The Rainy Nights (END)

By hinicm

5.4K 3K 844

Memangnya aku punya kesempatan untuk kembali mencintai lagi? - September, 2021 More

From Hinicm
1. Pluviophile
2. Caelum
3. Forelsket
4. Natsukashii
5. Sayonee
6. Laconic
7. Mizpah
8. Retrouvaille (1)
8. Retrouvaille (2)
9. Saudade
10. Whelve
11. Gunnen
12. Moon Struck
13. Ya'aburnee
14. Fika
15. Metanoia
16. Philophobia
17. Moira
18. Latibule
19. Que Sera
20. Oblivescence
22. Yuanfen
23. Serein
24. Redamancy
25. Cingulomania
26. Joie
27. Revenir
28. Disparaรฎtre
29. Fin (END)
FLASHBACK

21. Nepenthe

86 65 5
By hinicm

Nepenthe: (n.) something that can make you forget grief or suffering.

Happy reading!🌿🌿🌿🌿
Jangan lupa vote + comment yha

Dentuman musik dari DJ itu masih berlanjut. Pengunjung masih berjoget ria di lantai dansa. Ada yang duduk bagian sofa ada yang di bar. Tapi, intinya mereka semua minum alkohol entah jumlahnya sedikit atau banyak. Entah mereka mabuk, tipsy, atau masih sadar. Penerangan di club ini sangat minim hanya penerangan dari bar dan lampu-lampu disko yang dipasang tersembunyi entah di mana. Pendingin ruangan pun tidak terlalu terasa karena semua orang sibuk menggerakan tubuh mereka dengan semangat.

Kalau belum subuh, belum pulang rasanya. Begitupun dengan Zera. Tadinya. Hanya saja pupus harapan karena kini dihadapannya terlihat seorang Dilan Wijaya. Entah kenapa pria ini bisa ada di sini, di club ini, di Bali. Entah siapa yang memberitahukan kalau mereka sedang ada di sini. Lihat saja kedua tangan kurus perempuan ini sudah dikalungkan di leher Dilan. Wajah cantiknya terlihat sangat sangat mabuk sekarang. Bahkan dia sendirian sekarang, ke mana pula dua orang temannya ini.

Dihadapannya Zera sudah tertawa-tawa tidak jelas pengaruh alkohol. Tidak tau dia sudah minum berapa gelas. Pastinya Zera belum sampai blackout seperti Jojo dan betapa Dilan makin dibuat melongo karena pakaian yang dikenakan oleh Zera.

Mana dia tau kalau baju-baju Zera akan seterbuka ini walaupun ini di club. Tapi membuat Dilan makin mengetatkan rahangnya. Sekarang Zera semakin memajukan tubuhnya dan mengeratkan pelukan di lehernya. Bau alkohol menyeruak keluar. Yang benar saja.

Dia bahkan tidak bisa berkata-kata lagi dengan pakaian yang dikenakan Zera sudah seperti kurang bahan.

Sangat sangat terbuka. Tidak habis pikir. Dilan menggeram pelan.

"Sialan." Namun, Zera tidak peduli dengan tatapan marah yang dilayangkan oleh Dilan. Perempuan ini malah mengajak Dilan untuk berdansa. Yang benar saja. Bahkan musik masih musik disko, bukan musik dansa.

"Zera! Ini... God! Baju kamu." Dilan dengan lancang mau tidak mau menarik ke atas ujung baju hijau milik Zera di bagian dadanya berharap untuk lebih tertutup. Tapi, usahanya sia-sia. Kemudian tangannya menarik celana jeans Zera ke atas untuk berusaha menutupi perut ratanya yang terbuka. Tapi, semua jelas sia-sia.

"Sialan, Zeralin." Dilan semakin frustasi. "Ayo pulang."

Dilan memaksa Zera untuk pulang karena dia tidak mau melihat Zera terus-terusan ditatap buas dengan para laki-laki yang ada di sini. Bahkan hampir semua di sini melihat badan Zera. Dilan mengacak-acak rambutnya, sebelum pulang dia memberitahukan Audrey dan Jojo.

Kedua sahabat Zera itupun ikut pulang bersama dengan Dilan hanya saja beda mobil. Dilan membawa gadis kecilnya ini ke hotel yang sudah dia tempati sejak tadi sore. Pria berbalut polo putih ini menggendong Zera menuju kamarnya dengan ala bridal style. Tentu saja selama perjalanan ke hotel Zera tidak ada habis-habisnya berbicara.

Efek alkohol membuat Zera sangat sangat cerewet membuat Dilan semakin pusing mendengarkan celotehannya. Ditambah dia harus menahan-nahan untuk tidak melihat tubuh Zera yang sangat... terbuka.

