Pembukaan yang cakep dan ada perubahan bukan? Tepuk tangan untuk diri sendiri👏👏
Semoga harimu menyenangkan, luv!
Ganteng banget yaAllah😭😭
***
Keberhasilan tidak selalu diukur dari nilai akademik.
--Karina Addeline
***
Freya sudah tahu kemarin sore Karin belajar bersama Arkan dan dirumah Arkan pula. Kenapa Freya bisa tahu? Karin membuat instastory saat dirinya sedang belajar dengan Arkan. Tentu saja membuat heboh anak SMA Rajawali.
Karin mengawali harinya dengan senyum sepanjang lorong menuju kelasnya. Tatapan sinis di dapatkannya dari beberapa orang yang dilewatinya. Tapi, Karin tidak peduli. Bisikan-bisikan tak enak jadi Karin dengar semenjak memutuskan mengupload foto saat dirumah Arkan.
"Ganjen amat, Mbak!"
"Caper banget masih adik kelas padahal."
"Kok bisa ya Arkan mau belajar sama cewek caper kayak gitu?"
"Cantik enggak, caper iya!"
Karin menutup telinganya rapat-rapat. Tak mau mendengar ocehan manusia-manusia yang iri hati dengannya. Hari menuju olimpiade sudah dekat. Karin harus menjaga kesehatannya sendiri.
"Karin!" Panggil Freya yang melihat Karin ingin menaiki tangga menuju kelasnya.
Karin berbalik badan, "Apa Kak?"
"Lo kemarin belajar bareng Arkan ya?" tanya Freya dengan sedikit senyum palsunya.
Karin mengangguk antusias, "Iya. Gue seneng banget, Kak."
Freya mangut-mangut dan tersenyum, "Oh gitu. Duluan ya."
"Iya Kak!" Karin tersenyum sumringah melihat Freya pergi dengan rasa senang dihatinya yang tak terhingga.
Karin memasuki kelasnya dengan senyum tercetak diwajahnya. Sheira, Gladis, dan Naura sudah duduk di bangkunya masing-masing. Siap menembak Karin dengan sejuta pertanyaan.
"Duh seneng banget yang habis belajar bareng Ayang." Suara Gladis paling kencang dan duluan.
"Serius deh gue seneng banget mau nangis," kata Karin seperti biasa dengan nada lebaynya.
Beberapa anak yang sudah berangkat juga ikut nguping pembicaraan Karin dan sahabatnya. Menunggu gosip terbaru perkembangan Karin dengan Arkan.
Murid SMA Rajawali dikejutkan dengan Arkan yang mulai membuka diri dengan gadis yang menyukai di tahun terakhirnya di masa putih abu-abu. Sejak masuk SMA Rajawali, Arkan sudah menjadi primadona. Disegani oleh semua orang dan banyak gadis-gadis yang terpikat dengan kharismanya.
Arkan memang terkenal tidak pernah menggubris siapapun yang menyukai dan berniat masuk kedalam hidupnya. Arkan sudah membuat benteng yang kuat agar tak ada yang mengusik hidupnya. Apakah Karin mampu merobohkan benteng yang selama ini Arkan bangun?
***
Berbeda dengan Karin dan sahabatnya yang sedang senang. Arkan dan Agam harus mendengarkan sambatan Rafael tentang kerenggangan hubungannya dengan Sheira. Terutama Agam yang sudah mendengar sambatan Rafael 24 jam karena Rafael menginap dirumahnya dengan alasan sedang galau brutal.
"Gue jadi jauh sama Sheira," ujar Rafael sudah mengulang kalimat itu lebih dari 3 kali.
Arkan yang mau belajar saja jadi terganggu akibat rintihan cowok itu.
"Kampret lo udah ngeluh itu 5 kali, Raf. Sakit telinga gue dengernya," ujar Arkan yang sudah tidak tahan dengan ulah Rafael.
Agam menahan tawanya saat Arkan menatap Rafael tajam, "Tuh Ar ulah temen lo emang kampret. Bikin gue susah tidur, Ar."
Rafael menendang kursi Agam, "Unprend aja lah kita, Gam. Rem mulut lo mulai blong."
"Ar Ar, temen lo, Ar!"
Arkan mengacak-acak rambutnya frustasi, "Cabut kantin!"
"Ar, sebentar lagi bel masuk bunyi!" teriak Freya saat Arkan akan meninggalkan kelas.
Arkan melengos begitu saja karena banyak pikiran yang menganggunya.
"Dadah Preyak!" Agam melambaikan tangannya sambil menyeret Rafael yang terlihat lemas tak berdaya. Rafael seperti kehilangan semangat hidup baru 2 hari jauh dari Ayang Sheira. Ya salah sendiri Sheira nggak dikasih kepastian. Mampus deh lo, Rafael.
