Fanfic ORV Horror : Your Unre...

By miharu2tachi

4K 1K 131

Mencoba genre horror untuk fanfic, fanfic ini kira-kira cukup singkat. Tidak sebanyak fanfic lainnya yang kut... More

Arc 1 : Siswa Pindahan
Arc 2 : 'Teman'
Arc 3 : Boneka
Arc 4 : Jiwa Pengembara Setingkat Roh Jahat
Arc 5 : Jejak Tragedi
Arc 6 : Spirit Vision
orv

Arc 7 : Nightmares World

130 25 7
By miharu2tachi

Hawa dingin menjalari sekujur tubuh Yoo Jonghyuk selama beberapa saat sampai kesuraman Dokja menghilang, seolah-olah yang sebelumnya adalah imajinasinya saja.

"Boneka kecil? Kau bisa menyimpannya jika kau mau. Anggap saja sebagai hadiahku, ah, orang-orang sudah datang," ucapnya dengan riang, sikapnya berubah dalam sekejap mata.

Yoo Jonghyuk dengan kaku merapikan bangkunya dan duduk, lalu memikirkan apa yang barusan terjadi. Dia melirik sosok yang hendak menghilang itu dengan linglung dan sedih.

Dia teringat ketika dia pertama bertemu dengannya dalam mimpinya.

***

"Hei, siapa namamu?"

Dia seperti cahaya di lautan kegelapan mimpinya, membuatnya selalu ingin dekat dengannya.

"Kim Dokja," jawabnya membuat Yoo Jonghyuk agak heran.

"Nama yang aneh," sahutnya pelan menimbulkan tawa dari pihak lain.

"Benar, aku lebih memilih menjadi pembaca daripada anak tunggal yang kesepian, bagaimana denganmu, siapa namamu?" tanya Kim Dokja dengan rasa tertarik karena wajah tampan Yoo Jonghyuk.

"Yoo Jonghyuk," balas yang terakhir dengan suara yang dalam.

"Nama protagonis, itu sangat cocok untukmu," komentar Kim Dokja dengan nada nakal, dia memberikan pancaran emosi yang berlimpah di dunia yang gelap ini.

"Begitu ... Kenapa kau bisa ada di sini?" Yoo Jonghyuk akhirnya menanyakan keganjilan ini, dia sadar bahwa dirinya sedang bermimpi dan dunia ini adalah Lucid Dream miliknya.

Akan tetapi, bagaimana bisa ada orang lain, yang belum dia kenal sebelumnya, masuk ke dunianya yang gelap ini?

"Entahlah, aku berkeliling ke berbagai dunia mimpi, lalu menemukan dunia mimpi milikmu, di sini benar-benar gelap hampir tanpa cahaya, apa kau baik-baik saja, Jonghyuk-ah?" lontar Kim Dokja dengan dengan langsung memberinya nama panggilan yang akrab.

Yoo Jonghyuk agak terkejut mendengar nada khawatir dari Kim Dokja. Dia tidak ingin memberitahunya, jadi dia tetap diam.

"Biar kutebak, apakah kau kesulitan merasakan emosi?" tebak Kim Dokja, yang hampir mendekati kebenaran.

Mata coklat Yoo Jonghyuk bergetar, dia menjawab dengan, "En." Tanpa menjelaskan lebih lanjut. Menurutnya, itu bukan sesuatu yang perlu diceritakan, dia juga tidak mengerti apa yang harus dia rasakan saat ini. Dia bisa mengenali emosi orang lain, tetapi dia tak bisa merasakannya sendiri.

Kim Dokja cukup pintar untuk tidak melanjutkan topiknya, dia mengubahnya ke sesuatu yang lain.

"Tidak bisakah kau menyulap bangku atau semacamnya? Terlalu melelahkan untuk terus berdiri meski ini hanya dalam mimpi, tapi bagiku, dunia mimpi ini setara dengan 'kenyataan'," pinta Kim Dokja padanya dengan menuturkan hal yang tak dapat  dipahami.

Yoo Jonghyuk menoleh ke arah lain, memang hanya ada kegelapan di sekelilingnya. Dia memejamkan matanya, mengaduk alam mimpinya dengan pemahaman terbatas. Sementara dia melakukannya, Kim Dokja memandunya untuk mengendalikan alam mimpinya lebih kuat.

Tiba-tiba, kegelapan surut, cahaya muncul perlahan, meskipun menimbulkan suasana senja, setidaknya itu bukan tempat yang seperti jurang tanpa harapan. Kim Dokja senang dengan keberhasilannya, dia merasakan beberapa energi pencapaian.

