoung jahil sebelum menguyel pipi aurey gemas. "masa anak selucu ini bukan bayi, sih?"
"i'm not," bocah itu menggeleng tegas. "lexie is. she always cries. she pees herself. i don't pee myself. so, i'm not a baby."
"baiklah, baiklah," chaeryoung tertawa. "kau bukan bayi. you're a big man!"
"big man, my ass," dengus ryujin pelan. "anak kecil itu merepotkan, chae! kenapa kau terlalu baik, sih!"
"tidak semua anak kecil begitu, ryu. aku yakin aurey tidak."
"yeah? kau bicara seakan sudah mengenal dia seumur hidup." ryujin memutar bola mata. "aku ingatkan kau ya––jaga-jaga kalau kau lupa––kau juga baru bertemu dia barusan! barusan, chae!"
"aku tahu saja," jawab chaeryoung kalem seakan ryujin tidak sedang meradang kebakaran jenggot. tangannya mengusap rambut tebal aurey pelan. "aku tahu dia anak yang manis."
si berambut pink tersenyum miring. "tunggu sampai dia lapar atau mengantuk. lalu berteriak-teriak seperti di hutan mencari ibunya, mencari perhatian meminta ini-itu, merengeklah ...."
"i'm not like that!" protes aurey, kesal dengan sikap tidak bersahabat ryujin. namun rupanya ia termakan juga omongan gadis itu dan mulai mengalami krisis identitas. "am i?" tanyanya ragu sembari menatap chaeryoung dengan mata berkaca-kaca.
"stop it, ryu!" tangan chaeryoung sibuk menenangkan aurey dengan memeluk dan mengusap punggungnya. "apa kau tidak kasihan?"
ryujin memanyunkan bibir. kesal karena chaeryoung memihak bocah itu. tak mau kalah, dia berkata, "dia duluan yang membicarakanku di belakang!"
chaeryoung menghela napas. "dia hanya bilang rambutmu lucu, ryu." walau tidak melihat, ia yakin kini ryujin tengah menatapnya. "aurey bilang, dia menyukai rambutmu."
setelah hening cukup lama, ryujin mencondongkan badanya, berusaha mendapat perhatian aurey yang masih cemberut. tangannya menowel pipi gembil aurey hingga memantul seperti jelly, lalu dibalas bocah itu dengan pelototan kesal. chaeryoung terkekeh sendiri melihat interaksi mereka.
"so, you said that i'm cute?"
aurey melengos kesal dan menyembunyikan wajahnya di dada chaeryoung.
"ya ampun, ambekan sekali bocah ini. mungkin kau harus mengganti pempers-nya, chae."
"dia sudah tidak memakai pempers, ryujin," jawab chaeryoung sabar.
"you're so mean! i don't like you!" puas berteriak, aurey kembali memeluk chaeryoung.
"you don't like me, huh?" ryujin tersenyum miring sembari mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya. "kau pasti tidak suka ini juga, kan?"
dengan senyum tersungging, ryujin memamerkan lolipop di depan aurey. alisnya bergerak naik turun meledek, dan itu benar-benar lucu di mata chaeryoung.
aurey yang mulai tergoda melirik chaeryoung sekilas. sorotnya melunak seolah menunggu perintah untuk menerima sogokan dari ryujin. ini hanya sebuah lolipop dan chaeryoung rasa seungmin tak akan keberatan dengan itu. begitu melihat gadis berambut cokelat mengangguk, aurey tidak menyia-nyiakan kesempatan.
"thank you," katanya sambil menahan senyum yang muncul malu-malu.
"friend?" ryujin mengulurkan kelingking. "maafkan aku tadi. kau mau main bersamaku sekarang?"
aurey diam sejenak. tapi kemudian senyumnya mengembang lebar. dia mengulurkan tangan tanpa ragu, lalu mengaitkan kelingkingnya dengan milik ryujin.
"kita akan bermain bersama? how about hide and seek?"
"... sure," jawab ryujin ragu. bermain petak umpet di taman kota saat siang hari sepertinya bukan ide bagus.
