"Tetaplah tersenyum .Kakek melihat kita". Jungkook berkata pelan. Sementara Jimin seolah enggan menanggapi itu .
"Agar kita terlihat bahagia . Dan kau terlihat memperlakukan ku dengan baik ? Lalu saat aku menceraikan mu ,kakek mu akan percaya bahwa aku memang bukan yang terbaik bagimu begitu ? Peran apa yang sedang kau mainkan tuan jeon Jungkook?. Aku tidak bodoh seperti yang kau pikirkan". Jimin tersenyum tipis meraih minuman dari seorang pelayan yang mengedarkan gelas berisi cairan kuning bening .
Jungkook merangkulnya sembari meremas pelan lengan kecilnya . Itu sedikit membuat Jimin kesal . Namun pria kecil itu tak ingin merusak suasana. Dia ingat kakeknya masuk sesaat sebelum dia keluar dan mendapati Jungkook di depan kamarnya. Ada sesuatu yang mengusik hatinya . Tentang bagaimana Jimin berusaha keras untuk menahan tangis dan menutup luka yang kembali menganga .
Flashback on
Kakek park berjalan mendekati Jimin yang berpura pura sibuk mengikat tali sepatunya . Jimin duduk di sofa sementara sang kakek duduk di sebelahnya memperhatikan bagaimana Jimin membuat simpul yang tak kunjung selesai .
Kakek park yang bertubuh tambun memilih duduk di karpet tepat di bawah kaki Jimin. Menarik kaki mungil cucunya , meski Jimin terkejut pada perlakuan pria tua yang kini mengikatkan tali sepatunya setelah menaruh kaki mungil itu di paha besarnya .
"Kakek Melakukan semua ini untuk mu". Jimin tak menjawab . Hanya memandangi sang kakek yang mengikatkan sepatu dengan sangat pelan . "Kakek sangat menyayangimu".
"Aku tau". Jimin berkata pelan dan terkesan sangat lembut.
"Kakek harap kau mengerti".
Setelah itu kakek park berusaha sedikit berdiri dan duduk di sebelah Jimin lagi . Dan pandangan si cantik masih melihatnya dengan penuh rasa sedih yang tidak bisa dia jelaskan .
"Aku sedang berusaha untuk mengerti". Jimin akhirnya menjawab dengan begitu enggan .
Pria tua itu membelai helai rambut Jimin . "Kau Sangat cantik .Sangat mirip dengan ibumu. Kakek harap kau mau memaafkan ibu .Dan mulailah dari awal . Lupakan semua yang membuatmu Sulit. Itu akan mempersulit kakek jika pergi ke alam baka nanti. Jangan benci kakek dan maaf jika selama ini sikap kakek menyulitkan mu".
Kata ibu dan sebuah kematian itu sangat Jimin benci . Dia tanpa sadar menolehkan kepalanya kesembarang arah. Berharap sang Kakek tidak melanjutkan perkataannya . Karena sungguh dia sangat tidak ingin bermelow drama hari ini.
"Jadi Kau harus bahagia sebelum kakek pergi. Ini bukan karena kau baru mengenal Jungkook. kakek sangat yakin kau bisa bersamanya . Dan dia bisa menjagamu".
"Berhenti". Jimin tidak tahan . Dia menoleh pada kakeknya yang masih hendak berbicara . "Berhenti mengatakan kau akan pergi . Kakek akan berumur panjang . Aku tidak mengijinkan kakek untuk mengatakan apapun lagi . Apa yang kakek harapkan dari pernikahan ini kakek ? Hanya karena janji kalian berdua ? Dan Aku melakukan ini Karena kakek begitu berharga Bagiku meski kasih itu tidak pernah kutunjukkan . Aku sangat menyayangi mu . Kakek sudah mengusahakan segalanya untuk kebahagiaan ku , walau apa yang kakek lakukan sedikit memaksa . Bahagia versi ku dan versi kakek berbeda . Tetapi aku tetap mengikuti itu dan mempercayai Bahwa pilihan kakek untuk hidupku adalah yang terbaik".
" Aku mau jadi boneka kakek. Menuruti semua yang kau inginkan , jika kakek pikir aku membenci kakek apakah aku bertahan selama ini? Dan jika kakek tidak menyayangiku Kakek akan mengekang ku dan aku tidak bisa bernyanyi tapi lihat , Kakek membiarkan ku . Walau beberapa bagian dari hidup seorang park jimin adalah aturan yang kau buat".
Jimin tak menunggu apapun dia mendekatkan diri dan memeluk tubuh besar kakeknya . Semua isi hatinya di ungkapkan membuatnya sedikitnya merasa lega . Dia sangat tau apa arti dari semua ucapannya.
Jimin tau bahwa melakukan ini sebenarnya hanya untuk sang kakek . Dia tidak keberatan sama sekali . Asal kakeknya tidak merasa kecewa. Jimin tidak pernah sekalipun melawan kehendak kakeknya walau setiap kali melakukan itu Jimin akan menggerutu.
Sudah seharusnya melakukan sesuatu untuk yang mereka sayangi. Baik jimin dan tuan park. Mereka sama sama memberikan yang terbaik . Hanya saja jimin melakukan ini walau tidak tau keputusan nya benar atau salah . Dan kakeknya melakukan ini dengan keyakinan penuh bahwa jimin akan baik baik saja bersama jungkook .
Flash back off
Jimin dan memory yang sempat muncul tadi membuatnya merasa harus bertanggung jawab dengan apa yang sudah di mulainya . Jadi mari bekerja sama dengan jungkook dan bersandiwara dengan baik.