Bangku taman muncul seperti di negeri dongeng Alice in Wonderland. Ini adalah manipulasi mimpi yang dilakukan Kim Dokja. Dia memandu alam bawah sadar Yoo Jonghyuk untuk menciptakan pemandangan yang menakjubkan tersebut.

Yoo Jonghyuk mengernyitkan dahinya ketika membuka matanya. Merasa heran dengan perubahan alam mimpinya yang di luar nalarnya. Dia melirik si pelaku, yang berpura-pura bodoh, dengan tajam.

"Apa yang kau lakukan pada mimpiku?" tanyanya kesal. Dia tak begitu suka hal-hal yang terlalu cerah.

Kim Dokja menyeringai licik seraya menunjuk ke bangku taman.

"Lihat, ada tempat duduk yang bagus, pemandangan alam ilusi yang indah, kan?" ujarnya dengan riang, mengabaikan emosi Yoo Jonghyuk yang meningkat.

Yang terakhir tidak menyadarinya bahwa dia mulai bisa merasakan emosi seperti orang normal semenjak alam mimpinya berubah.

Yoo Jonghyuk menekan emosi aneh yang muncul sambil ikut duduk di bangku itu, memperhatikan tingkah penyusup alam mimpinya. Dia melihatnya dari dekat, Kim Dokja tampak pucat dan seperti ilusi baginya, seolah dia hanya hidup di alam mimpi.

Memikirkan kemungkinan ini, Yoo Jonghyuk tiba-tiba bertanya, "Apa kau bagian dari mimpiku atau kau adalah orang yang nyata?"

"Coba tebak, Jonghyuk-ah," goda Kim Dokja seraya mengedipkan sebelah matanya.

Urat nadi membengkak di pelipis Yoo Jonghyuk, dia segera mengambil tindakan, mencengangkan kerah kemeja putih yang dikenakan Kim Dokja.

"Siapa kau? Apa tujuanmu?" interogasinya, dia selalu waspada pada segala macam hal aneh.

Kim Dokja menyeringai terhadap sikap kasar sebagai balasan bantuannya, yah dia setidaknya merasa cukup tertarik dengan penampilan rupawan pemilik alam mimpi ini. Pada saat itu, kabut mulai menutupi kecerahan, tanda bahwa alam mimpi ini akan segera pudar, yang berarti pemiliknya akan bangun dari tidurnya.

Kim Dokja berbicara setelah mengamati perubahan tersebut sambil memegang tangan yang mencengkeram kerah kemejanya, "Jonghyuk-ah, mari bertemu lagi di waktu berikutnya. Sampai jumpa."

"Tunggu! Kau—!"

...

Yoo Jonghyuk terduduk di tempat tidurnya dengan linglung dalam durasi yang lama. Dia mencoba mengingat kembali isi mimpinya dan wajah si penyusup itu. Entah mengapa, sejak Kim Dokja mengunjungi mimpinya, dia mulai bisa merasakan emosi lain yang lebih kompleks, sesuatu yang sangat sulit dia rasakan sebelumnya.

"Ini ...." Yoo Jonghyuk menyipitkan matanya, diagnosa psikolog pribadinya menyatakan bahwa dia memiliki jiwa psikopat sejak dini, dia berhasil mengetahui diagnosa itu setelah diam-diam menguping pembicaraan orang tuanya.

Mereka berdua khawatir padanya dan terus memberinya lebih banyak perhatian dibandingkan adik perempuannya, Yoo Miah. Ini membuatnya tidak tahu bagaimana harus menanggapinya, emosi apa yang harus dia rasakan?

Untungnya, keajaiban terjadi, kemunculan Kim Dokja dalam mimpinya membuka penghalang kegelapan yang membuatnya tak bisa merasakan emosi dan terus tersiksa dalam kehampaan dan kebosanan dunia.

***

Yoo Jonghyuk tersadar dari lamunannya saat bel kelas berbunyi menandakan waktu istirahat tiba. Dia tidak fokus sama sekali di kelas karena mengenang masa lalu. Melirik sisi kirinya, seperti yang sudah dia duga, sosok Kim Dokja menghilang.

Hatinya tercekik. Dia tidak ingin seseorang yang dia sukai berubah menjadi begitu jahat. Namun, bila memang harus demikian, dia akan tetap menyukainya.

Sambil memikirkan kemungkinan lain tentang penyebab Kim Dokja menjadi Roh Jahat, Yoo Jonghyuk teringat sosok wanita semalam yang melintas di depannya. Dia yakin wanita itu memiliki hubungan dengan Kim Dokja, jadi dia akan mencarinya. Sebelum itu, dia harus bertanya ke boneka kecil tentang insiden yang dialami Kim Dokja.