"kejar-kejaran?"
apalagi itu ... ryujin mengeluh dalam hati. "b-boleh," ujarnya terpaksa.
"bermain perosotan?"
"apapun yang kau mau, aurey," potong chaeryoung sebelum bocah itu mengabsen semua permainan yang ia ketahui.
"yeaaah!" aurey melompat turun kemudian berlari ke sudut taman di mana tersedia beragam wahana permainan sederhana dan beberapa anak lain yang bermain di sana. "ayo, ayo, ayoo!!! c'mon, aunties!! kita bermain perosotan!!"
"ya tuhan, ini dia ... bab paling absurd di daftar shin ryujin hari ini," bisik ryujin sembari membenahi masker di wajahnya. "anak itu kenapa, sih? kau yakin tingkahnya lompat-lompat begitu masih normal, kan? padahal aku bersumpah, permen yang kukasih tadi tidak mengandung narkoba, chae."
chaeryoung tertawa sembari menarik tangan ryujin ikut berdiri. "ayo kita bermain, nona pemalas!"
***
setelah lebih dari dua puluh menit meladeni segala permainan aurey, akhirnya ryujin yang berperan menjadi penyihir mendapat kesempatan untuk pura-pura mati. dengan senyum kemenangan ia duduk menonton chaeryoung dan aurey melanjutkan permainan.
namun tak lama setelah menonton aurey dan chaeryoung saling kejar dan cekikikan, ryujin tak kuasa menahan kantuk. kini entah sudah berapa lama ia tertidur. salahkan bangku panjang yang diletakan di bawah rindangnya pohon berdaun jingga ini. juga angin semilir yang seakan menjadi oase di tengah terik matahari pukul sebelas siang.
"ryujin bangun!"
panggilan dengan nada menyentak itu memutus tali mimpi ryujin seperti gunting berkarat. dengan kepala sakit akibat bergegas duduk setelah bangun, ryujin mengusap wajahnya kasar.
"ya! apa, apa??" ia segera menyesal karena langsung bertanya bukannya melihat keadaan dulu. saat mendapati chaeryoung berdiri cemas di hadapannya dengan aurey yang menangis di gendongan dan plastik berisi es krim yang sudah meleleh di tangan, barulah ia tahu ada yang tidak beres.
"astaga, chaery! kenapa?" terlalu banyak lanjutan 'kenapa'-nya. kenapa aurey menangis, kenapa permainan mereka berakhir, dan kenapa ada es krim meleleh––sangat mubazir! ryujin sampai bingung bertanya 'kenapa' yang mana dulu. "kenapa, chae?" ulangnya seperti idiot.
chaeryoung tergagap panik. "a-aku sedang membeli es krim, aurey tidak mau ikut dan kutinggal di ayunan. kupikir karena cuma dekat dan sebentar jadi tak apa-apa. t-tapi ternyata ada anak-anak yang lebih besar dari aurey mengganggu dia. saat aku kembali mereka langsung kabur dan aurey sudah menangis. oh, astaga. aku bodoh sekali! ryujin bagaimana ini ... aurey menangis!"
"chae, kau tenang dulu. ini bukan salahmu, oke? aku juga harusnya ikut mengawasi aurey. chaery, kalau kau masih terlalu cemas begini, aurey jadi ikutan. dia tidak akan berhenti menangis."
chaeryoung mengatur napasnya berusaha tenang. "kau benar. maafkan aku."
setelah berhasil menguasai dirinya, gadis cantik itu mendudukkan aurey di bangku tempat tadi ryujin tidur. bersama si rambut pink, mereka berjongkok di depan aurey. sesekali tangan chaeryoung mengusap air mata dari pipi aurey yang kemerahan.