Beberapa tamu undangan itu tidak jimin kenali. Tapi sesekali jimin akan melihat para kekasihnya yang melihatnya sinis dengan tatapan ingin membunuh terarah pada pria yang berstatus tunangannya kini . Jimin terkadang ingin tertawa jika melihat bagaimana sosok kai atau Eunwoo yang biasanya heboh kini seperti diam dan melemparkan tatapan yang sejujurnya menakutkan namun bagi jimin yang pertama kali melihat itu hanya membuatnya tergelak .
Mata indah jimin mengedar lagi . Namun tepukan di pundaknya mengejutkan jimin . Seseorang yang tidak pernah di bayangkan sebelumnya datang dalam acara itu . Jimin hampir mengerutkan keningnya sampai dia mematung karena senyuman pria itu sedikit menariknya ke sebuah kenyataan .
Jika hoseok adalah dokter kakek jeon bukan kah wajar dia juga di undang dalam acara ini ? .
"Selamat atas pertunanganmu jimin". Hoseok mengulurkan tangannya , sementara jimin masih mematung . Yang tadinya berpura pura kuat menghadapi sandiwara bodoh ini sedikit memundurkan langkahnya menabrak lengan Jungkook hingga pria berstatus tunangan yang sedang bicara dengan kerabat menoleh padanya .
Pria jeon itu tersenyum mengulurkan tangannya menjabat tangan hoseok yang seharusnya jabatan itu untuk Jimin . Sementara kedua mantan kekasih itu masih saling berpandangan. Jungkook menjabat tangan hoseok setelah berdiri menghadap punggung jimin .
"Terimakasih hoseok ssi". Jungkook berbicara memudarkan aksi saling memandang kedua pria itu.
Hoseok yang awalnya sumringah kini tersenyum canggung . "Jadi sebentar lagi kalian akan menikah ?".
Pertanyaan itu sedikit membuat jimin mengangguk seolah enggan membahas itu. Tanpa terduga jungkook melingkarkan tangan pada pinggang rampingnya setelah kini beralih berdiri disamping jimin . Saat jimin menoleh dia mendapati wajah jungkook yang tersenyum padanya .
"Benar . apa lagi yang kami tunggu ? Kami akan menikah di Tokyo . Jadi kau bisa datang hoseok ssi?".
Deret kalimat jungkook tetap membuat jimin tak berkutik dan hanya mampu terdiam . Tangan kecilnya berusaha melepaskan Cengkraman tangan jungkook pada perutnya , yang sejujurnya itu sedikit sakit .
"Jika tidak ada operasi mendadak aku akan datang". Hoseok menghilangkan senyuman yang terlihat ramah tadi .
Jungkook tersenyum miring mendekatkan bibir pada telinga jimin kemudian berbisik pelan . "Aku akan jadi calon suami yang baik kali ini . Kau bisa berbicara pada mantan kekasihmu sedangkan aku akan bertemu dengan kekasihku dulu bagaimana?".
Jimin tak menanggapi . Dia masih tidak bisa bicara satu patah kata pun . Kemudian jungkook melepas rangkulan di pinggang si cantik itu mencoba ramah kembali pada dokter di hadapannya . "Aku akan menemui rekan ku yang lain . Jadi kalian bisa bicara berdua".
Kini hoseok menaikkan satu alisnya seolah Apa yang baru saja di katakan oleh jungkook itu aneh . Namun saat pria itu tidak lagi Disana baik jimin dan hoseok saling diam dan merasa canggung .
Jimin mengalihkan pandangannya seolah berusaha mengalihkan perasaan yang tak menentu . Tangan kecilnya di bawa naik menggaruk tengkuk nya yang sejujurnya tidak gatal . Mata nya yang indah bergerak liar dan tidak tenang.
"Kau terlihat cantik jimin ...".
Pujian yang mampu membuat jimin terlihat merona . "Nd nde. Kangsahamnida".
"Aku akan menyediakan waktu untuk hadir dalam pernikahanmu".
Jimin mengembangkan senyum dan menaut mata kelam hoseok . "Tidak perlu hyung .aku tau kau sangat sibuk . Jika tidak bisa . Tidak perlu datang".
"Aku harus datang untuk melepas mu seutuhnya". Seketika suara di ruangan itu seperti hening . Jimin menoleh pada hoseok sekali lagi . Arti dari kalimat itu? jimin mencoba untuk mencari tau . Nyatanya hoseok membelai rambutnya tanpa persetujuan . "Selama ini kau pasti sudah berusaha keras untuk melupakan ku. maaf jika perlakukan ku sedikit membuatmu sulit . Sekarang hyung mohon, hiduplah dengan baik dan bahagia".
Perasaan hangat yang jimin terima sama seperti dulu . Sama seperti saat hatinya menghangat ketika di setiap musim hidup jimin di penuhi bayangan masa lalu . Tanpa sadar jimin meneteskan air matanya . Tangan yang semula membelai kini turun menyentuh pipi Jimin menghapusi derai air mata nya .
"Jimin".
Tepat setelah Hoseok menurunkan tangannya . Jimin berbalik ke arah lain menghapus Air matanya tidak perduli jika riasan nya luntur nyata nya kulit putih itu tetap membuat Jimin terlihat cantik .
Panggilan suara tadi berasal dari jae Joong . Yang sejak tadi melihat interaksi Jimin dan pria yang tidak di kenal nya bahkan aksi saling tatap dan membelai puncak kepala Jimin di lihatnya kecuali saat Jimin menghapus air mata . Sampai pria itu berdiri di dekat Jimin kedua pria itu kini terlihat kikuk .
"Oh Hyung". Jimin mencoba bertanya dengan senyum yang mengembang . Menutupi kesedihan yang terlalu kentara . Sedangkan jae Joong masih memandangi sosok Hoseok yang kini mencoba tersenyum padanya .
" Perkenalkan, Dia teman masa kecil ku" . Jimin memperkenalkan Hoseok pada jae Joong lalu berlanjut memperkenalkan jae Joong pada Hoseok . Namun baru sempat mengatakan 'dia '.
