"Calista di depan ada Yang mulia putra Mahkota."
Benar saja apa yang di katakan oleh putra mahkota sebelum bel masuk berbunyi, bahwa ia akan menjemput Calista saat istirahat.
Calista berdiri tersenyum mengangguk. "Baiklah, ayo kita ke Cafetaria." Ia menengok pada kedua temannya.
"Ah kau duluan saja, nanti pangeranmu di bawa pergi oleh wanita lain Calista." Aubre menggoda sambil menahan tawanya.
Calista memutar bola mata malas, sangat jengah dengan kedua temannya yang beberapa menit ini selalu menggodanya."ya sudah." Ia melenggang pergi tanpa menengok lagi pada kedua temannya.
Kedua temannya yang melihat Calista bertingkah seperti itu tertawa renyah, membuat Calista yang mendengarnya tambah jengah.
Sampai didepan pintu Calista melihat putra mahkota sedang bersandar di tembok sambil membaca buku kecil, Calista tersenyum lalu menyapa putra mahkota. "Salam yang mulia."
Edwin menengok ia tersenyum tipis pada Calista lalu menutup buku kecilnya memasukkan pada kantong almamater nya. Ia mengenggam tangan mungil Calista. "Tak usah beri salam pada ku Calista, ... Ayo!!."
Calista menggaruk tengkuknya lalu menyengir. "Hehehe aku tak bisa Ed itu kan bentuk kesopanan untuk keluarga kerajaan."
Edwin menghela nafas. "Baiklah." Lalu tersenyum tipis.
Tak beberapa lama langkah mereka akhirnya usai setelah mereka berhenti di salah satu meja.
"Duduklah disini." Edwin mendudukkan Calista lalu ia ikut duduk di sampingnya.
Seperti biasah Edwin memesan makanan untuk Calista namun kali ini berbeda, ia hanya memesan satu porsi hanya untuk Calista, membuat Calista mengkrenyit bingung.
"Kau tak memesan makanan Ed." Ucapnya setelah makanan telah tersaji di depan matanya.
Edwin tak menjawab ia menghadap ke Calista lalu mengambil sendok Calista menyendok makanan mengarahkan ke mulut Calista. "Aku sudah... Sekarang kau makan hem."
Calista mengedip ngedipkan mata lalu mengangguk kaku, ia menerima sendokkan dari Edwin.
Edwin terus menyuapi Calista, bahkan sampai beberapa murid menganga tak percaya bukan hanya itu teman teman Calista serta teman teman putra mahkota yang duduk terpisah dari mereka melotot tak percaya.
Edwin terkekeh saat melihat Calista menampung makanannya di mulut. "Kau imut sekali, ingin rasanya aku menggurungmu hanya untuk ku." Ucapnya sambil mengelus bibir Calista.
Calista yang baru saja menelan makanannya terdiam kaku lalu dengan gerakkan kaku ia menatap putra mahkota horor. Ia mengalihkan pandangannya dengan cepat lalu mengambil minumnya meminumnya dengan susah payah.
Edwin terkekeh lagi melihat Calista, ia menopang dagu menatap Calista. "Benar benar imut." Lirihnya namun dapat di dengar Calista.
"Ha_ha ha ha, Ed kau a_aneh em sudahlah ja_jangan me_menatapku seperti itu."
Edwin menegakkan kembali tubuhnya menatap polos Calista. "Oke."
"Hah kenapa putra mahkota sangat imut aduh bisa gila aku."
Anda sepertinya sedang jatuh cinta tuan, anda lucu sekali.
Calista tersentak ia melotot, membuat Edwin memegang bahu Calista. "Kau baik baik saja kan Calista."
Calista menatap putra mahkota lalu ia tersenyum. "Ah aku tak apa Ed."
Edwin menghela nafas lalu mengelus kedua bahu Calista. "Ya sud_."
Ucapan Edwin terpotong oleh seseorang. "Salam yang mulia, apakah saya dan kak leo bisa duduk disini." Aileen melirik Calista ia tersenyum masam.
"Duduklah Ai." Jawab Calista ia membalas tersenyum manis lalu mengangguk.
Sedangkan putra mahkota kembali mendatarkan kembali raut wajahnya, ia kesal karena kebersamaanya terganggu ia memegang tangan Calista lalu ia berdiri. "Kami selesai kalian duduklah." Lalu meninggalkan Aileen dan Leo.
Aileen tersenyum masam lagi ia menghela nafas.leo yang melihatnya mengusap gusar mukanya. "Aileen kenapa."
Edwin menarik membawa pergi Calista ke arah taman, ia tersenyum saat melihat taman itu sepi dan sunyi.
Sedangkan Calista sedang memikirkan kejadian kejadian yang rahasia. "Ah aku ingat tadi pagi kan putra mahkota di beri bekal oleh Aileen, hem jadi ini.... Ya aku sedikit paham."
"Calista kenapa melamun."
Ucapan Edwin memang membuat ia tersadar.lalu mengalihkan pandangannya pada Edwin. Ia menggeleng geleng kepala.
Ia mendudukkan Calista pada bangku taman. "Baiklah..oh ya Calista.."
Calista menghadap Edwin menaikkan sebelah alisnya. "Ya ada apa Ed."
Edwin mengeluarkan sesuatu dari saku almamater nya. "Untukmu."