"hey big man, pull yourself together, okay? tell us what happened," pinta ryujin lembut setelah aurey berhenti sesenggukan.
bibir pink aurey mencebik ke bawah sementara pipi dan hidungnya masih merah. dengan mata polos yang masih berair, dia menatap kedua gadis itu memelas seakan meminta dukungan. kalau situasinya lain, chaeryoung pasti sudah memekik gemas karena aurey terlihat persis seperti anak anjing papillon yang minta dielus.
bocah itu kini menunduk sembari menggosok hidung mungilnya. "i was pwaying alone," lirihnya dengan suara sengau habis menangis. "then they came. i thought they wanted to pway with me. but then they pushed me." sampai sini, bibir aurey kembali bergetar. punggung tangannya mengusap matanya yang kembali basah. "m-mereka bilang aku manja karena bermain ditemani auntie chae. dari tadi mereka ingin merebut ayunan tapi tidak berani karena ada auntie. terus kata mereka aku bayi cengeng. am i, auntie? am i a cry baby?"
"no, you're not," jawab chaeryoung lembut. "aurey sayang, kau adalah––"
"that damn brat!" umpat ryujin marah. chaeryoung terbelalak kaget lalu refleks menutup dua telinga aurey dengan tangannya. "seperti tidak ada permainan lain saja! lagi pula, ayunan sialan yang mereka ributkan ada dua! dan aurey hanya memakai satu!"
"ryujin!" chaeryoung menurunkan tangannya. "kau mengumpat––"
gadis berambut pendek mengangkat tangan. "diam dulu, chaery. ada hal lebih penting ketimbang mengurusi tata bicara lemah lembut di depan anak kecil." ryujin menatap aurey. "hey, bud, katakan anak nakal mana yang mengganggumu? biar shin ryujin beri mereka pelajaran––"
"no, you won't!" kali ini chaeryoung yang tegas memotong ucapan ryujin.
"what?" ryujin menoleh heran. "why! mereka menggangu aurey!"
"karena kau adalah ryujin itzy! kau tidak akan memarahi anak kecil manapun di taman kota," tandas chaeryoung dengan nada yang tidak terbantahkan.
"baik." ryujin mendengus sebal, dagunya terangkat meski ia tahu ia sudah kalah telak. "baiklah. kau benar. aku tak akan melakukan apapun yang membahayakan karirku dan citra grup. aku akan diam saja!"
chaeryoung mengangguk. "begitu lebih baik."
ryujin memilih melupakan kekesalan atas ketidakberdayaannya dan beralih menatap aurey. "hey jagoan, seperti yang kau bilang tadi, you're not a baby. you're a big man. kau harus bisa melindungi dirimu sendiri, oke? kalau ada anak yang membulimu, kau harus membuli mereka balik––"
"ryujin!" pekik chaeryoung shock. sementara aurey sudah berhenti menangis dan mulai sedikit terhibur melihat tingkah dua gadis yang terlibat perdebatan itu.
"tck, baiklah aku cuma bercanda." ryujin memutar bola mata. "tapi serius, kau tetap harus bisa melindungi dirimu sendiri, oke? mulai dari sekarang sampai kau besar nanti. tidak apa-apa meminta bantuan orang dewasa, tapi dirimu sendiri adalah superhero pelindung pertamamu. aurey harus kuat dan bisa bisa diandalkan oleh dirinya sendiri. mengerti, bocah?"
bola mata aurey yang jernih mengerjap-ngerjap bingung dengan alis berkerut. kalimat panjang nan memusingkan itu jelas belum bisa masuk nalarnya. chaeryoung sampai terkekeh melihat raut bingung bocah itu.
ryujin, selaku pelaku pembicara, menghela napas maklum. "oh, sudahlah. kalau sudah besar nanti kau juga akan mengerti."
"eh, tunggu," seru ryujin sebelum mereka beranjak berdiri. "aurey, mau kuberitahu mantra ajaib untuk mengusir anak nakal?"
"what is it, autie ryu?" tanya aurey lugu. chaeryoung juga ikut menyimak dengan penasaran.
ryujin tersenyum samar. "lain kali, kalau ada anak yang berani mengganggumu, ucapkan kalimat ini pada mereka: fuck off."
chaeryoung terbelalak kaget. "what the ...?!"
aurey mengambil napas lalu mulai membuka mulut dalam rangka ancang-ancang mempraktikkan mantra yang baru didapatnya itu.