Jae Joong lebih dulu mengulurkan tangannya dan berkata "aku kekasih Jimin".
Pernyataan itu sempat membuat Hoseok matanya membola . Jimin seketika langsung membetulkan kalimat yang sedikit membuat Hoseok tertegun sekarang .
"Aniya Hyung. Dia, Mantan kekasihku".ujar Jimin .
Jae Joong seolah tidak perduli jika saja pernyataan Jimin sedikit melukai hatinya tadi . Toh mereka juga belum ada kata putus . Lebih tepatnya jae Joong tidak ingin melepas Jimin . Jadi pria itu masih menatap Hoseok dengan tatapan mata tajamnya .
"Ah begitu . Hyung tau . Baiklah ,Mungkin sekarang kau juga harus berbicara dengan mantan mu yang ini . Siapa tau dia juga mengatakan hal yang sama seperti ku tadi". Hoseok tersenyum tipis memasukkan kedua tangan pada kedua saku celana bahan nya . "Nanti jika boleh Hyung minta nomor mu . Agar Hyung tidak tersesat di Tokyo".
"Jaman sekarang ada aplikasi G map yang membuatmu tidak tersesat . Tidak perlu minta nomornya". Jae Joong sepertinya benar-benar cemburu. Dia terus menatap sinis dan menghalangi pria Jung itu untuk mendapatkan nomor Jimin . "Lagi pula mengapa kau mengatakan bahwa kau tau? . Jika aku mantannya , tidak perlu tertekan seperti itu jika memang aku mantan kekasihnya tuan".
"Aku juga mantan kekasihnya". Hoseok bergumam rendah. Dua kata mantan kekasih itu sedikit membuat jae Joong
Kini mengangakan bibirnya . Tetapi atensi lain menghampiri Jimin dengan merangkul pundaknya .
Jimin bersyukur kali ini bukan kekasihnya yang lain . Itu Jungkook yang entah dari mana . "Sayang.Kita harus bertemu dengan Marga Kim . Sepupu ku dari ibu .Ayo, Permisi tuan tuan . Tunangan ku akan ku bawa dulu".
Perkataan Jungkook sedikit sopan . dan dia menarik paksa Jimin untuk menjauh dari kedua pria itu yang kini diam memandangi kepergiannya .
Hoseok yang tidak melepaskan pandangannya . Dia tadi hanya memancing reaksi jimin untuk pertanyaan yang bersarang dalam benaknya sejak pertemuan mereka di rumah sakit waktu itu . Benar , kebohongan Jimin yang dia ketahui sedang berputar dalam otaknya . Hoseok tau bahwa Jungkook sudah memiliki kekasih. Hoseok paham bagaimana raut wajah Jimin jika sudah berbohong . Maka dia mencoba untuk mengambil kesimpulan bahwa Jimin masih mencintainya. Karena dulu Jimin akan mencari tau dimana dia bekerja .
Tadi itu . Hoseok melihat air mata yang kembali menetes karena perkataannya. Hoseok tidak bermaksud apa apa . Dia hanya memastikan bahwa Jimin belum sepenuhnya melupakannya bahkan ini sudah berjalan sekian tahun. Hoseok tidak pernah menyangka Jimin terlalu sakit kehilangan dirinya.
...
Acara sudah selesai, Jimin akan pulang ke Seoul hari ini juga . Meski malam dan larut Jimin dan yoongi bersiap untuk berangkat. Yoongi memakaikan mantel pada tubuh mungil Jimin . Lalu membukakan pintu mobil setelah Jimin tersenyum pada kakeknya yang berdiri mengenakan tongkat .
Meski begitu Jimin tidak juga masuk ke dalam mobil . Agaknya Jimin melihat sebentar pada rombong tunangannya yang juga akan kembali ke Seoul . Jungkook disana memperlakukan Soo jin dengan begitu baik . Jimin tidak tau mengapa sikap Jungkook yang terlihat tulus itu membuat dadanya terasa tidak nyaman . Jimin bukannya tidak pernah mendapatkan ketulusan yang sama . Hanya saja sepanjang pesta tadi dia sedikit merasa Jungkook memperlakukannya hampir sama.
Disisi lain Jungkook Baru saja mengantarkan kekasihnya untuk satu mobil dengan ibu sementara kakeknya bersama sang ayah . Ini hanya bagian dari menurut atau warisan hilang. Begitulah kakek jeon memiliki wewenang mutlak . Jungkook harus satu mobil dengan tunangannya yaitu Jimin .
Jadi setelah menutup pintu ketika Soo jin masuk kedalam mobil , Jungkook dan Namjoon masih berdiri , mereka lalu membungkuk pada Kakek park yang melihatnya sebentar .
Pada akhirnya Jungkook akan satu mobil dengan sekertaris nya bersama yoongi dan Jimin.
Bayangkan bagaimana perasaan namjoon saat ini. Jimin yang awalnya hendak masuk ke dalam mobil di sebelah kemudi akhirnya pindah ke belakang karena kakeknya masih memantau mereka . Namjoon bukannya membuka kan pintu bos nya , malah beralih membuka kan pintu untuk jimin .
Meski heran pada akhirnya jimin masuk dan duduk di kursi penumpang . Tepat di belakang kursi kemudi di belakang yoongi yang akan menyupiri mereka. Sementara jungkook membuka pintu sendiri .mata kelamnya melihat bagaimana sekertaris pribadinya begitu terpesona pada tunangannya . Jungkook tidak memungkiri bagaimana jimin begitu cantik malam ini. Jungkook juga tau pandangan semua orang pada jimin termasuk para laki laki . Seolah mereka mengatakan bahwa dirinya adalah pria beruntung .
