š‘Øš’ƒš’š’–š’• š‘»š’Šš’Žš’†' š’•š’‰š’† ļæ½...

By AraKim598

13.7K 1.3K 491

š‘Øš’š’ š’‚š’ƒš’š’–š’• š‘±š’†š’š’ š‘±š’–š’š’ˆš’Œš’š’š’Œ š’‚š’š’… š‘²š’Šš’Ž š‘ŗš’š’‰š’šš’–š’ š‘ššš§š¤ šŸ…# 1- ššš›šØš®š­š­š¢š¦šž šŸ…#... More

ššØšš²š š®ššš«š
ššØšš²š š®ššš«š šš®šš
ššØšš²š š®ššš«š š­š¢š šš
š…š«š¢šžš§šš¬ š­šØ š„šØšÆšžš«š¬
š…š«š¢šžš§šš¬ š­šØ š„šØšÆšžš«š¬2
šƒššš­š¢š§š  šØš« š¬š¤ššš§šššš„?
š’š”š¢š©š©šžš«šŸ”„
ššššœš¤š¬š­ššš šž šŸ’¦
š‚š«ššš³š² šš¢š š”š­
š“š”šž š•ššš¦š©š¢š«'
ššžšÆšžš« šŸššš« ššš°ššš² [š–šžš«šžš°šØš„šŸ]
ššžšÆšžš« šŸššš« ššš°ššš² šŸš¢š§š§ššš„
š’š®š©šØš«š­ š¬š²š¬š­šžš¦
š‰š®š§š šœššš¤šžšŸŽ‚

š“š”šž š•ššš¦š©š¢š«'2

352 53 6
By AraKim598

Sosok itu begitu indah dari atas hingga kebawah. Dari ujung rambut hitam legamnya hingga keujung sepatu boot hitam yang ia gunakan. Sedikit menelan ludah kala atensinya perlahan naik, kaki panjangnya yang terbalut jeans sobek-sobek dibagian lutut, juga baju yang entah mengapa sengaja dimasukan kedalam jeans. Atasan berwarna kuning butter itu benar-benar menggoda iman seorang Kim Sohyun untuk terus menatapnya.

Apalagi perawakan tak biasanya. Kekar dan tinggi tegap. Semakin tidak manusiawi lagi saat sampai dipahatan wajah. Adakah sosok ini benar-benar sesosok yang bisa ia sebut sebagai makhluk? Mengapa Sohyun lebih setuju mengatakan jika sosok ini benar-benar seperti tidak nyata saking indah dan sempurnanya.

Mereka terbelenggu dalam tatap. Atau lebih tepatnya, Sohyun tersesat didalam sebuah labirin tanpa akhir dalam manik hitam kelam yang sungguh menenggelamkannya itu. Tak sedikitpun Sohyun sanggup berpaling. Matanya, hidung bangirnya, bibirnya, Sohyun lebih bergetar lagi kala hal terdetail pun berhasil ia temukan. Titik hitam dibawah bibir tebal namun tipis diatas itu, benar-benar membuat sempurna atas semua bentuk indah itu.

"Kau, siapa?" tanya Sohyun pada akhirnya. Tidak mungkin kan jika orang jahat? Alih-alih seperti perampok, pria itu lebih pantas disebut jelmaan malaikat yang sering orang bicarakan.

"Siapa aku. Apa itu penting bagimu?"

Mata Sohyun memicing. Hingga putaran kejadian hari ini bermain dalam ingatan tajamnya. Bukankah dia pria aneh yang duduk disampingnya saat kelas tadi pagi berlangsung?

Benar!

Kali ini manik madu Sohyun kian membulat tidak percaya. Jelas, ini sudah terlalu jelas baginya. Memang benar baik itu pria aneh tadi pagi maupun yang ada didalam foto dengan Taehyung kecil juga Taehyung dewasa. Mereka adalah orang yang sama.