"faaaak––hmmphh" mulut aurey dengan cepat dibungkam telapak tangan chaeryoung. tapi kedua mata aurey melengkung lucu menandakan ia sedang tertawa.
"ryujiiiiiin!! what did you do?!" pekik gadis itu frustasi, hidungnya kembang kempis menahan marah. sementara si pelaku malah tertawa bangga.
"chill, chaery. it's okay."
chaeryoung mendelik kesal sebelum kembali pada aurey. "aurey sayang, jangan pernah, aku ulangi, JANGAN PERNAH, mengucapkan kalimat itu di depan orang tuamu, seungmin, atau orang dewasa lain. mengerti, aurey?"
dengan bibir dilipat ke dalam seolah menahan tawa atau menahan mengucapkan 'fuck off'––chaeryoung tidak tahu––aurey mengangguk polos dengan wajah tanpa dosanya. mungkin bocah itu memutuskan untuk tidak membuat chaeryoung semakin marah.
"baik," chaeryoung mengukir senyum yang agak tertekan, persis senyuman ibu-ibu yang mengawasi anaknya agak tidak berbuat onar di depan tamu. "mari kita pulang."
dua perempuan muda dan satu laki-laki beda usia itu berjalan menapaki jalur setapak susunan batu yang membelah taman. si bocah berjalan riang di tengah dengan kedua tangan menggandeng tangan ryujin dan chaeryoung di kanan-kiri.
hentakan sepatu mereka beriringan serasi, menyatu harmonis dengan kelakar dan senda gurau yang si rambut pink ciptakan.
"tahu tidak chae? agenda merawat bayi––eh, maksudku, merawat aurey ini tidak seburuk yang kukira," ujar ryujin ringan. "kita harus mempertimbangkan untuk memiliki satu––oh, atau mungkin dua. kalau kau? ingin punya anak berapa?"
chaeryoung menatapnya seakan ryujin berbicara bahasa alien. dengan hidung merengut, ia menggerutu, "orang aneh."
ryujin tertawa santai. "oh, ayolah~"
"sshh!" chaeryoung menatap galak. "diam saja, dan antar aurey ke seungmin. kita harus segera mengembalikan anak ini ke ibunya sebelum kau meracuninya semakin parah."
"tapi kan seungmin bukan ibunya, chae."
"ibunya saudara seungmin, mungkin. mana kutahu! entah apa kata seungmin kalau keponakannya kau ajari yang tidak-tidak––eh, tunggu bukannya seungmin anak tunggal, ya?"
"iya, ya?" pikir ryujin. "hei, bud, siapa ibumu?"
"mommy!" seru aurey polos.
"right," sarkas ryujin. "maksudku namanya. siapa namanya, aurey?"
"mommy!"
"membantu sekali." ryujin memutar bola mata.
chaeryoung tertawa. "sudahlah, ryu. tidak penting." gadis itu menatap gedung agensi mereka yang sudah mulai terlihat dengan pandangan menerawang. membayangkan jejeran makanan menggiurkan di kantin. "aku lapar. eh, aurey mau makan siang bersama kami, kan?"
ryujin melayangkan protes, ia ingin kencan betulan––walau sebentar––dengan chaeryoung. tapi aurey, tanpa belas kasihan dan berperikepacaran, mengiyakan plus minta disuapi chaeryoung yang dia sebut autie favoritnya. ryujin gregetan ingin melempar bocah itu ke saturnus.
gadis perambut pendek itu protes lagi, chaeryoung cuma tertawa lagi, dan aurey sesekali menimpali dengan celetukan-celetukan polosnya. satu hal yang pasti, mereka menikmati momen ini.
di satu hari di musim gugur ini, matahari sudah semakin naik. ketiganya kompak meninggalkan jalan setapak, anak-anak yang masih bermain di belakang, dan es krim mencair di bangku panjang di bawah pohon berdaun jingga yang mulai meranggas. []
***
ehe..
maaf kalo ada yg kecewa di part ini gak muncul anggota stray kids :')
next part, okey? see you (i hope, very) soon!