"Udah mau masuk lho, Gam!" ujar Freya setengah berteriak tapi hanya dibalas lambaian tangan oleh Agam.
Freya menahan kecamuk kesal didadanya.
"Semenjak Arkan deket sama cewek caper itu Arkan jadi berubah!" batin Freya menyalahkan Karin padahal tidak ada hubungannya dengan Karin.
Arkan sudah memesankan makanan dan minuman lalu membayarnya untuk Agam dan Rafael. Dikantin tinggal beberapa anak yang masih makan dan nongkrong. Sebentar lagi bel jam pelajaran pertama akan berbunyi jadi banyak yang sudah siap didalam kelasnya masing-masing.
"Lemes nggak disuruh makan sama ayang," ujar Rafael memecah keheningan.
"Ck bisa mati, Raf kalau mau makan harus nunggu disuruh ayang," timpal Arkan.
"Buat gegayaan aja, Ar," ujar Agam santai.
"Ye lo berdua belum pernah ngerasain bucin makanya kayak cacing kepanasan sekarang," ujar Rafael.
"Iye dah yang paling bucin," cibir Agam.
"Dah mending lo berdua sarapan dulu," ujar Arkan langsung melahap nasi goreng telur mata sapi.
"Sheira, Gam, Ar.."
"Nih ye Raf, gue kasih tau sama lo tiga kali lagi. Lo sama Sheira itu friend zone yang artinya lo ngegantung hubungan lo sama Sheira. Sheira pinter ninggalin orang yang nggak bisa ngasih kepastian," ujar Agam berusaha sabar menghadapi Rafael.
"Friend zone banyak gaya lu monyet," ujar Arkan meledek.
"Ya terus gimana, kawan?" tanya Rafael pasrah.
"Rafael yang pinter dan tampan tanpa gue sama Arkan jawab harusnya lo juga udah tau." Agam tersenyum lebar menahan kekesalannya.
***
H-5 olimpiade. Persiapan materi sudah matang. Tinggal melatih kecepatan dalam mengerjakan soal saja. Karin harus bekerja sama dengan teman olimpiadenya yang hampir semua kakak kelasnya.
Hari ini Freya seperti tak memberi celah untuk Karin bisa berbincang-bincang dengan Arkan. Freya selalu disamping Arkan seperti amplop dan perangko.
"Hai Rin! Semangat ya!" kata Daniel memberi semangat saat melihat Karin terlihat tidak bersemangat latihan olimpiade kali ini. Daniel tahu penyebabnya.
"Makasih, Kak! Semangat juga!!" jawab Karin selalu sumringah setiap ada hal-hal baik menghampirinya.
Daniel mengangguk kemudian kembali mengerjakan soal. Arkan melirik sebentar kearah Karin. Karin terlihat senang saat Daniel menyapanya begitu pikir Arkan. Freya juga mendengar saat Daniel menyapa Karin tapi ia masa bodoh. Yang terpenting Arkan terus bersamanya.
"Permisi, gue boleh gabung nggak?" tanya Karin pada beberapa anak yang duduk mengerombol di lantai.
"Duduk aja, Rin. Gerah ngerjain di meja," ujar salah satu anak perempuan. Karin melihat name tag yang ada di seragamnya 'Lintang Putri'
"Makasih, Lintang," ujar Karin tersenyum dan ikut duduk bersama dengan yang lain.
Tak banyak obrolan persiapan olimpiade H-5 ini. Mereka sudah sibuk mengerjakan soal cepat dan tepat. Karin pun juga begitu harus bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya meski mendadak.
Semenjak mengikuti olimpiade Karin selalu pulang terlambat. Sahabatnya sudah pada pulang duluan dan sekolah juga sudah cukup sepi. Karin tidak ada teman yang dekat dengannya di lab biologi hanya sekedar kenal saja.
Karin berlari membuntuti Arkan yang jalan sendiri menuju parkiran.
"Kak!" Panggil Karin sambil terus berlari. Langkah kaki Arkan yang lebar dan langkah Karin yang kecil membuat Karin ngos-ngosan.
Arkan berhenti dan menoleh untuk tahu siapa yang memanggilnya. Rupanya, gadis berbando strawberry sedang berlari ke arahnya.
"Kenapa?"
Karin mengatur napasnya sebelum berbicara, "Boleh belajar bareng lagi nggak? Habis pulang dari rumah kakak, gue langsung belajar lagi. Jadi makin semangat belajar soalnya."