Dia pun akhirnya menidurkan Zera di atas tempat tidur di kamar hotelnya. Kamar ini cukup luas dengan pemandangan laut dan kolam renang pribadi. Ketika ingin pergi, Zera tiba-tiba menahan tangannya.

"Aku belum hapus make up," katanya dengan mata tertutup. Dilan terkekeh, bagaimana bisa perempuan ini semakin lucu ketika mabuk dan... seksi ketika matanya melihat tubuh Zera.

Dilan langsung menggelengkan kepalanya. Kemudian dia mengambil tisu yang dibasahi oleh air dan menghapus riasan di wajah gadis kecilnya ini. Matanya masih saja terpejam. Dia tidak tau menghapus make up menggunakan apa, jadi karena Zera juga tidak memberitahukannya alhasil dia menggunakan tisu dan air.

Pelan-pelan Dilan menggosokkan tisu di seluruh wajah milik Zera. Dari sini dia bisa melihat bahwa kulit perempuan ini sedikit menggelap. Tiba-tiba saja mata yang tadi terpejam sekarang terbuka.

Dari sini Dilan dapat melihat dengan jelas kalau Zera memiliki bulu mata yang tebal dan lentik. Hidungnya mancung dan bibirnya yang penuh sedikit terbuka. Dilan ikut menatap Zera yang sedang menatapnya dengan sendu. Tidak tau apa yang sedang dipikirkan oleh seorang Zeralin.

Dari mereka tidak ada yang berbicara sama sekali hanya saling menatap. Kemudian Dilan merasakan ada yang mendarat di bibirnya. Matanya terbelak sangat terkejut melihat Zera menciumnya. Rasa alkohol menyeruak keluar dan Dilan dapat merasakan hal itu. Bibir lembut Zera menempel di bibirnya. Zera menciumnya.

Namun belum sepersekian detik, Zera menarik dirinya menjauh.

"Aku mau muntah." Belum ada aba-aba sekarang Zera sudah muntah dan itu mengenai dirinya.

"ZERAAAAA!"

***

Sinar matahari menyinari kamar hotel yang luas ini melalui jendela yang terletak di depan tempat tidur. Gorden untuk menutupi jendela itu sudah terbuka lebar seakan-akan membiarkan mentari masuk menyinari ruangan ini. Suara orang berbicara di telepon juga terdengar pelan. Suara desiran ombak yang kencang juga terdengar pelan masuk di telinga Zera.

Dia masih bergelung di dalam selimut tebal ini menutupi seluruh tubuhnya sampai leher. Pendingin ruangan di kamarnya sangat dingin dan tempat tidurnya yang empuk juga nyaman. Selimutnya yang tebal juga...

Selimutnya bukannya tipis di villa?

Zera langsung membuka matanya perlahan dan seketika pusing melanda kepalanya. Dia benar-benar mabuk semalam. Matanya mengedarkan pandangannya melihat ini bukan kamarnya yang di villa. Jelas dia tau kalau ini kamar hotel. Sialan, Audrey dan Jojo padahal sudah diultimatum untuk menjaganya dari laki-laki berhidung belang. Tapi, sekarang dia malah berakhir di kamar hotel.

Matanya melirik ke kanan kirinya tidak mendapati laki-laki yang menidurinya. Dia melihat di dalam selimutnya kalau dia masih menggunakan pakaian lengkap. Tapi, ini jelas bukan pakaiannya. Ini pakaian laki-laki dan dia menggunakan celana training panjang milik laki-laki.

Jantungnya langsung merosot tajam. Ini milik laki-laki.

Laki-laki. Gue masih perawan, kan? Pikirnya sambil menyembunyikan kepalanya di dalam selimut dan menendang-nendang selimutnya dengan pelan merutuki kebodohan ini.

Memikirkan apakah laki-laki itu masih ada di sini atau...

"Zera!"

Suara itu membuat dia terdiam. Dia sangat mengenali suara laki-laki yang satu ini. Kemudian kepalanya menyembul keluar dari selimut dan matanya membelak kaget.

"PAK DILAN!" Teriaknya senang. Bersyukurlah dia mengenali pria yang satu ini. Bukan hidung belang pastinya. Dia aman sekarang. Sangking senangnya Zera langsung loncat bangun menuju Dilan yang tepat berada di sebelah kirinya. Namun, tanpa dia sadari tiba-tiba gelap melanda karena dia langsung berdiri membuatnya jatuh ke samping.

Dengan sigap, Dilan langsung menangkap pinggangnya agar tidak terjatuh.