Tapi bagaimana bisa?

"Tentu bisa."

Sohyun tertegun. Apa pria itu baru saja menebak fikirannya?

"Aku tidak menebak, tapi memang itu 'kan yang sedang kau fikirkan."

Sohyun mundur beberapa langkah. Suasana kian terasa tidak baik untuknya. Dia pasti sedang berhalusinasi seperti yang sering Taehyung katakan padanya. Iya benar, dirinya pasti lelah. Ini tidak nyata. Ini hanya halusinasi!

Sohyun pergi tanpa memikirkan apa-apa lagi. Dan begitu terburu-buru masuk kedalam kamarnya dan langsung berhambur menyembunyikan diri dibalik selimut yang ada diatas ranjangnya.

"Ini mimpi, ini mimpi."

"Jangan pernah sekali pun kau tunjukan dirimu didepan adikku."

"Kenapa? Kau takut aku akan lebih tertarik padanya dari pada dirimu?"

"Dia istimewa."

"Kini aku faham dengan maksudmu istimewa. Dia bahkan lebih kuat menarik sisi liarku."

...

Seperti niat yang telah ia rencanakan. Sore ini sebelum kembali ke rumah, Sohyun ingin mengunjungi saudara kembarnya terlebih dahulu dirumah sakit. Tapi ditengah perjalanan tepatnya dipusat kota, suara lonceng sebuah gereja menggema dipenjuru kota. Burung-burung yang bertebrangan sesaat setelah lonceng besar itu berbunyi seolah memanggil Sohyun.

Pada akhirnya, tungkainya benar-benar melangkah masuk. Tak begitu banyak orang mengingat ini bukan hari minggu sebagai mana jadwal ibadah pada umumnya. Jadilah, Sohyun bebas duduk dimana pun, tapi ia ingin duduk lebih dekat.

Matanya memejam bersamaan dengan menyatunya kedua tangan yang ia angkat sebatas dada.

"Aku ingin sebuah keajaiban untuk saudara kembarku, Kim Taehyung. Sebagai gantinya, tunda apapun termasuk kebahagiaanku. Jangan ambil dia dariku .."

*

Suara nyaring dari sebuah monitor kiranya membuat bibi dari Taehyung panik. Dan tak lama setelahnya, dokter dengan asisten yang selalu menyertainya berdatangan. Mengerubungi Taehyung sampai sang bibi tak dapat melihat dengan jelas, kiranya apa yang tengah mereka lakukan untuk keponakannya.

Kembali bunyi nyaring dari layar monitor disamping Taehyung berbaring menggema diseluruh penjuru ruangan serba putih itu. Ditengah ketegangan dan ketakutan. Hingga pada akhirnya raut wajah kecewa hadir bersama garis lurus dilayar monitor.

Bibi dari Kim Taehyung hanya mampu menutup mulutnya dengan tangan kala dokter yang baru saja berusaha untuk sang keponakan menggeleng pelan tanda segalanya sudah benar-benar berakhir.

*

"Aku meminta keajaiban mengapa kau malah mengambil dia dariku!"

Ditengah harapan, Sohyun kembali dijatuh hempaskan tiada belas kasihan. Belum usai segala doa, Tuhan ternyata lebih menginginkan saudaranya berpulang dan beristirahat ke pangkuannya.

Peluh membasahi setiap lekuk tubuh ringkihnya. Lelah, nafas yang tersenggal mendadak tidak ia rasakan. Semuanya tergantikan dengan sesaknya didalam dada. Sesuatu yang berat seolah tengah menimpanya. Namun etah itu apa.

"Aaaaaaaaaa!!!" Sohyun berteriak kencang kala ia hampir sampai diruangan yang selama ini menjadi tempat berbaring sang kakak ramai oleh para petugas medis dengan sang bibi yang juga hanya mampu menangis pilu sambil berdiri masih ditempat yang sama.

