Sebuah motor sport hitam memasuki parkiran khusus roda dua yang ada di pelataran SMA Bumiantara. Sudah bukan hal aneh lagi jika suara berisik yang ditimbulkan dari knalpot motor milik Jarrel Kivandra mengganggu suasana damai di pagi hari. Seorang lelaki dengan jaket boomber kebanggaannya itu melepas helm full face yang sedari tadi melekat pada kepalanya. Sedikit menunduk guna melihat tampilannya pada kaca spion motor- tak lupa tangannya bergerak mengacak acak rambut halusnya. Jarrel tidak suka terlalu rapi seperti murid pintar kebanyakan. Meskipun sering membolos dan juga membuat onar, Jarrel Kivandra termasuk salah satu siswa dengan segudang prestasi yang sering memenangkan juara pada olimpiade.
Baru saja akan melangkah meninggalkan area parkiran, atensinya beralih pada deretan mobil sport yang memasuki parkiran khusus roda empat yang memang tempatnya tidak jauh dari tempat parkir motor.
" Mobil mahal bau asapnya emang beda" ujarnya sebelum kembali melangkah menuju kelas.
Namun beberapa langkah lagi sampai pada kelasnya, Jarrel terpaksa harus berputar balik ke arah lain menuju kantin sekolah. Perutnya meraung raung meminta di isi karena tidak sempat sarapan. Lagi pula apa yang diharapkan darinya? Jarrel tidak bisa memasak, terlebih lagi ia tinggal sendiri di apartmen karena kedua orang tuanya ingin dirinya memulai hidup mandiri.
" Makan siomay aja kali ya" gumamnya kemudian berjalan menuju stand ibu penjual siomay yang terkenal di kantin sekolah ini.
Kedua netranya menelisik seluruh penjuru kantin- mencari tempat duduk yang masih kosong. Jangan heran kenapa kantin sudah ramai di pagi hari seperti ini, banyak siswa yang tidak sempat sarapan dari rumah atau memang ada yang sengaja tidak sarapan karena lebih menyukai makanan di kantin.
Senyumnya merekah begitu menemukan tempat duduk yang masih kosong dan hanya ada satu orang yang Jarrel kenal.
" Lo ngapain disini?" Tanyanya seraya mendudukkan tubuhnya di samping seseorang itu.
Yang ditanya mendelik tajam sembari memukul pelan bahu lebar milik Jarrel
" Gak ada sopan sopannya ya lo sama gue" Protes Arzan, kakak tingkat sekaligus sahabat Jarrel. Pertemanan keduanya dimulai sejak pemuda Kavindra itu bergabung dengan Reactangles 1 tahun yang lalu.
" Senioritas amat lo" Gurau Jarrel, ia memang suka menjahili kakak tingkat yang sudah ia anggap sebagai kakak sendiri ini.
" Jangan lupa nanti malem lo ada balapan sama anak Night Owl " Ujar Arzan- mengabaikan ucapan Jarrel sebelumnya.
" Santai elah gue nggak bakal lupa. Udah siap nih gue ngalahin si jono" Ujarnya menggebu gebu.
Merasa ada yang aneh, Arzan mengerutkan dahinya bingung.
" Jono siapa?" tanya nya.
" Amnesia ya lo? " jawab Jarrel tidak santai.
" Sembarangan" Arzan menatap adik tingkatnya itu sinis.
" Ya maksud gue jono siapa? Lawan kita nggak ada yang namanya jono" jelasnya menahan kesal.
" Ngaco lo kak, di group chat Reactangles pada bahas lawan gue malem ini jono kok" Ia meraih ponselnya yang berada di saku seragam, berniat menunjukkan pada sang kakak tingkat. Tetapi sebelum benar benar membuka aplikasi chat, Arzan sudah lebih dulu menyela ucapannya.
" Maksud lo Jano?" Tanya Arzan memastikan.
" Eh masa iya Jano? Bukannya Jono ya?" Balasnya seraya mengingat ingat kembali nama lawan balapannya malam ini.
" Gue tonjok lo lama-lama" Tangan Arzan membentuk kepalan yang siap menonjok lawan.
Jarrel terkekeh geli menanggapi. Ia tau Arzan hanya bercanda, tidak mungkin juga lelaki mungil itu tega memukulnya yang sudah di anggap adik sendiri.
" Mau modif motor lagi nggak? Gue kebetulan ada kenalan bengkel bagus" ujar Arzan sembari meminum susu cokelat yang ia pesan.
" Mau sih mau, tapi problemnya nih gue lagi kanker" jawab Jarrel lesu.
Mendengar ucapan lelaki manis itu, Arzan buru buru menyemburkan susu cokelat yang baru saja ia minum kembali.
" Lo sakit? Kenapa nggak bilang?" Tersirat nada khawatir pada ucapannya.
" Hah? Sakit?" Tanya nya.
" Itu lo bilang kanker"
" Kanker tuh kantong kering. Lo kuno amat dah" Ujar Jarrel tidak habis pikir kenapa Arzan tidak mengetahui singkatan bahasa gaul jaman sekarang.
Yang lebih tua hanya bisa tersenyum pasrah sembari menahan emosi. Jika saja tidak ia anggap sebagai adik, sebuah pukulan pasti sudah mendarat di pipi gembil Jarrel.