"Darah rendah, bentar Pak," cicitnya sambil menyenderkan kepalanya di dada bidang milik Dilan. Posisi mereka saat ini, Zera yang berlutut di tempat tidur dan Dilan berdiri dipinggir tempat tidur menahan pinggang Zera agar tidak terjatuh.

Mereka berdiam di posisi ini selama beberapa menit. Ketika sudah mendingan, Zera menjauhkan tubuhnya dari Dilan dan duduk di pinggir tempat tidur sedangkan pria dihadapannya ini sudah berkacak pinggang siap mengomelinya.

"Cukup sekali ini aja ya kamu mabok," kata Dilan dengan penuh penekanan dan terlihat marah. Zera hanya bisa menundukkan kepalanya, aura mencekam disekitarnya membuatnya semakin menciut.

Tangannya mengambil gelas yang berisikan air putih di atas nakas yang daritadi sudah dilihatnya dan meminum air tersebut karena tenggorokannya kering sekarang.

"Ini yang terakhir saya lihat kamu mabok dan minum alkohol lagi, Ra."

"Iya."

"Coba saja kalau waktu itu saya nggak datang dan kamu dibawa sama pria lain, gimana?! Kalo kamu ditidurin, hamil, gimana, Ra?! Memang kamu mau?"

"Enggak."

"Terus ngapain kamu berani-beraninya minum alkohol sampe mabuk!" Intonasi suara Dilan jelas meninggi membuat Zera semakin menciut.

"Itukan ada Audrey sama Jojo yang jagain saya."

"Sudah tau salah masih ngeyel, saya kemarin lihat kamu sendirian. Kalau saya jahat, saya udah berusaha buat nidurin kamu."

Zera membelakkan matanya, "Bapak nidurin saya?!"

"ZERALIN."

"Erm... saya masih perawan kan, Pak?"

"Shit! Masih kecuali memang kamu sudah sex dengan orang lain," jawab Dilan dengan suara rendah.

Zera menghembuskan napasnya lega. Aman. Namun, matanya kembali membola mengingat satu hal.

"BAPAK YANG GANTIIN BAJU SAYA?!"

"Ya menurut kamu?" Tanyanya kembali dengan seringai nakalnya yang baru pertama kali dilihat Zera.

Jelas saja dia terkejut. Bisa-bisanya! Mukanya sudah tidak tau harus diletakkan di mana lagi. Dia benar-benar malu sekarang.

Zera langsung berdiri dari duduknya dan memukul lengan pria dihadapannya ini, "Pak Dilan kenapa sih nggak suruh yang lain aja!"

Dilan langsung merintih, "sakit, Ra! Itu kamu ganti baju sendiri," jawabnya sambil mendengus. "Mana mungkin saya gantiin baju kamu saya masih sadar."

***

Akhirnya hari ini setelah aktivitas dirinya diomeli oleh Dilan, mereka menyusul Audrey dan Jojo yang sedang berada di waterboom. Jelas ini harusnya mereka bertiga yang pergi, tapi pada akhirnya Dilan ikut bermain karena dengan alasan tidak ingin ditinggal sendirian atau alasan lainnya masih rindu. Hah! Biarlah, lagi pula dia harus menikmati hari-harinya liburan di Bali.

"Nih, bikini lo," kata Audrey menyerahkan paper bag berisikan baju kering dan bikini milik Zera yang tadi sudah dititipkannya.

Dilan hanya memutar matanya mendengus kesal karena lagi-lagi Zera menggunakan pakaian terbuka. Bisakah perempuannya yang satu ini memakai pakaian yang sedikit tertutup.

Lagi-lagi Dilan membelakkan matanya melihat Zera keluar dari kamar mandi setelah mengganti baju kaosnya yang kebesaran itu dengan baju renangnya yang memang di depan tertutup semua, tapi ketika dia berbalik melihat punggungnya terbuka sekarang. Dilan mendadak pusing dan memijat pelipisnya pelan.

"Jangan pusing gitu, Pak, baju renang baru nih," kata Zera sambil tertawa. "Ayo."

Dilan hanya bisa meringis pasrah semakin dilarang, semakin dilanggar. Tenang, Dilan. Ini hanya baju renang.

Selanjutnya Dilan membuka kaosnya dan menampilkan badannya yang sekarang membuat Zera terpana. Termasuk Jojo dan Audrey yang ada di sana sedang mengoleskan sunscreen di badang mereka masing-masing. Six packs yang jelas saja sesuai dengan ekspektasi mereka. Penghuni gym kelas atas. Mapan, ganteng, tajir tujuh turunan, punya roti sobek. Perfect rasanya.

Namun, kembali mengingat Dilan adalah seorang malaikat yang berusia ratusan tahun membuat Zera kembali tidak menyangka. Bagaimana mungkin seorang Dilan adalah malaikat yang turun dari Surga dan berusaha menjadi manusia? Dengan mencari cinta sejati... bahkan Zera saja meragukan hal tersebut. Memang ada?