Tetapi yang jungkook tidak tau mengapa merasa kesal ketika jimin berbicara dengan beberapa pria .awalnya hoseok berbicara santai dan dia memutuskan untuk kembali menghampiri jimin ketika mantan jimin menyentuh kepala tunangannya. Jungkook ingin tidak peduli . Tetapi rasa tidak nyaman di hatinya sedikit membuatnya sulit bernafas pada akhirnya dia mengalah .
Kini mereka berempat dalam perjalanan ke Seoul yang membutuhkan waktu kurang lebih empat jam . Baru keluar dari mansion namjoon berulang kali secara terang terangan menoleh untuk melihat idolanya yang duduk di samping sang atasan.
"Ada yang ingin kau sampaikan namjoon ?".
Suara jungkook terdengar penuh intimidasi . Membuat namjoon menghadap ke depan dengan cepat . Yoongi yang menyetir saat itu Hanya tersenyum tipis melihat tingkah pria berdimple yang kini terlihat kikuk .
"TI. tidak tuan".
"Bukan kah kau penggemar berat jimin ?". Tanya Jungkook lagi.
Yang di bicarakan tadinya melihat pada jendela mobil kini menaikkan satu alisnya bingung . Jimin bisa melihat jelas sesekali namjoon terlihat takut takut . Jimin tersenyum manis memperhatikan bagaimana namjoon begitu gugup sekarang .
"Siapa namamu ?". Tanya jimin dengan suara begitu lembut .
"Kim namjoon". Kata namjoon tersenyum begitu lebar . Dia menoleh saat jimin juga masih tersenyum lebar padanya . Rasanya seperti mimpi , namjoon tidak peduli lagi pada patah hatinya tadi mengenai fakta bahwa bos nya adalah tunangan jimin . Bagi namjoon sekarang adalah dia bisa melihat jimin . Di senyumi jimin . Satu mobil bersama jimin . Dan berbicara pada jimin . Buka kah itu hal yang di ingin kan oleh seluruh penggemar jimin ? .
"Baiklah namjoon hyung.senang mengenalmu".
"H.. hyung ?". Namjoon berusaha memproses Apa yang Baru saja di dengarnya pasalnya itu terdengar sangat luar biasa . Jimin benar benar ingin akrab dengan nya tanpa berbicara formal .
"Apa kau keberatan ?". Jimin bertanya lagi .
Namjoon langsung berbalik dan melambaikan tangannya . "Aaa Ania. hanya saja . aku sangat senang anda memanggil saya begitu".
"Kalau begitu hyung Hanya boleh Memanggilku jimin".
Entah mengapa senyum tulus jimin mungkin bisa saja membuat namjoon sedikit khawatir pada kesehatan jantungnya .
Sementara itu dua pria yang melihat interaksi antara penggemar dan idol tersebut mendengus kesal . Sesekali yoongi menanggapi dengan tangannya yang meremat stir sedangkan jungkook diam tanpa ekspresi.
Mata jungkook melihat spion di belakang mobil . Di mana satu mobil mengikuti mereka di jarak tertentu . Itu adalah mobil para Bodyguard yang di perintahkan oleh kakek park demi alasan keamanan . Padahal tadinya jungkook ingin berhenti di jalan untuk bisa pergi dengan kekasihnya saja . Sayangnya dia memikirkan apa sebenarnya yang di rencanakan oleh kakeknya .
"Jadi apakah nanti Namjoon Hyung akan datang ?". Jimin bertanya pada Namjoon . Dan pertanyaan Jimin tidak di mengerti oleh Jungkook, namun yoongi mengerti bahwa itu seputaran konser Jimin dua hari lagi .
Senyum malu malu dari Namjoon tak terlihat dari siapapun disana . Dia mengangguk kemudian berkata. "aku sudah war tiket . Tapi malah dapat bangku paling terakhir".
Nada suara pria itu terdengar sedih . Sesekali Jungkook menaikkan alisnya terkesaan hanya dia sendiri yang ada dalam mobil tersebut.
"Hyung . Tolong berikan id card khususnya . Biarkan Namjoon Hyung masuk di panggung paling depan bersama para bodyguard".
Yoongi mengiyakan apa perintah Jimin padanya . Dan Jungkook berkata pelan seolah menghalau seorang Namjoon untuk terlalu senang dengan apa yang terjadi padanya barusan .
"Ini mengenai apa ?". Tanya pria bermata Bambi itu.
Kedua pria di depan sempat menoleh padanya . Sementara Jimin melihat ke samping . Mereka bertiga tidak ada yang menjawab nya . Hanya saling berpandangan seolah sadar ada makhluk lain di sana . Yoongi walaupun dia diam sesekali akan menanggapi bagaimana Jimin atau Namjoon berbicara.
Sampai Namjoon menjelaskan bahwa ini tentang konser yang akan di laksanakan sebentar lagi. Jungkook hanya ber oh ria sebelum akhirnya mereka berdua terdiam .
Namun dalam perjalanan Jimin dan Namjoon bercerita banyak hal . Yoongi yang bertindak sebagai manajer kadang menghentikan Jimin untuk berbicara lebih. Alasannya karena yoongi tau Namjoon mengikuti platform grup pencinta Jimin jadi bisa saja Namjoon akan membocorkan hal hal yang sifatnya rahasia.
Satu jam perjalanan sudah mereka melewati jalan tol , Jungkook yang masih terjaga setelah menerima panggilan dari kekasihnya . Yoongi masih betah terdiam dengan suara musik yang mengalun pelan . Namjoon dan Jimin tadi asik bicara Sekarang sudah tertidur .
"Kau. Bekerja dengan keluarga park Sudah lama ?". Jungkook membuka pembicaraan . Karena sungguh mereka berdua saling diam walau perjalanan masih jauh .
"Aku mengenal Jimin sejak usianya empat tahun".