"Tidak, tidak boleh. Kau tidak boleh pergii! Ya Kim Taehyung! Kau jahat! Kau kakak yang buruk! Kau bilang kemanapun kau pergi, kau akan ikut sertakan aku! Ya! Bangun!!"

Sohyun ambruk dengan masih berusaha membangunkan tubuh kaku sang kakak. Mengguncangnya berkali-kali, dengan segala kekuatannya yang tersisa, hingga ia benar-benar putus asa. Hanya tangis yang kian keras dan pilu sebagai rasa kecewa sebab sang kakak tak lagi membuka matanya.

"Kak.. Bangunlah, jangan membuatku takut begini.." lirih nya.

Sang bibi yang tidak kuasa melihatnya pun langsung berhambur memeluk Sohyun dari belakang. Mencoba menenangkannya dan menahan tangan Sohyun sekuat yang ia bisa.

"Sudah, sayang.. Jangan menangis, biarkan Taehyung pergi dengan tenang. Masih ada bibi disini, dengan Sohyun. Bibi janji, bibi takan tinggalkan Sohyun.." pelukan itu kian erat, tapi Sohyun tetap tak bisa menahan sesak didalam dadanya. Ini lebih menyakitkan dari melihat Taehyung terluka.

Janji? Taehyung pun melakukan hal yang sama sebelum ini terjadi. Tapi lihat? Dia tetap pergi.

Dia berbohong. Tentang kencan dan segala hal indah yang ia ceritakan, dia bohong. Dia bahkan tak perduli dengan masa depan, yang ia fikirkan hanya aku, aku dan aku. Sampai akhir, dia rela berbohong demi aku. Demi agar aku tidak menangis. Walau pada akhirnya aku tetap menangisi kepergianmu. Maafkan aku, bukankah aku adik yang paling buruk? Tolong bahagia mulai sekarang, bukan demi aku, atau siapapun itu. Tapi bahagialah mulai sekarang demi dirimu sendiri, untukmu, bahagialah Kak..

"Baiklah, ku relakan kau pergi Kim Taehyung."

*

Satu tahun kemudian.

Tok!tok!tok!

Ku akhiri urusanku dengan buku. Senyumku mengembang, setiap kali ada ketukan dari balik jendela. Sebab itu pasti dia.

Jendela terbuka, dan tak lama setelahnya sosok yang selalu ku rindukan masuk. Dia memelukku, dan memberiku sedikit sapaan selamat malam. Ciuman dalam, lembut dan menuntut.

Kalian tahu siapa dia?

Dia adalah Jeon Jungkook. Pria aneh, pria yang ada didalam album foto masa kecil Taehyung dan hingga ia masih ada, dulu.

Dia datang dimalam satu hari setelah kepergian Taehyung, kakak sekaligus saudara kembarku. Dia datang dengan segala cerita yang semuanya hampir tak bisa ku percaya. Dia, bukan manusia biasa sepertiku atau Taehyung. Dia istimewa yang selalu memanggilku istimewa juga. Dia menjerat meski tak tampak tali pengikat, dia menarik meski segala yang ia lakukan hanya diam dan menatapku dalam.

Dia memprovokasiku luar dan dalam.

Tapi satu yang pasti tak ku khawatirkan darinya. Dia abadi dan takan pernah meninggalkan ku. Begitu katanya. Tapi, justru ia yang ketakutan sekarang.

"Jadi, kapan kau akan siap melakukannya?" pertanyaan yang sering aku dengar setiap kali ia datang berkunjung kedalam kamarku.

Dia masih memenjarakanku dalam tatap. Jemarinya begitu lembut membelai bilah bibirku yang basah akibat ulah bibirnya.

"Mengapa kau begitu ingin aku menjadi bagian dari dirimu?"

"Kau belahan jiwaku, Sohyun.."

Aku diam, dan semakin terlena dengan tatapan matanya.