Arkan diam untuk berpikir beberapa saat. Mengatur jadwalnya yang padat minggu ini membuatnya bingung sendiri.
"Sorry Rin nggak bisa. Arkan harus les dan masih ada kesibukan yang lainnya," ucap Freya menjawab pertanyaan yang seharusnya bukan ia yang menjawab.
Karin menoleh ke samping dan sudah ada Freya yang seperti akan pulang bersama dengan Arkan.
"Kak Arkan, bisa nggak?" Karin menoel tangan Arkan supaya cowok itu menjawab.
Besar harapan Karin untuk bisa belajar bersama Arkan lagi.
"Maaf nggak bisa. Next time, Rin! Ayo Frey." Arkan mengajak Freya untuk pulang.
Karin menghela napas dan tersenyum, "It's ok Kak nggak pa-pa."
Melihat langkah Arkan yang terlihat serasi dengan Freya. Karin hanya bisa tersenyum walau hatinya terluka. Arkan memang tidak menggandeng tangan Freya lalu memakaikannya helm tapi tetap saja Karin tidak suka karena harusnya ia yang disana. Karin pulang dengan perasaan dongkol.
***
Karin memasuki rumahnya, di ruang tamu ada Zoya, mamanya yang sedang membaca majalah dan minuman boba di atas meja tamu.
"Ambil boba kamu di kulkas, Karina," ujar Zoya menyuruh anak sulungnya.
"Thanks, Ma," kata Karin melangkahkan kakinya lagi menuju dapur.
Semenjak pulang dari luar kota, papa dan mama juga tidak begitu keras dan berlaku kasar pada Karin. Karin tentu saja menyambut perubahan orangtuanya itu dengan suka cita.
"Udah pulang, Non," ujar Bi Jum yang sedang menyetlika pakaian di dekat taman belakang.
Karin menaruh tasnya di kursi meja makan lalu mengambil boba di kulkas dan berjalan ke luar untuk mengobrol dengan Bi Jum sebentar. Karin duduk di sofa yang ada di teras belakang rumahnya.
"Bibi mau?" Karin menawari boba dari mamanya.
"Udah tadi Non. Bibi juga dibelikan tadi sekarang udah di proses di perut," ujar Bi Jum.
Karin mangut-mangut, "Kinara udah pulang, Bi?"
"Udah dari jam 2 siang. Non Kinara tadi kena marah Bu Bos," ujar Bi Jum sambil menyetlika pakaian.
"Kinara dimarahin mama? Kenapa?"
"Kalau Bibi nggak salah denger ya, Non. Nilai ulangan harian bahasa inggris dapet 80 jadi Bu Bos marah. Setau Bibi juga Non Kinara mau dapet les tambahan lagi," ujar Bi Jum yang sebenarnya prihatin dengan Kinara dan Karin.
"Mama.."
Karin beranjak dari duduknya dan berjalan meninggalkan Bi Jum tanpa sepatah kata lagi.
Karin menghampiri mamanya yang masih melakukan hal yang sama, membaca majalah.
"Ma, Karin mau bicara," kata Karin lalu duduk di salah satu sofa ruang tamu.
Zoya menurunkan majalahnya, menoleh menatap Karin yang sepertinya akan berbicara serius padanya.
"Mau bicara apa?"
Karin terdiam beberapa saat mengumpulkan keberanian yang sering kali ciut saat harus mengobrol empat mata dengan mama atau papanya.
"Nilai 80 itu bagus, Ma. Jangan terlalu keras dengan Kinara. Kinara bisa kehilangan masa remajanya karena tekanan dari keluarganya sendiri. Kasian, Maa," ujar Karin berani.
"Mau didik adik kamu jadi anak nakal, bandel, dan nggak tau aturan kayak kamu?" ujar Zoya dengan nada meremehkan.
"Aku dan Kinara juga berhak menentukan pilihan hidup kita, Ma. Buktinya aku bisa buktiin kalau bisnis cafe yang aku bangun sukses. Tapi, mama sama papa nggak pernah mencoba untuk membuka mata kalau anak kalian ini berhasil. Keberhasilan nggak selalu diukur dari nilai akademik, Ma," ujar Karin.
"Masih kecil udah bahas pilihan hidup. Kamu tau, mama sama papa cuma pengen anak-anak kami berhasil. Kalian bisa jadi orang. Sukses dan membanggakan keluarga. Apa itu berat buat kalian? Kamu juga kenapa makin kesini makin susah buat diatur?"
"Setiap anak punya caranya buat membahagiakan orangtuanya. Suksesnya cafe yang Karin bangun itu juga buat papa dan mama tapi papa sama mama tutup mata. Apa karena aku belum bisa rangking 1 selama sekolah jadinya papa dan mama remehin aku? Dan anggap aku nggak bisa membahagiakan papa dan mama?"