...

"Kau benar-benar ingin mengetahuinya?"

Malam itu, setelah sampai di rumah, Yoo Jonghyuk meminta boneka kecil itu untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi padanya, tidak, pada Kim Dokja.

"Ya," jawab Yoo Jonghyuk tanpa ragu.

Dia harus mengetahuinya agar dia dapat memutuskan apa yang sebaiknya dilakukan untuk membantu Kim Dokja.

"Itu bukan cerita yang bagus, mungkin lebih baik kau melihatnya sendiri," ucap boneka kecil itu sembari melompat ke pelukan Yoo Jonghyuk dan mendekatkan wajahnya.

"Apa—"

Yoo Jonghyuk yang terkejut belum sempat bereaksi ketika kesadarannya terasa seperti ditarik pergi dari tubuhnya, pengalaman mistis yang begitu aneh. Dia merasa seperti telah meminum obat bius dan kegelapan menekannya hingga dia terbangun lagi di tempat yang asing.

...

Dia seketika menyadarinya. Tubuhnya transparan dan sekelilingnya tampak seperti ilusi, tetapi dia lah yang lebih ilusi daripada kenyataan di sekitarnya.

"Selamat datang di Nightmares World," sapa boneka kecil yang tiba-tiba muncul di hadapannya.

"Nightmare?"

Apa dia diseret ke dunia mimpi?

Boneka kecil itu seperti dapat membaca pikirannya karena langsung menjawabnya, "Benar, tepatnya ini adalah dunia Dokja setelah kematiannya."

Yoo Jonghyuk tersentak. Dia segera mengamati sekitarnya kalau-kalau dia melihat hantu Dokja di sini.

Boneka kecil yang duduk di bahunya terkekeh melihat tingkahnya. "Apa yang kau cari? Yang ada di sini hanyalah sisa-sisa dunianya. Yah, aku memang bagian dari 'dia', tapi tetap saja aku bukan 'dia' yang kamu cari. 'Dia' tak ada lagi di sini."

Yoo Jonghyuk tak mendengar kata-kata terakhir boneka kecil. Dia terdiam, menunggu sampai ilusi aneh memudar dan menampakkan bentuk-bentuk yang kokoh dan jelas. Ruang yang tampak familiar bagi boneka kecil. Latar dunia mimpi ini ternyata adalah kamar Dokja.

Kamar itu kosong. Namun, cukup berantakan di mana kertas-kertas semrawut di berbagai tempat. Selain kertas-kertas, sisanya tidak terlalu buruk dan cenderung ditata rapi di rak.

Boneka kecil bersenandung, seakan-akan senang menyaksikan hal di depannya. Yoo Jonghyuk memiringkan kepalanya untuk mendengarnya bernyanyi; itu sedikit melegakan baginya.

Akan tetapi, kelegaan itu hanya sesaat. Ketika boneka kecil berhenti bersenandung, seseorang muncul di kamar itu. Tidak, dia adalah Dokja kecil. Yang mengejutkan ialah sosoknya menembus Yoo Jonghyuk karena mereka tidak berada di dimensi yang sama.

"Apa ini mimpi kenangan?" Yoo Jonghyuk melirik boneka kecil di bahu kirinya yang mengayun-ayunkan kakinya.

"Kau pintar, sunfish," balas boneka kecil sengaja memprovokasi Yoo Jonghyuk.

Menahan kejengkelannya, Yoo Jonghyuk mengalihkan pandangannya ke sosok Dokja kecil yang menjadi tuan rumah mimpi kenangan ini.

Dokja kecil bersembunyi di samping lemari dan menutupi telinganya seakan menunggu sesuatu datang. Yoo Jonghyuk memandangnya dengan cemas, dia ingin bertanya apa yang terjadi, tetapi diinterupsi oleh suara keras dari luar ruangan.

Praaang!

Pintu kamar terbuka dan pria yang mabuk sambil membawa botol masuk lalu mencari ke sekitar ruangan.

Dokja kecil gemetaran. Ini jelas bagi Yoo Jonghyuk bahwa pria mabuk itu penyebabnya, dia berusaha menghadangnya, namun seperti yang dikatakan boneka kecil bahwa ini adalah mimpi kenangan dan tak bisa diubah atau diganggu.

Pada akhirnya, Dokja kecil gagal bersembunyi karena pria mabuk itu tahu bahwa dia ada di dalam.

"Keluar kau!"

Pria mabuk itu menyeretnya dan memukulinya tanpa ampun sambil menyumpah, "Anak tidak berguna, akan lebih baik kalau kau mati saja!"