Terlintas dalam benakku tentang sosok lembut baik hati yang dengan tulus merawatku selama ini. Dia bahkan berjanji akan selalu berada disisiku, lalu apakah aku akan setega itu memilih Jungkook dan meninggalkannya?

Kata temanku Namjoon, ah, aku lupa. Sejak satu minggu Taehyung pergi banyak hal aneh dikehidupanku. Semua seolah terjungkir balik, Aku yang tidak suka berinteraksi dengan banyak orang kini sudah mulai memiliki teman meski hanya beberapa.

Ingat Namjoon? Pria tinggi berkacamata yang pernah ku tabrak dilorong kampus, membuat dia harus berusaha keras memunguti kertas-kertas yang berserakan karena kecerobohanku, dia menjadi teman baikku sekarang. Dan sekaligus tempat ku bertanya-tanya tentang hal aneh yang tidak pernah ku ketahui selama ini.

Mahkluk imortal dan sebangsanya, aku dengar Namjoon menyebutnya Vampir; penggambarannya benar-benar sama persis seperti yang aku lihat selama ini. Mereka indah dan abadi. Nyata tapi seolah tidak nyata. Mereka terlalu tidak manusiawi untuk bisa dimiliki dan itu sedikit benar adanya meski setiap malam aku memeluknya, Jeon Jungkook.

Siang tadi pun aku menemui Namjoon. Lagi-lagi masih hal yang sama. Seharusnya mungkin aku sudah faham, tapi aku seolah mencari jawaban. Jika aku ingin lakukanlah, meski itu menjadi bagian dari mereka.

"Dengan mengklaim dirimu, bukan berarti kau resmi menjadi bagian mereka. Dari yang aku baca, vampir masih bisa menjadikan pilihannya tetap menjadi slave nya meski tak menjadikan manusia itu sepertinya.

"Soal itu, kembali lagi dengan manusia itu sendiri. Bersediakah dia menjadi bagian dari makhluk berdarah dingin itu atau tidak. Tapi meski begitu pun ada pilihan. Tetap jika kau ada diposisi itu, kau tetap tak punya pilihan. Pada akhirnya kalian akan tetap menjadi satu."

Aneh, Namjoon selalu memberiku jawaban yang seolah tahu bahwa aku memang yang mengalami itu semuan. Caranya tersenyum, menatap. Namjoon seolah faham jika sebenarnya, aku lah yang tengah mencari jawaban.

"Aku rindu Taehyung.." kataku. Saat ini Jungkook memilih memelukku dengan posesif dari belakang. Dari balik jendela kamar, kami sama-sama asik memandangi indah dan terangnya bulan menggantung diatas sana.

"Aku juga... Rindu kau, Sohyun." bisik Jungkook tepat ditelingaku. Dan itu berhasil membuat tubuhku meremang.

Tapi, sungguh aku ingin tertawa. Kalian tahu, meski dia makhluk yang berbeda denganku, tapi kebiasaan alami kaum pria tetap melekat padanya. Dasar penggoda!

"Aku bahkan sedang kau peluk! Lihat, kau bahkan sama sekali tak memberiku ruang gerak." kataku.

Ku dengar Jungkook seperti terkekeh. Tapi setelahnya aku merasa hembusan nafas pria itu kian dekat diperpotongan leherku. Selalu begitu!

"Jangan curang!" aku berbalik. Dia selalu suka mengambil start tanpa mendengar aku setuju atau tidak. "Sudah ku bilang, malam ini aku tidak mau berikan!"

Tapi dia kembali membelit tubuhku. "Tapi, aku ingin .."

Ah, lihat mata indahnya yang berubah lucu. Dia sungguh menggemaskan. Ya, untuk saat ini. Tidak tahu nanti.

"Apa, itu begitu nikmat?"

Jungkook berangsur memelukku tanpa menghiraukan pertanyaanku, tentu saja itu nikmat. Dia bahkan selalu mengatakan, aku adalah candu untuknya.