Hati Zoya, mama Karin tercubit saat mendengar suara anak perempuan pertamanya yang bergetar saat mengutarakan pendapatnya. Ini bukan yang pertama kali Karin mencoba mengeluarkan unek-uneknya.
"Sudah sana masuk kamar. Nanti mama bicarakan dengan papa," ujar Zoya yang sudah cukup ditampar isi hati anaknya yang selama ini jarang ia dengar.
"Keberhasilan nggak selalu diukur dengan nilai akademik dan setiap anak selalu punya caranya untuk membahagiakan orangtuanya salah satunya yang bisa Karin kasih ke mama dan papa adalah cafe cute cups itu. Karin ke kamar dulu, Ma."
Karin berdiri dan berjalan meninggalkan Zoya yang mengangguk sambil melihat anak sulungnya pergi.
***
Arkan menatap langit-langit kamarnya hampa. Akhir-akhir ini Arkan jadi kehilangan semangat untuk menggapai mimpi almarhum papanya.
"Papa, hidup makin lama makin berat. Arkan bisa jadi dokter nggak ya, Pa?"
Arkan mengubah posisi tidurnya menjadi menyender ke senderan kasur. Tepat lurus mata hitam tajamnya dapat mendapat meja belajar yang dipenuhi kata-kata motivasi membangkit semangatnya.
"Salah nggak ya kalau gue pengen menikmati sebentar aja masa SMA gue yang bentar lagi usai?"
Arkan mengobrol dengan dirinya sendiri. Pintu kamar sudah ia kunci. Jendela sudah ia tutup sebelum waktunya padahal masih sore menjelang malam dan lampu kamar juga Arkan matikan.
Akhir-akhir ini Arkan jadi sering main PS hingga larut malam. Lebih sering pula membalas pesan masuk dari teman-temannya. Arkan juga sering chatan setiap hari dengan Karin karena Karin tak pernah lupa mengirim pesan untuknya.
Dret. Dret.
Ponsel Arkan bergetar menandakan ada pesan masuk. Arkan segera membuka ponselnya dan membaca apa pesannya.
Karina mipa'2 :
When?
Senyum Arkan terbit bersamaan dengan ide cemerlang muncul di otaknya. Dengan cepat Arkan mengetik pesan balasan untuk Karin.
Arkan Pradipta :
Olimp juara 1 gas
Karina mipa'2 :
REALYY?!
Gue juara 1 kita beneran musuem date ya!
Arkan Pradipta :
Iya beneran
Juara 1 okey?
Tanpa Arkan sadari senyum tipis terbit di wajahnya. Arkan sempat melamun beberapa saat sebelum ketukan pintu dan suara cempreng Elina membuyarkan semuanya.
Olimpiade juara 1 Arkan dan Karin musuem date!
***
Hallo! Apa kabar semua? Semoga kalian selalu bahagia ya!
Freya udah mulai sensi buat ganggu PDKT Karin nih. Mulai kesal ya tsay wkwkw. Biar nggak kesal nanti naik darah lho, mending baca chat time tokoh Arkana aja yuk!
Chat time
Ini yang tadi luv ss-an chatnya. Bisa gak ya Karin museum date bareng Arkan?
Ada yang pernah museum date bareng crush? Aku sih belum ya:)
Lanjut, Kak!
Ayang Arkan cubanget, lucu banget sksks
Lanjut, Luv!
Apa lagi? Pasrah banget ya pemirsah semua HAHAH
Lanjut, Mang! Tarik sis!
Romusha Budaya (Rombongan muka susah butuh duda kaya) 😁😁😁
Dah tau lah ya siapa yang hobi dugem, Gladis sama Naura suhunya🥵🙏
Lanjut! Ini yang terakhir ya, luv.
Ayang Arkan ikut dugem nggak ya? Next part, sayang hehe
Selesai.
Segitu dulu ya luv chat time nya. Sebenernya aku punya banyak banget ss-an chat mereka. Next part gimana kalo aku kasih chat time diakhir kayak gini? Setuju nggak?
Oh iya kelupaan.
Kalian jaga kesehatan yaa!! Jangan lupa kerjain tugas sekolah juga!! Baca wattpad lancar ngerjain tugas sekolah juga harus lancar dong WKWKWK
Gimana sama part ini? Kalian suka? Comment 1 jika suka!
Aku akan usahakan untuk update teratur minimal seminggu 2× yaa.
Yang belum vomment, sekarang aja yuk gas ngueng🚀🚀
TBC.
Salam sayang,
Najwaavania