Jungkook tidak tau bahwa ada seseorang yang begitu setia seperti pria yang sedang menyetir itu . Tetapi sungguh Jungkook kagum . Itu bukan waktu yang singkat untuk orang mengabdi . Jungkook tidak bertanya lebih lanjut . Mungkin saja Yoongi juga saat itu masih kecil . Jungkook sangat tau siapa kakek park itu .
"Itu cukup lama Sekali .Lalu bagaimana kau bisa menjadi kekasihnya ? Apa kau juga melakukan itu ?". Si pucat mengernyitkan dahinya . Pertanyaan apa itu?. Padahal yoongi enggan membalas apapun itu . Tetapi Jungkook seolah memancing sesuatu yang membuatnya mengeratkan tangan pada stir . "Bagaimana ? Apa dia bagus ?kurasa. Apa kah aku harus mencoba juga ?".
"Jungkook ssi".
"Tuan ...". Sambung Jungkook . "Kau memang akrab dengannya . Tapi aku akan menjadi tuanmu . Dan aku harap kau juga memanggilnya begitu saat aku dan dia menikah nanti".
"Maafkan aku". Jawab yoongi lemah . Dia tidak tau apa yang di lihatnya ini . Mengenai mengapa Jungkook begitu terlihat menakutkan baginya. Hatinya tidak tenang ,
Jungkook memilih menurunkan jendela kaca untuk menghirup udara dingin dari luar . "Aku juga berharap kau yang di tunjuk sebagai bodyguard oleh kakek untuk tetap pada batasan mu".
Yoongi pikir mungkin Jungkook mulai jatuh cinta dan cemburu. Tetapi bukan itu alasannya. Jungkook sedang dalam merencanakan sesuatu . Ini mengenai gugatan cerai lebih dulu . Jadi Jungkook benar benar akan membatasi ruang gerak seorang Jimin. Dia tidak perduli walau harus membatasi Jimin . Dia akan membuat Jimin merasa tidak nyaman padanya . Apapun sampai Jimin tidak betah dan tidak ingin bertahan dengannya. Atau buat kakeknya menyesali keputusannya . Apapun itu agar Jimin tidak betah dan setelah itu semua selesai .
Tetapi yoongi yang menyetir dengan sangat pelan melihat bagaimana Jimin tidur dan sesekali kepalanya hampir merosot dan membentur jendela . Biasanya jika seperti ini yoongi berhenti mengemudi dan dia akan turun dan membetulkan posisi tidur Jimin agar lebih nyaman . Namun dia mendengar bagaimana barusan Jungkook berbicara. Yoongi tidak akan sanggup jika Jimin akan bermasalah karenanya.
Pria pucat itu agaknya terkejut saat Jungkook terlihat menarik tubuh mungil itu dan dengan perlahan menidurkan kelapa Jimin yang tidak terbangun untuk memakai pahanya sebagai bantal . Hal manis seperti itu meski membuat Yoongi cemburu. Namun setidaknya dia tersenyum karena Jimin bisa tidur dengan nyaman sepanjang perjalan ini . Mata Yoongi beralih pada Jungkook yang meraih handphone berusaha menghubungi seseorang di seberang . Yoongi dapat menebak itu pasti kekasihnya.
...
Konser yang akan di adakan itu hari ini dan Namjoon begitu bersemangat. Dia tidak sabar untuk menonton paling depan . Dia sudah mempersiapkan banyak hal termasuk pakaian terbaik . Walau dia masih kesal pada bos nya yang seperti tidak menginginkannya untuk datang ke acara tersebut .
Beda Namjoon beda pula seorang Jungkook . Pria bermata Bambi itu berdiam diri di ruangannya seolah memikirkan sesuatu yang begitu membuatnya pusing . Besok adalah pernikahan nya dan Jimin. Namun Soo jin memutuskan untuk menenangkan diri ke luar negeri padahal dia sangat membutuhkan Soo jin di sampingnya.
Beberapa kali dia mencoba untuk tetap tenang. Namun tetap saja dia tida bisa melewati ini sendiri . Herannya si tunangan pria nya sedang melakukan konser hari ini. Dan baru akan terbang setelah konser berakhir . Jadi apa sekarang ? Dia sudah di Tokyo lebih dulu . Seorang diri tanpa adanya seseorang yang berarti untuk menguatkan dirinya.
Jadi dia berdiri di balkon hotel yang akan di jadikan malam tempat malam pertama nya. Terdengar konyol bahkan dirinya tidak tertarik sedikit pun. Dengan seorang park jimin . Tetapi semakin melihat bahwa Jimin tidak akan berkutik atau lebih tepat nya tidak akan menghiraukan seberapa banyak dia menyiksa dirinya nanti . Jungkook merasa salah strategi . Apa yang sudah di lakukannya tidak akan berpengaruh begitu saja . Jadi dia memikirkan sesuatu sekali lagi . Tetapi rencana besarnya dia simpan baik baik agar jimin lebih dulu menggugat dirinya .
Jungkook itu pintar dan pantang menyerah . Jadi apa yang sempat membuatnya stress mulai terurai satu persatu . Kali ini dengan perlahan dia mengembangkan senyum seolah ini adalah hal yang baik .
Masih sore dan di Korea pasti Jimin sedang konser . Jungkook tersenyum, karena penasaran dia mengambil ponsel . Mencoba menscroll medsos . Jemarinya terhenti mendapat link konser Jimin. Oh ternyata ada yang gratis juga .
Karena penasaran akhirnya Jungkook memutuskan untuk duduk di balkon dan membuka link tersebut .
Karena mungkin itu adalah persembahan terakhir jimin , Jungkook merasa sedikit menyesal tidak melihat dari awal. Namun sungguh , Jungkook terpana pada sosok Jimin yang sangat luar biasa. Balutan baju putih dengan belt yang di modifikasi . Liukan lekuk tubuh saat menari di sertai suara yang sungguh lembut.