" Orang tua lo kaya kalau lo lupa"
" Mami sama Papi mana mau ngasih gue uang buat modif motor, ngasih uang saku gue aja pas-pasan" Gerutunya mengingat kedua orang tuanya selama ini memberinya uang saku yang hanya cukup untuk membeli makan sehari hari dan juga keperluan hidupnya. Lagi-lagi mereka ingin Jarrel berhemat dan tidak boros.
" Apa gue cari sugar boo aja ya?" Entah darimana ide gila itu muncul di pikirannya.
" Sugar boo?" Ulang Arzan
Jarrel mengangguk anggukan kepalanya, membuat rambut halus itu ikut bergerak lucu.
" Kayak sugar daddy, bedanya ini pacar kita nantinya. Semacam pacar tajir yang mau biayain hidup kita gitu lah" jelasnya.
" Kayak ada yang mau sama lo aja" balas Arzan.
Detik selanjutnya Arzan dikejutkan dengan Jarrel yang tiba tiba bangkit dari duduknya dengan rusuh seraya menggebrak meja kantin.
" Gue sakit hati" Ujar Jarrel lalu bergegas menuju stand siomay guna mengambil pesanannya- meninggalkan Arzan yang kini menatapnya jijik.
" King Drama" gumam pemuda Kalingga tersebut.
•••
Malam harinya pukul 00.00, Jarrel dan anggota Reactangles lainnya sudah berada di arena balap yang akan digunakan Jarrel untuk balapan melawan Jano dari kubu musuhnya- Night Owl. Kemampuan Jarrel mengendarai motor sportnya sudah tidak usah diragukan lagi, lelaki manis itu bahkan mendapat julukan " Nike" karena sering memenangkan berbagai kompetisi.
Tak lupa Arzan berada di samping sang adik yang sudah berada di atas motor sport hitamnya.
" Everything's good?" Tanya nya lagi memastikan. Memang sebelum terjun di arena, Jarrel ataupun Arzan sering memastikan kondisi motornya dalam keadaan baik.
" Ada yang kurang kak" Ujar Jarrel yang memang belum mengenakan helmnya itu.
" Apa? Bukannya semuanya udah di check?" tanya Arzan heran.
" Permen milkita gue habis, lo tau sendiri gue nggak bisa tanpa permen sehidup semati gue itu" Sudah menjadi kebiasaan- sebelum terjun di arena balap, Jarrel akan mengisap permen milkita kesukaannya. Karena tanpa permen itu sehari saja hidupnya terasa ada yang kurang.
" Bocah banget lo" Sinis Arzan yang kini mulai mengeluarkan permen milkita dari saku jaketnya. Ia memang selalu membawa persediaan permen itu kemanapun , jaga-jaga jika Jarrel kehabisan. Lelaki manis itu akan terus merengek jika tidak mendapat permen kesukaannya. Aneh, Pikirnya.
" Nah gini dong" Ia lantas membuka satu bungkus permen yang diberikan oleh Arzan.
Setelahnya, suara wanita yang mengintrupsi jika permainan akan segera dimulai menyapa gendang telinganya. Jarrel mulai mengenakan helm full face miliknya, kemudian menyalakan motor- menunggu hingga bendera kecil yang dibawa oleh seorang perempuan di depan sana terangkat ke atas. Tak lupa suara riuh penonton yang menghitung mundur dari 3 hingga 1 memenuhi arena.
3
2
1
Go!
Kedua motor sport tersebut kini melaju cepat membelah jalanan pada lintasan arena yang sudah ditentukan.
Selang waktu 30 menit kemudian, motor sport hitam milik Jarrel lebih dulu memasuki garis finish- di ikuti dengan motor sport merah milik sang lawan. Suara ricuh penonton terdengar nyaring, sebagian besar menyorakan namanya karena berhasil menang, dan sebagian kecil lagi tidak terima jagoannya kalah. Tentu saja jarrel tidak ambil pusing, yang terpenting ia memenangkan balapan malam ini sehingga harga dirinya selamat.
" Good job lil bro" Ujar Arzan yang berjalan mendekat menghampiri Jarrel yang baru saja turun dari motor sportnya.
" Emang keren banget dah gue" Jarrel terkekeh pelan seraya menepuk dadanya sombong.
" Jarrel Kavindra. Pulang sekarang!" Teriak seseorang dari arah penonton yang tidak jauh dari tempat Jarrel berada saat ini.
Arzen dan Jarrel kompak menoleh ke arah suara, satu detik kemudian keduanya terkejut melihat seorang wanita yang sangat di hindari tengah berdiri depan sana seraya berkacak pinggang.
" Mami...." Panggil Jarrel lirih dengan raut wajah menahan tangis.
Ia teramat takut saat ini- kedua orang tuanya terlebih mami nya memang tidak menyukai jika Jarrel mengikuti balap liar. Entah bagaimana nasibnya setelah ini, mungkin motor kesayangannya itu akan disita atau lebih parahnya lagi namanya dicoret dari kartu keluarga. Doakan saja pikiran-pikiran buruknya itu tidak terjadi.
Don't forget to vote and comment.