Calista menatap undangan berwarna emas berukiran indah dengan stempel kerajaan. "Undangan.?"
"Ya ini undangan pesta ulangtahun ibunda khusus untukmu."
Calista tersenyum mengangguk ia tahu bahwa sangat tidak mungkin orang yang tak berstatus bangsawan bisa mendapatkan undangan, dan ini adalah keberuntungan nya mungkin karena beberapa bulan yang lalu ia dekat dengan keluarga kerajaan. "Terima kasih yang mulia."
Edwin berdecak. "Calista.."
"Hehehe iya iya terimakasih Ed."
Edwin membaringkan tubuhnya lalu menjadikkan paha Calista sebagai bantalan ia menatap Calista yang sedang melotot. "Kau tambah imut dari bawah sini."
Calista memalingkan wajahnya tak lama ia mengahadap ke bawah lagi saat Edwin tiba tiba memeluk perut Calista menyembunyikkan wajahnya.
Reflek Calista mengelus rambut Edwin. Sekarang Edwin tersenyum senang di persembunyiannya, ia sangat nyaman dengan apa yang di lakukan Calista, ingin sekali ia seperti ini setiap waktu.
Calista menyenderkan tubuhnya pada sandaran kursi taman lalu memejamkan matanya sambil terus mengelus rambut Edwin.
Ting
Tingtong
Tak lama bel pun berbunyi yang membuyarkan pejamnya mata Calista, Calista membuka matanya lalu menunduk melihat Edwin yang terlelap.
"Ed"
"Edwin"
"Yang mulia."
"Yang mulia putra mahkota." Namun tak ada sahutan dari sang pemilik nama.
Calista menghela nafas, ia mendekatkan bibirnya pada telinga Edwin. "Sayang ayo bangun."
Entah suara lembut Calista seakan menggelitik telinganya dadanya berdebar saat merasakan nafas milik Calista apa lagi lontaran kata dari Calista membuat ia seakan bangun dari mimpinya.
Edwin reflek membuka mata lalu menghadap Calista yang sudah kembali tegak. Edwin tersenyum lebar ia bangun dari berbaringnya duduk menghadap Calista yang mengalihkan pandangannya dengan muka serta telinga yang memerah.
Edwin membuat Calista berbalik ia menjilat bibir bawahnya. "Coba katakan lagi."
Calista menatap Edwin berpura pura bingung. "Apa?."
Edwin berdecak. "Yang tadi ayo katakan lagi."
"Apa sih."
"Calista."
"Tidak ada pengulangan Ed, ayo ke kelas sudah bel." Calista berdiri mendahului Edwin ia sekarang sedang menahan kegugupannya ia ingin sekali cepat cepat sampai kekaelas saja.
"Akhh aku yakin ini bukan mimpi." Edwin menutup mukanya yang memerah.
(✪㉨✪)
Sekarang Calista berada di Butiknya, Menangani beberapa pelanggan dari bangsawan yang secara mandiri datang untuk membeli gaunnya.
Acara pesta ulang tahun ratu memang mengguntungkanya, ia yang beberapa bulan lalu menggiring ratu serta putri raja ke Cafenya ternyata sudah menyebar bahkan mereka tahu bahwa pemilik Cafe membuka sebuah toko baju.
Walau ia tidak secara langsung melayani mereka, tetap saja ia harus berada di sana, Calista akan benar benar melayani bangsawan yang pantas untuk ia layani secara langsung, bukannya ia sombong ia hanya ingin menjaga identitas nya. Mungkin pesta itu akan menjadi akhir ia menyembunyikan identitas sebagai pemilik dua usaha yang sedang populer ini.
"Nona Calista gaun serta jas pria yang berada di ruang A sudah sold out."
Bukan apa apa ruang A merupakan ruang yang di isi beberapa gaun yang di buat khusus dan lebih bagus dari ruang lainnya.
"Baiklah aku akan menyiapkan beberapa gaun yang sudah aku buat di rumah ke sini besok, kalian giring mereka ke ruang lain jika memang tidak ada yang mereka suka beri permintaan maaf." Yang dimaksud permintaan maaf adalah sofenir kecil kecilan entah ia sering merasa bersalah untuk beberapa kesalahan yang ia buat.
"Baik nona." Ia mengangguk.
Calista kembali memeriksa dokumen dokumen di depannya sesekali merangkai beberapa desain gaun dan setelan pria.
Sampai akhirnya malam pun tiba, beberapa staf telah ia bubarkan setelah menyelesaikan pekerjaannya.
Calista menumpuk jadi satu dokumennya lalu menggetukknya. "Haaah akhirnya selesai juga, ternyata cape juga ya duduk di sini terus."
Setelah rapi ia bersandar pada kursi menutup matanya, namun baru saja sebentar ia membuka lagi matanya saat rica tiba tiba bersuara, membuat dirinya terlihat kesal.
Tuan rumah selamat malam.
"Astaga ricaaaaa." Geram Calista.
Hehehe maaf tuan.
Calista memutar bola mata malas."ada apa ca, jangan beri misi sekarang awas aja ya."
Tuan..! Sebenarnya memang saya akan memberikan misi pada anda, mungkin misinya akan membuat anda tak enak hati.
Calista menaikkan sebelah alisnya. "Apa." Ia cukup curiga sekarang.
Jangan sampai keluarga kerajaan membeli gaun anda tuan..