Bagai magnet Jungkook melihat itu sampai beberapa jam terlewat. Hingga waktu terus berlalu dan Jimin mengucapkan terimakasih di akhir konser sebagai penutupan .
Setelah itu dia memutuskan untuk membersihkan tubuh terlebih dulu . Menyegarkan kepala lalu pergi tidur saja itu yang menjadi rule kegiatannya sampai menunggu pagi akan tiba .
Awalnya memang begitu, tapi Jungkook memutuskan untuk keluar hotel dan mencari makan dulu .
Beberapa jam berlalu Jungkook kembali dan masuk ke kamar mandi .
setelah selesai dengan rutinitas membersihkan tubuh . Baru saja memakai bathrobe jungkook di kejutkan seorang pria yang sangat dia kenal tidur di atas ranjangnya .
"Kau. Bangun apa yang kau lakukan disini?".
Di sana . Di ranjang tidurnya yang besar , seorang jimin tidur tengkurap dengan kepala tertahan bantal menyamping.
"Jangan berisik aku lelah". Ucap Jimin dengan suara serak .
Jungkook justru menarik kaki pendek Jimin, menjatuhkan pria bertubuh mungil itu di atas lantai . Dan hal itu berhasil membuat Jimin membuka mata dan menatapnya tajam.
"Kau pikir aku mau tidur satu kamar denganmu ?! Semua akses kamar di tutup untuk ku ! Aku sudah tidak punya kekuatan untuk mencari hotel lain". Jimin bangkit berdiri walau sedikit meringis karena merasakan nyeri daerah bokongnya . "Jinjja,Biarkan aku tidur sebentar saja . Konserku berakhir lebih cepat . Dan penerbangan ku entah mengapa begitu cepat juga. Aku belum tidur . Ku harap kau mengerti".
Baru akan mendaratkan tubuhnya di atas ranjang kembali . Jungkook menahannya selanjutnya dia mendorong tubuh Jimin untuk menjauhi ranjang hingga tubuh kecil itu sempat terjatuh dekat sofa . Jimin sekali lagi meringis merasakan ngilu yang sangat teramat pada tangan karena menahan tubuhnya untuk bersentuhan langsung dengan kaki sofa .
"Yak!!!". Jimin berteriak dan membalik badan. Namun dia mendapati sosok Jungkook yang sudah berada didekatnya. Pria tampan itu mendekatkan wajah beberapa inci pada Jimin .
"Mulai sekarang aku tidak akan menuruti apapun yang kau mau".
"Oh geure,Lalu bagaimana ? Kau pikir aku juga mau menuruti mu ?! Minggir!". Jimin mendorong pundak Jungkook menjauh darinya . Namun pria bertubuh lebih besar darinya itu tertahan dan justru menyudutkannya pada kaki sofa . "Ya. Ap . apa yang kau lakukan? Me..menyingkir".
Tubuh kecilnya tidak bisa kemana pun . Jimin seketika kaku saat Jungkook mengukung tubuhnya dengan tubuh besar itu . Kedua tangannya di tahan dengan dijadikan satu di depan dada , dan tangan besar Jungkook menyatukan kedua tangan Jimin dengan satu tangan besarnya . Sebelah lagi mencengkeram kedua pipi Jimin hingga bibir seksi itu sedikit mengerucut .
"Aku kemarin cukup bersabar agar kau mau bekerja sama dengan ku. Pikirkan baik baik , kau pikir aku bisa semudah itu menikah dengan seorang laki laki ? Kenapa kau merubah pikiranmu ?". Jungkook memperhatikan bagaimana Jimin menatapnya begitu tajam . "Aku sama sekali tidak tertarik dengan seseorang sepertimu. Sekarang bahkan kita kehabisan waktu untuk membatalkan pernikahan ini. Dan lagi kau mengatakan tidak akan menceraikan ku bukan ?. Kupikir kau sudah banyak uang dari para kekasihmu itu ? Tidak bisakah kau merelakan harta warisan mu ?".
Tangan Jungkook turun dari kedua pipi Jimin . Dia masih berusaha membujuk si cantik itu agar mau merelakan harta nya . "Aku mohon . Aku lelah hidup dalam kemiskinan dan aku tidak mau kembali ke masa itu. Ya?".
"Aku melakukan ini karena kakekku jungkook . Jadi ayo jalani saja pernikahan ini . Ini bukan semata mata aku menginginkan harta yang kakekku miliki. Tetapi sungguh aku harus melakukannya. Mari kita jalani ini , aku tidak akan mengganggumu . Maka kaupun begitu . Sampai waktu yang sudah kita tentukan ayo kita bercerai dengan baik . Hanya ku mohon bantu aku mencari cara agar kedua orang tua itu tidak merasa sakit hati". Jimin merasakan tangannya mengendur , dan Jungkook melepas pegangannya pada kedua pergelangan tangan kecilnya . Selanjutnya Jimin menghela nafas panjang .
Tubuhnya beranjak meraih bantal yang ada di atas ranjang . Kemudian berjalan kembali duduk di sofa panjang . Tidak memperdulikan bagaimana Jungkook masih berlutut disana .
"Aku akan tidur disini . Tidurlah di sana . Hanya biarkan malam ini saja sampai aku mencari solusi dimana aku bs tidur . Aku sungguh lelah".
"Kau tidak tau rasanya makan dengan hanya nasi dan garam, menahan lapar dalam sehari ,menahan dingin karena tidak ada pemanas ruangan , kau tidak tau rasanya menjadi diriku yang sempat merasa kesulitan . Lagi pula kau juga bisa menikah nanti dengan orang yang kau sayangi".
Ocehan Jungkook membuat Jimin yang awalnya menghadap pria yang mulai bangkit berdiri itu memilih untuk membalik tubuh menghadap sandaran sofa .