Akhirnya mereka berempat pun bermain dan berenang bersama. Walaupun matahari sedang terik-teriknya, tapi tidak menjadi halangan bagi mereka. Walaupun Dilan yang awalnya malas, tapi sekarang dia terlihat yang paling gembira bermain di sini. Mungkin ini karena pertama kalinya ke sini.

Zera juga baru pertama kalinya melihat Dilan tertawa seriang ini. Aura menyenangkan Dilan juga keluar. Semakin terlihat dewasa walaupun kadang raut wajah tidak sukanya keluar karena beberapa kali ada pria yang terang-terangan melihat tubuh Zera dan berkali-kali juga Dilan mengomelinya.

"Kamu tuh lain kali dengerin saya kalo ngomong, Ra. Kalo kamu dengerin kan, nggak mungkin mereka bakal liat kamu lapar kayak gitu."

Atau, "Ra, Ra, bisa nggak sih baju kamu itu bener sedikit."

Atau hanya, "kan..."

Ketika mereka sedang berjalan menuju wahana lain pun Dilan jelas-jelas merangkul pinggangnya selama mereka berjalan. Kalau Zera hanya bisa terkekeh membiarkan Dilan melakukan hal tersebut. Sejujurnya, semua perlakuan Dilan dia suka. Tidak apa-apa kan untuk hari ini saja dia nyaman seperti ini.

Zera banyak tertawa hari ini. Dilan juga. Kedua sahabatnya pun begitu. Hari ini saja. Zera tidak mau memikirkan hal yang aneh-aneh. Hari ini saja dia menerima Dilan. Ya, untuk hari ini dia bahagia.

Dalam perjalanan pulang ke villanya di dalam mobil pun masih sama lagu Indonesia jadul itu dimainkan. Hari ini dia tidak pulang larut malam ke villa seperti hari-hari sebelumnya. Tentu saja karena ada Dilan. Audrey dan Jojo tidak tau pergi ke mana, intinya Zera dipulangkan secara paksa sekarang padahal baru jam 10. Geezz, yang benar saja. Memang sifatnya yang kolot sama seperti umurnya.

"Pak saya boleh ganti lagunya?"

Dilan hanya bergumam mengiyakan sehingga Zera memutuskan untuk menyambungkan ke bluetoothnya dan memasang lagu inggris.

"Pak—"

"Ra—"

Zera melihat ke arah Dilan yang masih saja fokus menyetir. "Bapak duluan."

"Saya senang hari ini, walaupun kamu lagi-lagi harus pake baju kurang bahan begitu."

Zera terkekeh, "ini namanya fashion Pak."

"Rara," panggilnya dengan nama kecilnya.

"Ya?" Jawabnya tetap melihat ke arah keluar jendela.

"Ra..."

Kali ini membuat Zera menoleh, "kenapa?"

Tidak disangka ternyata mereka sudah sampai di depan villa. Kemudian Dilan balik menatapnya. "Kalau saya boleh jujur, saya takut untuk memulai semuanya."

"Kalau saya boleh jujur—" Napas Zera tertahan menunggu kelanjutan pembicaraan ini.

"—saya takut kehilangan kamu kedua kalinya," lanjutnya sambil menatap Zera dengan tatapan sendu.

Zera membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu kemudian menutupnya kembali. Tidak jadi.

"Apa saya masih belum dikasih kesempatan untuk jadi siapa-siapanya kamu?"

***
Ayo Zeraaa, kamu sudah mulai membuka hati buat Pak Dilan si malaikat belum?

Continue Reading

You'll Also Like

7.3M 356K 76
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
434K 2.7K 116
๐˜™๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ฐ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ด๐˜ช ๐˜ฌ๐˜ฉ๐˜ถ๐˜ด๐˜ถ๐˜ด ๐˜ค๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช๐˜ต๐˜ข ๐˜™๐˜ฐ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ค๐˜ฆ, ๐˜Š๐˜ฉ๐˜ช๐˜ค๐˜ฌ๐˜ญ๐˜ช๐˜ต, ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜๐˜ช๐˜ฌ๐˜ด๐˜ช ๐˜ถ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ฎ. #2023
4.3M 47.8K 34
(โš ๏ธ๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž๐Ÿ”žโš ๏ธ) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] โ€ขโ€ขโ€ขโ€ข punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
17K 334 21
Berisi kutipan-kutipan pendek dari puisi Aan Mansyur dalam buku Melihat Api Bekerja Salah seorang sastrawan berasal dari Indonesia yang sudah menulis...