"Sohyun, beri aku jawaban iya. Aku sungguh tidak ingin jauh darimu. Aku ingin memilikimu--"

"Aku milikmu." sela ku cepat. Baru setelahnya dia menarik diri dan menatapku dalam.

"Milikku yang benar-benar milikku." katanya dengan suara rendah nan dalam.

Kembali ku telan saliva dalam mulutku saat ku rasa didalam sana begitu kering. Ada banyak yang kufikirkan meski tak pernah aku mengungkapkannya. Ada banyak keinginan meski aku tak yakin bahwa nanti aku akan menjadi sama sepertinya.

Benarkah, jika aku memilih jalan ini? Aku hanya ingin tinggal disisi pria yang ku cintai. Tapi, takut dan ragu masihlah mendominasi.

"Aku mencintai seseorang, dia adalah pria kedua yang membuatku takut akan perpisahan. Cukup tahu diri dengan kenyataan jika memang duniaku dan dunianya tidaklah sama. Tapi, aku mencintainya dan aku ingin melakukan apapun demi bisa bersamanya."

"Itu tulus dan itu cinta. Kalian pantas memperjuangkannya."

Itu kalimat terakhir Namjoon yang sekali lagi terngiang-ngiang ditelingaku. Ku tatap Jungkook, perlahan aku membenarkan beberapa anak rambut yang menjuntai asal. Ku rapihkan menjadi satu dalam genggaman. Dihadapannya, aku memiringkan sedikit kepalaku ke arah kiri, dan sedikit memberi ruang untuk seseorang yang akan menyesap disana nanti.

"Aku milikmu yang sebenar-benarnya milikmu dan akan selalu begitu."

Dan malam ini, kembali dinginnya malam serta bulan yang mengantung indah diatas sana, menjadi saksi bagiku. Bagaimana aku menyerahkan diriku dan hidupku pada pria yang sangat ku cintai Jeon Jungkook.

Jungkook tersenyum penuh binar kala dihadapannya aku sudah terlihat memasrahkn diri. Dengan tangan yang masih menahan gumpalan rambut panjangku.

Pertama dia meraih tanganku yang masih memegangi rambut. Membuat untaian itu lepas dan kembali terurai setelahnya. Kembali dia menelusupkan jemari kekarnya kebalik tengkuk. Dan dengan perlahan dia berikan kecupan manis diatas bilah bibirku. Hanya sebentar, sebab dia kembali menatapku.

"Kau, bersungguh-sungguh? Aku bisa menahannya lagi jika kau belum siap."

Aku menggeleng. Jangan sampai keputusanku berubah karena perkataannya. "Aku ingin bersamamu, selamanya. Biarkan aku dan cintaku abadi denganmu."

Kembali dia mencium bibirku dalam. Aku mulai merasa atmosfir didalam kamar ini jadi berbeda, ini benar-benar menggairahkan bagaiaman dia begitu bersemangat menyesapi bibirku hingga mulai turun kejenjang leherku. Aku kian menggila saat aku merasa hembusan penuh gairah itu menerpa kulit leherku. Membuatku benar-benar tidak sabar tuk menjadi miliknya.

Ini begitu mendebarkan. Dia terus memuji leherku yang begitu halus, dia candu yang mencanduku. Tolong! Aku bisa gila. Ini menyenagkan meski aku ketakutan akan seperti apa rasanya jika gigi-gigi runcing miliknya menancap disana.

"Kita akan menjadi satu setelah ini." dia masih menyecap disana. "Hentikan aku jika kau berubah fikiran."

Aku menggeleng, begitu yakin. Ini adalah pilihan akhir dariku.

Hingga,

"Akh!"

Aneh, aku memekik bukan karena sakit tetapi rasa kaget yang memang ini kali pertama. Ya, ini yang pertama dalam hidupku dan aku tidak menyangka hal ini terjadi padaku.