Jimin bergumam pelan sembari menutup matanya . "Kau tidak tau rasanya menjadi diriku. Jika makan nasi dengan garam itu bisa membuatku bahagia dan duduk tenang bersama keluarga yang utuh . Maka aku akan meminta Tuhan menukarnya dengan ku".
Pria bermata Bambi itu mencoba mengerti apa yang dimaksud olehnya . Tetapi Jungkook memang tidak pernah tau apa yang sudah di alami oleh Jimin selama ini . Jika itu Jungkook pun mungkin pria itu tidak akan sanggup .
Meski begitu dia mencoba untuk tenang . Jungkook memikirkan banyak hal . Dia tidak mau menyerah semudah itu , apakah kekasihnya akan menunggunya jika saja dia belum bercerai ? Dia memikirkan Soo jin . Bagaimana mungkin soo jin menunggu dalam lima tahun lagi setelah faktanya mereka berpacaran terlalu lama.
Lama dia terdiam memandangi punggung sempit Jimin . Jungkook menghela nafas panjang . Pria kecil itu memeluk lututnya , dan sofa panjang itu tersisa setengah karena sejujurnya tubuh jimin semakin terlihat lebih kecil sekarang .
...
Saat pagi hari jungkook terbangun . Matanya mengedar dan tidak mendapati Jimin di sofa itu . Tetapi suara pintu dari kamar mandi membuatnya kembali menutup mata berpura pura tidur .
Jimin tidak menyadari bahwa jungkook sudah terbangun, dia begitu santai mengenakan bathrobe putih kebesaran di tubuhnya. Tanpa tau jungkook kembali membuka matanya melihat bagaimana dirinya membuka bathrobe setelah duduk sofa. Jimin menurunkan sedikit kain pada pundaknya. Melamurkan lotion pada kulit putih mulus itu .
Jimin memperlihatkan bagian depan tubuhnya yang tidak terlalu terekspos. Hanya saja puting ranum milikinya sedikit mengintip, dia terlihat begitu merawat tubuhnya , tetapi saat terlanjang Jimin menghindari cermin untuk melihat bagian punggungnya . Bahkan untuk sekedar menyentuh dengan jarinya saja dia tidak sanggup . Jimin lebih memilih untuk melewati bagian pundaknya jika sedang merawat tubuhnya.
Percayalah Jungkook menelan ludah , ingin tidak perduli pada tubuh yang jelas sama sama pria . Tetapi entah mengapa tubuh itu terlihat sangat indah serta ,Menggiurkan .
Jungkook terpana , kulit putih Jimin serta tubuh dengan lekuk yang indah itu terpampang ketika Jimin benar benar menurunkan semua jubah nya . Menyisakan celana dalam ketat saat terlihat dari samping membentuk lekuk bokong nya yang luar biasa di luar dugaan . Belum lagi pinggang Jimin serta dada berputing pink , setiap inci tubuh Jimin serasa ingin di sesap . Jungkook merasakan getaran aneh dalam dadanya disertai bagaimana tubuhnya mengeluarkan keringat dingin . Ini seperti melihat sebuah film porno . Tetapi Jungkook tidak pernah menyadari bahwa pemeran dalam film tersebut tidak memiliki buah dada .
Si cantik meraih kemeja putih berbahan satin yang sudah disiapkan untuk pernikahan dirinya bersama Jungkook . Sebentar lagi hairstylist dan make over juga akan datang . Sembari mengancingi kemeja itu, Jungkook malah melihat pahanya yang Ter ekspos , tidak tau lagi apa sebenarnya terjadi pada hatinya, Jungkook memejamkan matanya tepat ketika Jimin menoleh kepadanya.
Sesekali Jimin bersenandung kecil dengan suaranya yang begitu merdu. Pria kecil itu menari dan bernyanyi dengan suara yang hampir tak terdengar namun Jungkook bisa melihat hal itu. Selanjutnya Jungkook benar-benar menutup wajahnya dengan selimut tipis, mencoba menetralkan nafas dan menyadarkan dirinya bahwa ini semua tidaklah benar.
Dia tidak mungkin menyukai laki-laki . Jungkook memang akui bahwa Jimin memiliki tubuh yang indah, setiap lekuk nya melebihi tubuh yang dimiliki wanita manapun termasuk kekasihnya sendiri. Tetapi Jungkook tidak mau mengakui bahwa ada perasaan lain setiap kali melihat jimin.
Entah mengapa Jimin kembali masuk kedalam kamar mandi bahkan belum memakai celana. Jungkook menghela nafas kasar padahal dia ingin sekali bangun sekarang. Tetapi jika jimin masih belum memakai celananya apakah yang akan terjadi selanjutnya ? Jungkook sempat berpikir untuk tidak menghiraukan itu, tetapi dia masih memikirkan perasaan Jimin Jika saja pria kecil itu nanti akan malu.
"Bughhhh!!!".
"Arghhhhh!!!".
Naluri Jungkook langsung mengajak tubuhnya terbangun. Dia mencoba menebak apa yang terjadi tetapi suara ringisan dari dalam kamar mandi itu sedikit membuatnya terkejut. Jungkook bangkit dan berlari menuju kamar mandi namun saat ingin membuka pintu itu dia terdiam sebentar.
"Jimin? Kau kenapa ?".
"Gwenchana. Aku hanya terpeleset". Jawab Jimin di dalam sana .
Pria bermata Bambi itu mencoba untuk memikirkan sekali lagi apakah dia akan masuk untuk memastikan atau tidak. Tetapi suara ringisan dari dalam sana masih terdengar jelas di telinganya. Jadi Jungkook memutuskan untuk membuka handle pintu, tidak masalah jika saja Jimin memarahinya nanti karena masuk secara tiba-tiba. Dia hanya khawatir jika terjadi sesuatu pada jimin maka kakeknya juga akan menyalahkan dirinya.