Dokja kecil tak berani menentang atau pemukulan akan semakin parah. Setelah lama babak belur, si pria mabuk itu tampak puas dan keluar dari kamar seperti baj*ngan, tidak, bahkan pria itu lebih rendah daripada iblis.

Tak dapat berbuat apa-apa selain menyaksikan Dokja kecil disiksa menimbulkan rasa putus asa di hati Yoo Jonghyuk. Dia memanggil, "Dokja ...." Sambil duduk di dekat Dokja kecil yang gemetaran.

Boneka di bahunya terdiam seraya berpura-pura tidak terpengaruh dengan melihat keluar jendela.

Tangan kecilnya bergerak dan adegan di sekitar berubah, itu menyebabkan Yoo Jonghyuk linglung sesaat.

Boneka kecil berbisik, "Kita tidak bisa berlama-lama di sini karena kau bukan penghuni Nightmares World."

Jelas bahwa akan terjadi hal buruk bila Yoo Jonghyuk bersikeras untuk berada di mimpi kenangan ini. Boneka kecil itu tidak bisa menjelaskan apa yang akan terjadi untuk alasan tertentu, jadi dia berharap Yoo Jonghyuk memahaminya.

"Baiklah." Yoo Jonghyuk menyimpan pikirannya yang penuh pertanyaan untuk saat ini dan memilih untuk melihat keseluruhan. Dia mencoba menenangkan emosinya yang berkecamuk.

Adegan baru yang muncul sangat mengejutkannya sehingga emosinya yang baru tenang kembali meluap.

Dokja kecil menerima perlakuan mengerikan di sekolahnya, intimidasi, pelecehan, dan sebagainya. Ketika dia pulang, dia juga mendapat siksaan dari pria mabuk.

Itu terus berlangsung sampai di suatu malam yang ribut dengan pertengkaran orang tuanya, Dokja kecil itu memutuskan sesuatu yang menakutkan.

Yoo Jonghyuk melihat Dokja kecil diam-diam mengambil pisau dan bersembunyi di sudut sambil menyaksikan orang tuanya bertengkar hebat. Yoo Jonghyuk punya firasat apa yang ingin dilakukannya.

Boneka kecil menghela nafas. "Ini adalah mimpi kenangan inti."

Seperti yang diduga, begitu pria mabuk lengah dan terjatuh karena terpeleset, Dokja kecil tampaknya telah menguatkan tekadnya dan berlari ke arahnya sambil membawa pisau.

"Dokja! Tidak, Dokja! Berhenti!" Ibunya, Lee Sookyung mencoba menghentikannya, namun terlambat.

Sraaak!

Darah bercucuran dan mengalir ke mana-mana, Dokja kecil berteriak sambil menutupi wajahnya.

Lingkungan sekitar langsung berubah gelap dan adegan berganti.

Yoo Jonghyuk menoleh ke boneka kecil, mengisyaratkan untuk memberitahunya alasannya mengganti adegan dengan paksa.

"Waktumu hampir habis, mari lihat adegan terakhirnya. Setelah itu, kau bisa memutuskan apakah benar-benar ingin menolongnya atau tidak," ucap boneka kecil itu.

Di lingkungan yang baru, sekolah menengah, Dokja telah menjadi remaja yang malang.

Intimidasi, pelecehan, dan pembullyan berlangsung, menyiksa dirinya perlahan-lahan menuju tepi kewarasannya.

Kesedihan mendalam menguasai Yoo Jonghyuk. Inilah ketidakberdayaannya. Dia tak bisa melakukan apa-apa untuk menolong Dokja yang ada di hadapannya saat ini.

Sosok kurus itu jatuh dan menjadi roh jahat.

***

Satu tahun kemudian~ update, cukup mengejutkan, hehe~

Kalian yang masih menunggu ini sangat sabar, terima kasih~❤️

See you~

Continue Reading

You'll Also Like

53.3K 6.8K 26
Jennie yang baru saja pulang dari kantornya tiba-tiba menemukan gadis kecil gelandangan di jalan dan menjadikan gadis itu sebagai putri angkatnya. ak...
279K 31.7K 70
tidak ada kehidupan sejak balita berusia 3,5 tahun tersebut terkurung dalam sebuah bangunan terbengkalai di belakang mension mewah yang jauh dari pus...
659K 62.4K 29
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...
67.8K 10.4K 22
Wang Yibo memfokuskan jiwa dan raganya hanya pada militer. dalam benaknya, tidak ada sedikitpun keinginan untuk mencari pasangan apalagi untuk menika...