Aku mulai merasakan saat dia mulai menghisap. Aku masihlah tidak percaya namun saat suara legukan mulai terdengar jelas ditelinga, aku sekarang yakin. Jungkook benar-benar menggigitku.

Jungkook sedikit menggeram dan anehnya itu tak membuatku takut. Aku justru hanya fokus pada, apakah sekarang aku sudah resmi menjadi bagian darinya?

Ah, rasanya semakin lama tubuhku semakin lemas. Sepertinya aku tak sanggup lagi berpijak. Aku lepas kendali atas tubuhku, aku memejam kian erat. Jungkook, mengapa dia masih belum berhenti?

Dan saat aku benar-benar akan ambruk, tangan lain membelit tubuhku. Aku masih bisa merasakannya bagaimana Jungkook mulai membawa tubuhku naik perlahan keatas pembaringan. Disanalah baru Jungkook melepaskan gigitannya. Samar-samar ku lihat bibirnya mengeluarkan sedikit darah.

Dia tersenyum dan aku membalasnya meski dengan usahan yang sebegitu kuatnya sebab tubuh yang seperti sudah tidak berdaya ini. Aku ingin menyentuhnya sekali lagi. Lalu dengan perlahan aku membawa tanganku menyentuh bilah bibir Jungkook.

Dengan masih berusaha tersenyum, aku mencoba membersihkan sisa-sisa darahku yang ada dibibir Jungkook. Setelah itu, Jungkook yang berada diatasku mulai merendahkan wajahnya. Dengan tangan yang masih memegang pahatan wajah indahnya, Jungkook kembali membubuhkan ciumannya padaku.

Chup!

Chup!

Chup!

"Terima kasih, Kim Sohyun."

Sekali lagi, aku hanya bisa berusaha tersenyum. Aku benar-benar lemas. Aku tidak tahu ternyata begini rasanya.

Dia mulai menyatukan keningnya padaku. Kami memejam saling merasakan hembusan nafas masing-masing. Meski hanya dingin yang selalu aku rasakan. Aku tetap bersyukur saat dia tak pernah melepaskanku disepanjang malam.

"Aku mencintaimu. Bawa aku kemanapun kau pergi, aku milikmu yang benar-benar milikmu mulai malam ini." kataku dengan manik yang masih memejam.

"Tentu. Tentu saja sayang .."

End.

______________________________________________________

Yeay! Senangnya bisa update, meski telat dan mesti curi-curi waktu.
Maafkan aku..

Jadi beginilah akhirnya, gaje ya?🤣
Ya, beginilah kalo amatrin lagi coba-coba gendre..

Ara enggak berharap banyak di vote mengingat betapa anehnya lapak ini, mana Ara nya lama kalo update.

Yang Ara harap kalian enjoy aja sama yang kalian baca.. Meski gak sesuai ekspetasi kalian 😪

Ara akan selalu berusaha disetiap bab/chapternya.🙏

Ingat aja kata-kata Ara, bahwa

JANGAN PERNAH BERHENTI UNTUK BERHALU-HALU RIA!!🤣

*

Continue Reading

You'll Also Like

10.6M 130K 50
(āš ļøšŸ”žšŸ”žšŸ”žšŸ”žšŸ”žšŸ”žšŸ”žšŸ”žšŸ”žāš ļø) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ā€¢ā€¢ā€¢ā€¢ punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
764K 43.5K 60
Bagi Elena, pernikahan bersama Kaisar hanyalah sebuah pengorbanan untuk balas budi.
191K 10K 39
Calliope di paksa bekerja di sebuah rumah milik keluarga Ashen, ia di tempatkan di salah satu rumah anak sulung keluarga Ashen yang paling di takuti...
358K 9.5K 48
Salma gadis cantik ber umur 20 tahun yang sehari- harinya hanya menjaga toko kelontong milik ayahnya sendiri. Tiba-tiba di lamar oleh ayah dari sahab...