Saat pintu terbuka didapatinya Jimin duduk di dekat bathub dengan berusaha untuk bangun namun dia terus meringis kesakitan . tiba-tiba saja Jungkook lupa pada paha putih mulus milik Park Jimin.
Jungkook tidak ingin menanyakan lagi apa yang terjadi jadi dia sangat sigap membungkuk untuk mengangkat tubuh jimin meski pria kecil itu menatapnya tajam. Ayolah dia itu belum memakai celana dan hanya mengenakan baju yang kebesaran menutupi sedikit pahanya. Tiba-tiba saja entah mengapa Jimin tertegun.
"Deg deg deg".
detak jantung memburu Jimin saat Jungkook mengangkat tubuhnya dan itu terasa begitu aneh.
Si cantik itu kini memerah dan terlihat sangat malu. Jungkook mengangkatnya keluar dari kamar mandi. Langkah yang lebih besar menuju ranjang dan menidurkan si cantik dengan sangat perlahan.
"Kakimu terkilir?". Jungkook kembali bertanya dan terkesan sangat khawatir . "Aku akan panggilkan dokter".
Sudah seharusnya bahwa Jungkook bahagia. Karena bagaimanapun hal ini bisa menjadi sebuah keberuntungan baginya . Jika mungkin saja Jimin dinyatakan sakit bisa jadi pernikahan mereka akan dibubarkan bukan?.
Tetapi yang terjadi sesungguhnya adalah Jungkook benar-benar terlihat sangat khawatir, Jungkook lupa apa bagaimana dia merencanakan banyak hal untuk membatalkan pernikahan ini. Jungkook lupa pada stress nya sepanjang malam untuk memikirkan pernikahan yang seharusnya tidak terjadi ini. Pria bermata Bambi itu lupa rencana-rencana yang ada dalam otaknya untuk membuat jimin merasa tertekan bersamanya.
Tidak menunggu apapun lagi Jungkook bangkit berdiri pergi ke dalam kamar mandi meski Jimin masih terheran. Tetapi beberapa saat Jungkook kembali dengan handuk di tangannya, Jimin bisa melihat bahwa handuk itu sedikit berasap. Jadi memungkinkan bawa handuk itu baru saja disiram air hangat oleh Jungkook.
Dengan sangat perlahan dan telaten dengan Jungkook menaruh handuk di pergelangan kaki Jimin yang kini terlihat membiru sembari sesekali ditekan. Jimin meringis merasakan sakit yang teramat namun kemudian dia menggigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit yang kembali menyerang ketika Jungkook mencoba untuk mengurut punggung kakinya.
"Istirahatlah dulu .tunggu sampai dokter datang . Kau bangun terlalu pagi".
Terkutuklah mulut Jungkook, dia telanjur mengatakan bahwa Jimin bangun terlalu pagi. Tepat saat dia mengatakan itu matanya membola sama seperti mata Jimin yang kini terlihat melebar.
Jimin terlihat malu mengalihkan wajahnya dia yang dalam posisi setengah duduk tidak tau harus bagaimana sekarang. Jadi Jungkook tahu semua apa yang dilakukan?. Jimin bahkan hampir telanjang tadi.
"Kau sudah terbangun dari tadi?". Tanya Jimin takut takut . Sementara Jungkook membalik handuk hangat itu hanya bisa diam . "Ka. Kau melihatku berganti pakaian ?".
"Itu salahmu yang tidak hati hati ".
Jawaban dari Jungkook sempat membuat Jimin mematung sekarang Tetapi dia berusaha untuk menetralkan suasana. Jadi dia berusaha untuk tidak memperlihatkan apapun walau jelas wajahnya memerah . Jimin berbaring ketika Jungkook sudah selesai mengompres memar di kakinya. pria itu tiba-tiba menarik selimut kemudian menyelimuti tubuh kecil Jimin .
Untuk kesekian kalinya Jimin tertegun ketika wajah Jungkook begitu dekat saat menarik selimut itu titik tidak dapat memungkiri betapa ada perasaan aneh bersama Jungkook . sesekali Jimin akan merasa bahwa Jungkook itu menyenangkan dan berbeda dengan pria yang lainnya. Sesekali dia merasa bahwa Jungkook itu sangat menyebalkan juga plin plan. Jimin harus mencoba menetralkan nafasnya saat mata bambi itu menaut hasel coklatnya.
Berpandangan sekian lama tidak baik bagi kesehatan jantung keduanya. secara bersamaan Jimin menoleh ke samping lalu Jungkook menegakkan tubuhnya.
"Aku akan membangunkanmu nanti . Tidurlah kau mungkin sangat kelelahan karena konser mu kemarin".
Jimin tidak menjawab apapun, jadi saat mendengar langkah Jungkook menjauh dari sana . Jimin sempat membalik badannya lagi untuk melihat Jungkook yang sudah tidak ada lagi di sana. Tetapi itu hanya berlangsung sekian detik sampai Dia memutuskan untuk berbalik seperti tadi. Dia tidak ingin memusingkan sesuatu, lagi pula Jimin mengangkat apa yang ada dan yang sudah terjadi tadi di ikuti debaran jantung yang begitu terasa. Jimin menganggap ini situasi yang memang murni mungkin karena situasi yang mendadak canggung seperti itu.
Tetapi Jimin memang sangat memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya pada pernikahan mereka ini. Dia sudah memikirkan resiko yang akan dihadapi kedepannya Jika dia mengambil jalan ini. Semua memang Sudah sangat terlambat karena ibarat orang yang dihukum mati. Jimin mungkin sudah berada di ujung nadinya, bagaimanapun dia sudah menentukan keputusannya.
Hoseok sedang heran
Jimin
Tbc